Apakah kalian asing dengan kata ‘cerpen’? Atau bahkan telinga kalian sudah sering mendengar kata ‘cerpen’? Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Ya, suatu cerita yang disajikan dengan padat dan langsung pada tujuannya. Di dalam cerpen sering menggunakan teknik sastra atau gaya bahasa yang lebih spesifik dibandingkan karya fiksi lainnya.
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerita itu sendiri yang diambil dari dalam cerita tersebut. Disini, kita akan menelaah unsur intrinsik cerpen “Seragam”, yang terdiri dari:
A. Tema
Tema adalah ide pokok dari sebuah cerita. Cerpen “Seragam” ini memiliki tema persahabatan. Kita bisa mengetahuinya dengan cuplikan, “Dia adalah sahabat masa kecil terbaik saya”, “Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat di ingatan saya. Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya.”
B. Alur
Alur ialah pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Cerpen ini menggunakan alur campuran. Mengapa? Karena saat tokoh saya mengunjungi rumah sahabatnya yang telah lama tidak bertemu, ia menceritakan kembali kenangannya bersama sahabatnya saat mereka mencari jangkrik di sawah dan punggungnya terbakar. Kemudian, ia kembali lagi di masa sekarang yang sedang berbincang-bincang dengan sahabatnya itu.
C. Tokoh dan penokohan
Tokoh adalah orang-orang yang diceritakan dalam sebuah cerita. Sedangkan penokohan adalah watak atau karakter yang dimiliki oleh tokoh cerita.
1. Tokoh ‘saya’:
a. Masih mengingat sahabat meskipun telah lama berpisah.
Lelaki jangkung berwajah terang yang membukakan pintu terlihat takjub begitu mengenali saya. Pastinya dia sama sekali tidak menyangka akan kedatangan saya yang tiba-tiba.
b. Nekat.
Sayang, Ayah tidak pernah membolehkan saya. Tapi malam itu toh saya nekat dan sahabat saya itu akhirnya tidak kuasa menolak.
c. Kurang berhati-hati
Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya!
d. Suka meledek.
”Salahmu sendiri, tidak minta ganti,”
e. Malu dengan diri sendiri.
Saya malu. Sebagai sahabat, saya merasa belum pernah berbuat baik padanya. Tidak pula yakin akan mampu melakukan seperti yang dilakukannya untuk menolong saya di malam itu
2. Tokoh sahabat ‘saya’:
a. Suka menolong.
Sahabat saya itu tanggap melingkupi tubuh saya dengan seragam coklatnya melihat saya mulai menangis dan menggigil antara kesakitan dan kedinginan
b. Memiliki rasa tanggung jawab.
Sadar saya membutuhkan pertolongan secepatnya, dia menggendong saya di atas punggungnya lalu berlari sembari membujuk-bujuk saya untuk tetap tenang. Napasnya memburu kelelahan, tapi rasa tanggung jawab yang besar seperti memberinya kekuatan berlipat.
c. Pekerja keras
Kolam itu sudah tiada, diuruk sejak lama berganti menjadi sebuah gudang tempatnya kini berkreasi membuat kerajinan dari bambu. Hasil dari tangan terampilnya itu ditambah pembagian keuntungan sawah garapan milik orang lainlah yang menghidupi istri dan dua anaknya hingga kini.
d. Yakin dan percaya dengan kehidupannya
”Kami akan bertahan,” katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore. Ada kesungguhan dalam suaranya.
3. Tokoh orang tua dari sahabat ‘saya’:
a. Ramah.
Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati
b. Tidak suka mempermasalahkan masalah menjadi besar.
Ayahku tidak mau mempermasalahkan tamparan ayahmu, apalagi seragam itu. Dia lebih memilih membelikan yang baru walaupun harus menunggu beberapa minggu.
4. Tokoh kakak dari sahabat ‘saya’:
a. Menyusahkan orang lain
”Kau tahu, rumah dan tanah yang tidak seberapa luas ini adalah milik kami paling berharga. Tapi aku tidak kuasa untuk menolak kemauannya mencari pinjaman modal usaha dengan mengagunkan semuanya. Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini beban berat ada di pundakku.”
D. Latar
Latar atau tumpu (setting) cerita adalah gambaran tempat, waktu, atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa. Latar cerita memiliki hubungan yang erat dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa.
1. Latar waktu
a. Malam hari
Malam itu saya berada di sini, memperhatikannya belajar
b. Hari Jumat
Itu hari Jumat. Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk bersekolah sehari lagi.
c. Musim kemarau
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
d. Sore hari
“Kami akan bertahan,” katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore.
2. Latar tempat
a. Di dalam rumah sahabat
Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya
saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di
seberang ruangan. Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas
tikar pandan itu.
b. Persawahan
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
c. Puskesmas Kecamatan
Saya langsung dilarikan ke puskesmas kecamatan.
d. Halaman belakang rumah
Dia lalu mengajak saya ke halaman belakang di mana kami pernah bersama-sama membuat kolam gurami
3. Latar suasana
a. Terharu
Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar
b. Santai
Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati
c. Misterius
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
d. Panik
Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak-tunggak batang padi yang menusuk-nusuk tubuh dan wajah saat bergulingan.
e. Mencekam
Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya!
f. Amarah
Sayang, sesampai di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki Ayah dan Ibu. Pipinya sempat pula kena tampar Ayah yang murka.
g. Bergurau
Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.
h. Menyedihkan
“Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini beban berat ada di pundakku.”
i. Bangga
Dia telah membuktikan bahwa keberanian dan rasa tanggung jawab yang besar bisa timbul dari sebuah persahabatan yang tulus.
4. Latar alat
a. Teplok
Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis
b. Obor
Sambil menggerutu tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya.
c. Bumbung
Hanya dalam beberapa menit, dua ekor jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia di pinggang sahabat saya itu.
d. Seragam coklat
”Berguling! Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk dipakai menyabet punggung saya
E. Sudut pandang
Sudut pandang adalah strategi atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk menempatkan dirinya di dalam cerita. Cerpen “Seragam” menggunakan sudut pandang orang pertama karena pengarang melibatkan tokoh ‘saya’ di dalam cerita, yaitu menceritakan kenangan tokoh ‘saya’ bersama sahabatnya sekaligus keadaan hidup mereka sekarang.
F. Amanat
Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang untuk pembaca. Amanat dari cerpen “Seragam” ini adalah setiap orang pasti memiliki kenangan tersendiri yang tidak bisa dilupakan dan akan membekas sampai kapan pun.