Dari sana aku mulai sadar insecurity bukan musuh yang harus dikalahkan dengan kekerasan. Ia perlu dikenali, didekati, bahkan dipeluk.
Karena sering kali, insecurity lahir dari luka yang belum sembuh. Dan yang dibutuhkan bukan kritik, tapi kasih.
Kini, setiap kali suara negatif itu datang, aku belajar berkata, "Aku memang belum sempurna. Tapi aku pantas dicintai." Â Aku senf bertumbuh, dan itu sudah cukup.
Aku tak perlu menjadi orang lain untuk merasa layak. Mengatakan "aku pantas" bukan bentuk kesombongan. Itu adalah perlawanan. Sebuah keberanian untuk mengakui bahwa aku punya nilai, terlepas dari standar dunia.
Insecurity mungkin tidak pernah benar-benar hilang. Tapi kini aku tahu bahwa aku bisa berjalan bersamanya tanpa membiarkannya memegang kendali. Aku bisa menjadi sahabat bagi diriku sendiri.
Tulisan ini untuk kamu yang mungkin saat ini sedang merasa kalah oleh ekspektasi. Yang merasa tidak cukup pintar, tidak cukup cantik, tidak cukup sukses.
Dengarlah kamu tidak sendiri. Kita semua sedang belajar menerima diri. Belajar memaafkan luka masa lalu. Belajar merayakan diri, meski belum sempurna.Â
"Aku pantas. Aku berharga. Aku cukup."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI