D. Latar
Latar atau tumpu (setting) cerita adalah gambaran tempat, waktu, atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa. Latar cerita memiliki hubungan yang erat dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa.
1. Latar waktu
a. Malam hari
Malam itu saya berada di sini, memperhatikannya belajar
b. Hari Jumat
Itu hari Jumat. Seragam coklat Pramuka yang dikenakannya sejak pagi masih akan terpakai untuk bersekolah sehari lagi.
c. Musim kemarau
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
d. Sore hari
“Kami akan bertahan,” katanya tersenyum saat melepas saya setelah hari beranjak sore.
2. Latar tempat
a. Di dalam rumah sahabat
Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya
saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di
seberang ruangan. Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas
tikar pandan itu.
b. Persawahan
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
c. Puskesmas Kecamatan
Saya langsung dilarikan ke puskesmas kecamatan.
d. Halaman belakang rumah
Dia lalu mengajak saya ke halaman belakang di mana kami pernah bersama-sama membuat kolam gurami
3. Latar suasana
a. Terharu
Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkannya dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar
b. Santai
Saat-saat seperti itu ditambah percakapan-percakapan apa saja yang mungkin berlaku di antara kami hampir setiap malam saya nikmati
c. Misterius
Musim kemarau, tanah persawahan yang pecah-pecah, gelap yang nyata ditambah angin bersiuran di areal terbuka memang memberikan sensasi aneh.
d. Panik
Saya menurut dalam kepanikan. Tidak saya rasakan kerasnya tanah persawahan atau tunggak-tunggak batang padi yang menusuk-nusuk tubuh dan wajah saat bergulingan.
e. Mencekam
Lidah api bergoyang menjilat wajah saya yang tengah merunduk. Kaget, pantat obor itu justru saya angkat tinggi-tinggi sehingga minyak mendorong sumbunya terlepas. Api dengan cepat berpindah membakar punggung saya!
f. Amarah
Sayang, sesampai di rumah bukan lain yang didapatnya kecuali caci maki Ayah dan Ibu. Pipinya sempat pula kena tampar Ayah yang murka.
g. Bergurau
Kami tertawa. Tertawa dan tertawa seakan-akan seluruh rentetan kejadian yang akhirnya menjadi pengingat abadi persahabatan kami itu bukanlah sebuah kejadian meloloskan diri dari maut karena waktu telah menghapus semua kengeriannya.
h. Menyedihkan
“Aku percaya padanya, peduli padanya. Tapi, dia tidak memiliki rasa yang sama terhadapku. Dia mengkhianati kepercayaanku. Usahanya kandas dan kini beban berat ada di pundakku.”
i. Bangga
Dia telah membuktikan bahwa keberanian dan rasa tanggung jawab yang besar bisa timbul dari sebuah persahabatan yang tulus.
4. Latar alat
a. Teplok
Teplok yang menjadi penerang ruangan diletakkan di atas meja, hampir mendekat sama sekali dengan wajahnya jika dia menunduk untuk menulis
b. Obor
Sambil menggerutu tidak senang, saya mengambil alih obor dari tangannya.
c. Bumbung
Hanya dalam beberapa menit, dua ekor jangkrik telah didapat dan dimasukkan ke dalam bumbung yang terikat tali rafia di pinggang sahabat saya itu.
d. Seragam coklat
”Berguling! Berguling!” terdengar teriakannya sembari melepaskan seragam coklatnya untuk dipakai menyabet punggung saya
E. Sudut pandang
Sudut pandang adalah strategi atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk menempatkan dirinya di dalam cerita. Cerpen “Seragam” menggunakan sudut pandang orang pertama karena pengarang melibatkan tokoh ‘saya’ di dalam cerita, yaitu menceritakan kenangan tokoh ‘saya’ bersama sahabatnya sekaligus keadaan hidup mereka sekarang.
F. Amanat
Amanat ialah pesan yang disampaikan pengarang untuk pembaca. Amanat dari cerpen “Seragam” ini adalah setiap orang pasti memiliki kenangan tersendiri yang tidak bisa dilupakan dan akan membekas sampai kapan pun.