Mohon tunggu...
Candrika Adhiyasa
Candrika Adhiyasa Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pelamun, perokok, kurus, agak kepala batu, penikmat sastra terjemahan dan filsafat. Instagram dan Twitter @candrimen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jazz yang Melamun

12 Agustus 2021   04:04 Diperbarui: 12 Agustus 2021   04:10 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Lelaki itu kini mengambil rokok dengan gerakan yang senyap. Ia mengambil pemantik di meja, menyulutnya, dan kemudian mengisap asap pekat itu ke dalam ruang udara di dalam dadanya.

            Sepotong foto tergantung di dekat jendela. Ia mengingat-ingat kapan foto itu diambil. Seorang lelaki, yaitu dirinya sendiri, seorang perempuan, dan perempuan kecil yang sedang tertawa. Ia terpaku melihat foto itu selama beberapa saat, dan air mata menetes dari matanya. Tidak ada kesedihan, tidak ada luka yang terbuka kembali, tetapi air matanya menetes. Barangkali di dasar hatinya, ia sedang menangis meski tidak lagi bisa mengenali resonansi emosional semacam itu.

            Tercantum titi mangsa di bagian bawah foto itu. Sekitar delapan tahun lalu.

            Jam dinding masih berdetak, musik masih berbunyi, kini memainkan Summertime. Lelaki itu tahu bahwa dunia masih berjalan. Tiba-tiba tubuhnya menjadi semakin berat. Ia disergap perasaan tak terjelaskan yang intens, yang apabila dipaksa untuk dijelaskan secara singkat, merupakan perasaan yang mendekati kesedihan. Reaksi dari semacam luka yang kembali memperbaharui diri. Air matanya meleleh lebih deras, lengket di wajahnya dan memberi perasaan gatal. Ia memandangi kembali foto itu. Tubuhnya hendak bangkit dari kursi untuk meraihnya, tetapi ia tidak bisa bergerak. Kini suaranya perlahan keluar, tetapi yang keluar hanya bunyi sesenggukan. Namun itu hanya berlalu dengan singkat, benar-benar singkat seperti kedipan mata. Ia teringat kembali peristiwa delapan tahun silam itu, ketika bom jatuh dari langit, dan keluarganya hancur di antara puing-puing.

            They Can't Take That Away from Me bergerak, tetapi tidak bisa memecahkan struktur sunyi yang bertumbuh dengan cepat, jadi kokoh. Kesunyian menjadi tembok raksasa yang seolah tidak akan pernah bisa dihancurkan oleh senjata apa pun yang mungkin bisa diciptakan umat manusia. Lelaki itu kembali terlempar ke dalam solitude, kekosongan yang kuyup ...

            Dunia kembali ke keadaan senyap. Tidak ada bunyi, orang itu tidak pula bergerak barang sedikit, membisu. Tidak ada percakapan yang terjadi, termasuk percakapan di dalam dirinya sendiri. Terdengar bunyi jam dinding yang menggema, sesuatu yang menandakan bahwa waktu masih terus mengalir meski dalam dunia yang beku. Waktu mengalir, yang berarti kehidupan bergerak, mimpi-mimpi masih mungkin memiliki tempat ...

Kamis, 24 Juni 2021. 19.42.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun