Dan Kholil pun diterima bekerja sebagai petugas kebersihan di KRL Commuter Line Jabodetabek. Untuk tahap awal, dia bekerja di shift malam, alias dari pukul 18:00 hingga akhir jam beroperasi kereta.
Kholil pun beruntung dipersilakan Ibnu untuk tinggal sementara di kos-kosan yang ia tempati, di kawasan yang tak jauh dari bantaran rel di Jakarta Pusat. Kholil pun dibolehkan tinggal sekamar dengan Ibnu, tanpa harus membayar sewa kamar.
Namun Ibnu, mengingatkan, lingkungan sekitar kosannya merupakan lingkungan yang rawan tindak kriminal. Konon katanya, di kawasan ini banyak preman, pelaku kriminal dan pemabuk yang terkadang nekat, meski merupakan kawasan padat penduduk dam ramai pejalan kaki lalu lalang.
*****
Hari ke-2 tinggal di kosan Ibnu, menjelang berangkat bekerja, Kholil pun berjalan di tengah lalu lalang banyak manusia yang terlihat saling acuh satu dengan lainnya di gang depan kos-kosan Ibnu. Maklum, jika sore hingga tengah malam gang ini berubah menjadi semi pasar malam.
Ketika sejurus kemudian, matanya menangkap seseorang dengan gerakan cepat mengambil dompet dari saku belakang celana seorang pejalan kaki.
Dengan semangat bondho nekad, Kholil pun mendekati pria pengambil dompet itu seraya menggertak "Hei mas, sampeyan tadi yang ngambil dompet yaa....??!!!"
Bukannya ciut, orang yang digertak pun malah balik berteriak pada Kholil "Eh lu jangan sembarangan nuduh kita copet ya? Mana buktinya? Tu lihat dompetnya di bawah kaku lu. Berarti kan lu copetnya.....!"
Belum habis kebingungan Kholil bagaimana dompet itu bisa berada di bawah kakinya, orang -- orang di sekitar penggertak Kholil pun ikut meneriakinya.
"Ini copetnya nih....habisi, jangan beri ampun!" Itulah kata-kata terakhir yang didengar Kholil.