Mohon tunggu...
Buyung Okita
Buyung Okita Mohon Tunggu... Lainnya - Spesialis Nasi Goreng Babat

Mantan Pembalap Odong-odong

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Moralitas dan Rasisme dalam "Othello" (Shakespeare)

9 Juli 2020   14:02 Diperbarui: 10 Juli 2020   10:37 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shakespeare. Englishcenter.nl

Dalam kesehariannya, manusia hampir memandang sesuatu dengan cara metafora. Yaitu dengan mengkonkretkan sesuatu konsep yang abstrak dengan sesuatu yang lebih mudah dipahami (kongkret). Dalam artikel sebelumnya yang berjudul "Moralitas dalam Balutan Hitam dan Putih" kita dapat memahami bersama bahwa manusia cenderung memandang sesuatu yang memiliki norma dan nilai di dalamnya sebagai sesuatu yang bersih dan berwarna putih, sebaliknya manusia cenderung memandang tidak hadirnya nilai dan norma dalam suatu sikap, kejadian atau perilaku dengan memandangnya sebagai sesuatu yang kotor dan berwarna hitam.

Tetapi apakah putih selalu  diasosikan dengan sesuatu yang baik dan bermoral  ? atau apakah hitam selalu  diasosiasikan dengan sesuatu yang buruk  dan tidak bermoral ? Mari kita tengok kisah tragedi Othello karya William Shakespeare. Pada karya Shakespeare berikut kita dapat mengapresiasi dan mengamati beberapa dimensi metafora tentang "Hitam dan Putih".

Seperti yang dikisahkan dalam cerita, Othello merupakan seorang kesatria dan jendral yang pemberani dan berkompeten. Ia berkulit gelap dan berasal dari Moors atau semenanjung Iberia. Yaitu muslim yang bermukim di semenanjung Iberia dan mediterania eropa pada abad pertengahan.   Othello menikah dengan seorang putri bangsawan berkulit putih bernama Desdemona.

Othello memiliki seorang bannermen atau pembawa panji pasukan, yang berasal dari Venisia yang berkulit putih yang bernama Iago.  Tetapi di tengah cerita, Iago bersekongkol untuk melakukan fitnah dan tuduhan terhadap Istri Othello dan menuduh bahwa Desdemona telah berselingkuh dengan ajudan pribadi Othello yang bernama Cassio. Dipenuhi rasa cemburu, amarah dan kecurigaan, Othello  membunuh sang istri Desdemona. Walaupun pada akhirnya ketika Othello telah mengetahui bahwa sang istri sang istri tak bersalah, Othello sangat menyesalinya.

Othello merupakan seorang sosok prajurit yang pemberani, loyal, setia dengan berkepribadian yang baik. Walaupun tanpa adanya restu orang tua, Desdemona bersedia menikah dengan Othello dikarenakan sifat dan kepribadiannya yang menawan dan penuh kehormatan tersebut. Seiring berjalannya cerita yang sangat penuh drama,  dikarenakan sifatnya yang baik tersebut memuat Othello diperdaya oleh Iago. Dan karena sifatnya yang menjunjung tinggi kehormatan, Othello tidak dapat memaafkan sang istri, hingga membunuhnya. 

Sejak awal Iago memang tidak menaruh rasa hormat dan tidak menyukai Othello sebagai perwira dengan berbagai alasan. Iago hanya mencoba mengejar ambisi pribadinya sendiri. Selain memperdayai Othello, Iago juga bersekongkol dengan teman dekat Desdemona untuk kepentingan uang. Ambisinya yang menginginkan pangkat dan promosi juga membuatnya tega untuk membuat tuduhan kepada Ajudan Othello yang bernama Cassio. Iago menuduh  bahwa Desdemona telah melakukan hubungan terlarang dengan Cassio. 

Lalu bagaimanakah Metafora moralitas yang terkandung dalam kisah tersebut ? mari kita lihat dengan cara pandang yang sangat umum bahwa 'sesuatu yang bermoral adalah putih, dan yang tidak bermoral adalah hitam'. Kita coba menggunakan konsep metafora moralitas hitam dan putih pada kalimat yang diutarakan oleh Othello berikut ini.

Othello : "Her name, that was as fresh As Dian's visage (Moon), is now begrimed and black As mine own face." (Othello Scene 3, Act 3 : Shakespeare)

Othello : "Was this fair paper, this most goodly book, Made to write 'Whore' upon? What committed?" (Othello Scene 4, Act 2 : Shakespeare)

Terdapat ungkapan yang jelas ketika Othello mengucapkan kalimat yang bermetafora bahwa baik karakteristik fisik, kepribadian Desdemona sang istri yang sangat baik dengan dimetaforakan oleh kata 'wajah bulan yang terang yang berubah menjadi gelap seperti kulit Othello yang gelap' dan 'kertas putih yang dikotori dengan sikap seperti pelacur'. Tetapi sebenarnya metafora tidak hanya muncul pada kalimat itu saja, tetapi muncul pada penggambaran fisik sang tokoh cerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun