Perencanaan kota adalah proses sistematis untuk mengembangkan dan
mengelola kota dengan mempertimbangkan aspek fisik, sosial, ekonomi, dan Ilmu
ekonomi perkotaan sebagai sebuah cabang ilmu baru mulai dikembangkan sekitar
tahun 1950. Tetapi upaya para ahli ekonomi untuk memperdalam dan menelaah
masalah-masalah perkotaan sudah lama dilakukan.
Faktor-faktor seperti, nilai sewa lahan, pengangguran, kesenjangan
pendapatan, harga perumahan, transportasi, lalu lintas transportasi, rangkaian
kebijakan pemerintah, perpajakan dan keuangan pemerintah daerah menimbulkan
dampak pada lingkungan
Kota adalah wadah tempat tinggal atau pemukiman lingkungan. Tujuan
perencanaan kota adalah menciptakan kota yang berkelanjutan, efisien, dan
nyaman bagi penduduknya.
Pengembangan pembangunan kota dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
keadaan alam, geografis, keadaan iklim, kebudayaan, sosial, budaya politik,
ekonomi, keuangan, dan lain lain.
Kota merupakan pusat kegiatan ekonomi, pusat pemerintahan, perusahaan,
sosial, jasa dan lain-lain.
Maju mundurnya suatu kota sangat dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi dan
kebijaksanaan wilayah yang bersangkutan (Mikro dan Makro).
Menurut Reksohadiprodjo (1985) timbulnya suatu kota ada 3 unsur yang
menyebabkan yaitu Scale Of Economies, Comperative Advantages dan Aminaties.
Kota yang disebabkan oleh Scale Of Economies merupakan kota yang
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan sehari-hari.
Fungsi kota pada hakikatnya memperlancar produksi dan pertukaran dengan
dekatnya lokasi berbagai kegiatan ekonomi. Apabila Scale Of Economies dan
Comperative merupakan faktor-faktor supply (yang menghasilkan sesuatu), maka
faktor pemerintahan (yang menarik) untuk mendorong perkembangan kota adalah faktor Amienites.
Comperative Advantage atau keunggulan komparatif adalaha kemampuan
suatu negara atau entitas untuk menghasilkan barang dan jasa dengan biaya
peluang yang lebih rendah dibandingkan negara atau entitas lain, sehingga
menciptakan manfaat dari perdagangan.
Aminities yaitu hal-hal yang ada di dalam kota yang menarik calon penduduk
kota, misalnya fasilitas publik yang bersih, infrastruktur yang bagus.
Menurut Richardson (1973) apabila ukuran suatu kota terlalu besar
cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik jika didukung
oleh potensi dan produksi kekayaan alam (sumber daya alam) serta tingkat ekspor
impor yang tinggi, yang menjadi pendorong utama perkembangan ekonomi daerah.
Sebaliknya bila terjadi ukuran kota terlalu kecil akan menghadapi masalah seperti
kelangkaan sumber daya, kesulitan beradaptasi terhadap perubahan, minimnya
peluan ekonomi dan sosial, peningkatan ketergantungan pada wilayah lain, dan
biaya infrastruktur yang lebih tinggi per kapita. Hal ini terjadi karena kota yang
terlalu kecil tidak memiliki skala ekonomi yang cukup untuk mendukung
pembangunan dan kesejahteraan penduduknya secara optimal.
3 Pendekatan :
1). Pendekatan Ekonomi Lokasi
Ekonomi lokasi ini kota dianggap sebagai bagian ruang dari ekonomi
nasional. Hubungan antar kota dan negara dianggap sebagai ekonomi antar
ruang, maka teori lokasi digunakan untuk melihat hubungan sebab-akibat
antara kota dan negara.
a. Kota merupakan bagian dari ekonomi negara
b. Penggunaan teori lokasi dipadukan dengan teori mikro ekonomi.
c. Kota dan negara berhubungan dengan ruang.
d. Intervensi pemerintah dapat memperburuk keadaan.
2). Pendekatan Kota Negara
Pada pendekatan ini kota dianggap sebagaimana negara yang
melalukan perdagangan dengan negara lain. Pada pendekatan ini kota
layaknya sebuah negara yang memerlukan keseimbangan ekspor dan impor,
dan banyak menggunakan teori makro di dalam analisinya.
Adapun prinsip-prinsip dari kota sebagai negara ini adalah:
a. Kota dianggap sebagaimana negara.
b. Diperlukan keseimbangan ekspor-impor untuk jangka pendek dan panjang.
c. Menggunakan pendekatan ekonomi makro.
d. Intervensi pemerintah diperlukan.
3). Pendekatan Keseimbangan Sosial
Diasumsikan sebagai satu kesatuan yang sangat terbuka yang tidak
memiliki hambatan apapun di perbatasan. Pada pendekatan ini diperlukan
sejumlah asumsi bahwa variabel-variabel tertentu yang berada di luar kota
dianggap konstan.
Peinsip- prinsip dasar dari pendekatan ini adalah:
a. Kota adalah sebuah satuan ekonomi yang terbuka.
b. Diasumsikan bahwa variabel-variabel di luar observasi adalah konstan.
c. Perubahan ekonomi kota tidak mempengaruhi ekonomi nasional.
Cakupan Ekonomi Perkotaan yaitu studi yang dilakukan didalam
ekonomi perkotaan meliputi makro dan mikro. Contohnya yaitu nilai sewa
lahan yang merupakan sebuah komoditi komoditi tidak bergerak (immoble)
dan nilainya sangat dipengaruhi oleh aktivitas yang terjadi di atasnya.
Aktivitas ini di pengaruhi oleh interaksi antara rumah tangga dan perusahaan.
Contoh lainnya adalah besaran kompensasi yang harus dibayarkan oleh
industri atas ekstranilisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekonomi kota
1. Infrastruktur: Infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, dan
transportasi umum, dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas ekonomi kota.
2. Investasi: Investasi dalam bidang industri, perdagangan, dan jasa dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi kota.
3. Sumber Daya Manusia: Tenaga kerja yang terampil dan terdidik dapat
meningkatkan produktivitas dan inovasi di kota.
4. Pemerintah: Kebijakan pemerintah yang mendukung dapat meningkatkan iklim
investasi dan pertumbuhan ekonomi kota.
Strategi untuk meningkatkan ekonomi kota
1. Pengembangan Industri Kreatif: Industri kreatif dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kota dan menciptakan lapangan kerja baru.
2. Peningkatan Infrastruktur: Peningkatan infrastruktur dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas ekonomi kota.
3. Pengembangan Pariwisata: Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan kota
dan menciptakan lapangan kerja baru.
4. Pengembangan Ekonomi Hijau: Ekonomi hijau dapat meningkatkan
keberlanjutan dan mengurangi dampak lingkungan.
Manfaat ekonomi kota
1. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat: Ekonomi kota yang sehat dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan
lapangan kerja.
2. Pengurangan Kemiskinan: Ekonomi kota yang sehat dapat mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial.
3. Peningkatan Investasi: Ekonomi kota yang sehat dapat meningkatkan investasi
dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Surabaya pada tahun 2024
menunjukkan tren positif yang signifikan, dengan laju pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai 5,45% pada Triwulan III 2024. Angka ini
tidak hanya melampaui pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 4,91%, tetapi
juga pertumbuhan nasional sebesar 4,95%. Hal ini menegaskan peran penting
Surabaya sebagai kota dengan aktivitas ekonomi yang dinamis dan beragam.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi:
- Konsumsi Rumah Tangga: Konsumsi rumah tangga menjadi salah satu faktor
utama pendorong pertumbuhan ekonomi Surabaya, didukung oleh peningkatan
belanja pemerintah yang signifikan.
- Investasi: Peningkatan investasi melalui pembangunan infrastruktur dan ekspansi
bisnis juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota ini.
- Sektor Sekunder dan Tersier: Sektor industri, perdagangan, dan jasa menjadi
tulang punggung pertumbuhan ekonomi Surabaya, menunjukkan perkembangan pesat dan daya saing kuat.
Upaya Pemerintah:
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai program, seperti:
- Program Padat Karya: Program ini bertujuan mengentaskan kemiskinan dan
pengangguran dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi
produktif.
- Pengembangan Kawasan Kota Lama: Pemerintah kota juga berencana
mengembangkan Kawasan Kota Lama Surabaya menjadi kawasan yang lebih
berkelanjutan dan inklusif, dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan
kegiatan ekonomi kreatif.
Dengan stabilitas ekonomi yang terjaga dan berbagai proyek pembangunan yang
terus berjalan, Surabaya semakin memperkuat posisinya sebagai pusat
perekonomian di Jawa Timur dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional.
Pembangunan Ekonomi Kota
Pertumbuhan ekonomi Surabaya pada tahun 2024 menunjukkan tren positif
yang signifikan, dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) mencapai 5,45% pada Triwulan III 2024. Angka ini tidak hanya
melampaui pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 4,91%, tetapi juga
pertumbuhan nasional sebesar 4,95%. Hal ini menegaskan peran penting
Surabaya sebagai kota dengan aktivitas ekonomi yang dinamis dan beragam.
Faktor Pendukung Pertumbuhan Ekonomi:
- Konsumsi Rumah Tangga: Konsumsi rumah tangga menjadi salah satu
faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Surabaya, didukung oleh
peningkatan belanja pemerintah yang signifikan.
- Investasi: Peningkatan investasi melalui pembangunan infrastruktur dan
ekspansi bisnis juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota ini.
- Sektor Sekunder dan Tersier: Sektor industri, perdagangan, dan jasa menjadi
tulang punggung pertumbuhan ekonomi Surabaya, menunjukkan
perkembangan pesat dan daya saing kuat.
Upaya Pemerintah:
Pemerintah Kota Surabaya terus berupaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui berbagai program, seperti:
- Program Padat Karya: Program ini bertujuan mengentaskan kemiskinan dan
pengangguran dengan melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan
ekonomi produktif.
- Pengembangan Kawasan Kota Lama: Pemerintah kota juga berencana
mengembangkan Kawasan Kota Lama Surabaya menjadi kawasan yang lebih
berkelanjutan dan inklusif, dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan
kegiatan ekonomi kreatif.
Dengan stabilitas ekonomi yang terjaga dan berbagai proyek pembangunan
yang terus berjalan, Surabaya semakin memperkuat posisinya sebagai pusat
perekonomian di Jawa Timur dan berkontribusi signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional.
Profil kabupaten Lumajang
Data Penduduk
Jumlah warga Kabupaten Lumajang sekitar 1,11 juta jiwa (2024), dengan
dominasi kelompok usia produktif.
Iklim & Cuaca
Lumajang beriklim tropis dengan dua musim utama, hujan dan kemarau.
Suhu rata-rata 22--33C, curah hujan tinggi di wilayah pegunungan Semeru
dan lebih rendah di daerah pesisir.
Sejarah
Lumajang, dahulu dikenal sebagai Lamajang, sudah ada sejak abad ke-12.
Wilayah ini pernah berada di bawah Kerajaan Kediri dan memiliki peran
penting dalam aktivitas ritual karena letaknya di sekitar Gunung Semeru.
Budaya & Kehidupan Sosial
Masyarakat Lumajang masih menjaga kesenian tradisional seperti Reog,Jaran Kencak, dan Ludruk. Kehidupan sosialnya bercirikan gotong royong,
pasar tradisional, serta kegiatan adat dan keagamaan.
Politik & Pemerintahan
Kabupaten Lumajang dipimpin oleh seorang Bupati dan Wakil Bupati, dengan
organisasi perangkat daerah yang diatur sesuai dokumen perencanaan
pembangunan daerah (RKPD/RPD).
Ekonomi
Perekonomian Lumajang bertumpu pada pertanian dan perkebunan (padi,
jagung, tebu, kopi, hortikultura). UMKM berbasis hasil pertanian dan sektor
pariwisata alam (Semeru, pantai, air terjun) juga berkembang sebagai
penopang ekonomi.
Potensi & Tantangan
Potensi: lahan pertanian subur, produk unggulan (pisang, kopi, kapulaga),
serta wisata alam dan budaya.
Tantangan: kerentanan terhadap bencana (erupsi, longsor, banjir),
kesenjangan desa--kota, dan perlunya infrastruktur serta pengolahan hasil
pertanian yang lebih modern.
Menyatunya Ekonomi & Budaya
Ekonomi dan budaya saling mendukung melalui agrowisata dan festival lokal
yang menampilkan hasil pertanian sekaligus kesenian tradisional. Hal ini
berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat sekaligus menjaga
warisan budaya. Namun, perlu pengelolaan berkelanjutan agar tidak terjadi
kerusakan lingkungan atau hilangnya nilai budaya asli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI