Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

4 Tips Bagaimana Mulai Menulis

17 September 2021   22:41 Diperbarui: 19 September 2021   01:00 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips memulai menulis | Sumber: Pexels/Andrea Piacquadio

Menjadi narasumber di kegiatan pelatihan menulis, selalu memunculkan ide-ide segar untuk menjadi bahan tulisan. 

Saat ini kebetulan dalam dua kali berturut-turut, saya sedang menjadi narasumber di pelatihan menulis untuk warga senior atau berusia lima puluh tahun ke atas dalam kegiatan di sini dan di sini

Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Komunitas 50plus (di mana saya menjadi salah satu anggotanya) dengan Komunitas Vlomaya Kompasiana --kebetulan di Vlomaya ini, saya duduk sebagai ketuanya. 

Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah dari manakah ide menulis didapat, dan bagaimana memulai menulis. Mulainya dari mana dan bagaimana?

Dalam hal ini, saya mencoba memformulasikan tips-tips dalam memulai menulis. Walaupun pelatihan tersebut diadakan untuk komunitas senior, tetapi tips-tips ini berlaku lintas generasi dan umum. 

Siapapun dimungkinkan menghadapi persoalan yang sama saat mulai menulis sebuah artikel ataupun tulisan yang sifatnya adalah tulisan ringan yang biasanya bersumberkan kepada kisah atau pun pengalaman hidup si penulis. 

Keempat tips tersebut akan saya uraikan secara singkat seperti di bawah ini, yaitu: 

1. Belajar dari SPBU

Kalau sedang mengisi bensin di SPBU (stasiun pengisian bahan bakar umum) kata apakah yang sering kita dengar?

Ya, betul sekali, kata-kata ini yang biasanya selalu mengawali pengisian bensin ke kendaraan kita, "mulai dari nol yaaaa pak/bu ...."

Menulis pun demikian, kita sadari bahwa selalu ada awal mula dalam menulis. 

Dari tidak bisa, menjadi bisa. Dari tidak biasa, menjadi biasa. Tapi semua memang harus disemangati, seperti semangat mengisi bahan bakar di SPBU dari nol, tetapi angka terus bergerak mengisi bahan bakar ke dalam kendaraan kita. 

Demikian pula kita, perlu memecahkan 'telur kebuntuan' atau 'breaking the silence" dalam menulis -- semangat ingin menulis.

Semangat ingin menulis ini perlu ditunjang dengan memilih ide atau tema yang akan ditulis. 

Dan proses ini sering menemui halangan yang biasanya bahkan muncul dari diri sendiri, seperti lontaran-lontaran ucapan berikut ini: apa yang ditulis nih? Nggak ada ide menulis sama sekali nih, saya suka bingung menentukan ide menulis, dari mana sih ide menulis itu? Dan lain sebagainya dan lain sebagainya. 

Pertanyaan-pertanyaan ini perlu segera dijawab atau diselesaikan, karena kalau tidak, dapat berpotensi menjadi  'self blocking' atau halangan yang justru muncul dari dalam diri sendiri. Bukan begitu?

Ide menulis dapat datang dari mana saja dan dapat berupa apa saja. Dan sebetulnya ide menulis itu berserakan di sekitar kita.  

Memulai Menulis (sumber: lifehack.org)
Memulai Menulis (sumber: lifehack.org)

Beberapa sumber ide untuk menulis, sekadar brain storming, dapat diambil dari beberapa poin berikut ini, seperti pengalaman sehari-hari (ini bahkan dapat menjadi sumber penulisan semacam biografi), resep-resep kue atau masakan, pengalaman berbelanja (online, pasar tradisional), puisi atau prosa, rencana membuat tulisan berbentuk cerpen atau cerbung maupun cerita fiksi, pengalaman sembuh dari penyakit (misalnya Covid-19, kanker, dll), pengalaman mengajar ataupun perilaku siswa di kelas/sekolah, pengalaman belajar (misalnya pengalaman bersekolah di luar negeri), pengalaman romansa (misalnya tentang kisah pacaran dengan mantan pacar yang sekarang menjadi pasangan kita), pengalaman traveling, pengalaman saat KKN (untuk mahasiswa), pengalaman horor, pengalaman menangani perilaku anak buah (bagi pimpinan), dan lain sebagainya. 

Masih buanyaaaaak lagi, yakan...yakan....

2. Membuat pointers atau mind map

Begitu ide atau tema yang akan ditulis telah diperoleh, kini saatnya untuk segera membuat pointers atau mind map untuk tulisan kita. 

Pointers ataupun mind map yang akan disusun ini akan sangat membantu nantinya dalam hal menyusun tulisan. 

Saya sendiri lebih sering menggunakan mind-map dibandingkan pointers, karena terasa lebih mudah, lebih fleksibel dan lebih mudah menuangkan atau mengembangkannya ke dalam sebuah tulisan.

Berikut adalah contoh sebuah mind map. Dalam mind map ini, si penulis akan menceritakan pengalamannya saat berkuliah di luar negeri sambil bekerja di luar jam kuliah. 

Contoh mind map (sumber: Dokumentasi pribadi)
Contoh mind map (sumber: Dokumentasi pribadi)

Si penulis pun akan menceritakan tentang seperti apa pekerjaan tersebut yang ternyata dilakukan di pedesaan, sebagai pemetik apel. 

Dalam pekerjaan yang dianggapnya ringan ini ternyata agak sedikit rumit, tapi tetap dilaksanakan dengan modal nekat. 

Si Penulis mendapatkan hal yang meringankan dalam pekerjaannya, dengan menggunakan akalnya. 

Ia menamakan akalnya ini sebagai akal pintar khas Indonesia. Menarik ya (cerita lengkap kisah yang termuat dalam mind map ini merupakan salah satu materi yang saya sampaikan dalam pelatihan tersebut -- saat membahas tentang penggunaan mind map dalam mempermudah pembuatan tulisan atau artikel).

Untuk tulisan yang tidak terlalu panjang, pointers ataupun mind map yang kita susun tidak pula terlalu banyak atau panjang. 

Akan lebih baik bila pointers ataupun mind map yang kita buat lebih singkat, tetapi tulisannya dapat lebih dalam.

Bila telah terbiasa menulis, maka kadang tidak diperlukan lagi membuat pointers atau pun mind map, karena sudah tergambar di dalam pikiran si penulis. Tetapi pointers ataupun mind map dapat tetap dibuat untuk menjaga 'marwah atau flow' tulisan.

3. Menulis singkat mengembangkan ide

Langkah selanjutnya adalah mengembangkan ide yang telah disusun dalam bentuk pointers ataupun mind map seperti telah disebutkan di atas ke dalam tulisan. 

Buat tulisan dalam bentuk singkat-singkat per kalimatnya. Kalimat tidak perlu panjang-panjang. Dasar dari hal ini adalah bahwa menulis itu perlu diperhitungkan efisiensinya. 

Dalam satu kalimat, jangan boros kata tetapi miskin makna. Hal ini agar tulisan kita dapat lebih mudah dicerna oleh pembacanya. Namun syarat ini tidak berlaku bagi penulisan puisi, maupun prosa maupun pembuatan.

Genre-genre tulisan ini lebih menekankan pada kalimat-kalimat yang menyentuh ataupun menggugah pembacanya, panjang - pendeknya kalimat tidak menjadikan masalah.

Pengembangan ide tulisan tadi dapat dibagi kedalam beberapa paragraf. Tidak ada batasan baku terkait hal ini. Untuk tahap awal, mungkin bisa dalam bentuk sedikit paragraf. 

Bila memerlukan informasi lebih luas, bisa ditambahkan paragraf-paragraf lanjutannya. Yang pasti, kalimat-kalimat yang dikembangkan itu harus selalu terkait dengan mind map yang telah dibuat. Tujuannya agar tulisan kita tidak ke mana-mana. 

Apabila mind map sudah terbentuk, bolehkah alur cerita berubah? 

Tentu saja boleh, karena tidak ada kekakuan dalam menulis. Bila perlu, bila ada pengembangan ide, rubah mind map terlebih dahulu lalu kemudian kalimat-kalimat yang dikembangkan kemudian dapat mengikuti perubahan tersebut.

Bisa saja si tulisan-tulisan itu dipisahkan berdasarkan mind map ataupun pointers yang telah dibuat, setelah itu baru disatukan, seperti layaknya orang sedang menjahit baju. 

Setelah semua bahan terpotong sesuai pola, lanjut kemudian untuk menyatukan potongan-potongan kain tersebut menjadi sebuah baju atau pakaian yang utuh.

4. Menulis semampunya sesuai kebutuhan dan jangan ditunda-tunda 

Tidak ada batasan kata ataupun jumlah kalimat dalam penulisan seperti ini. Bersandarkan pada flow kalimat saja. Tetapi, untuk ketentuan penulisan untuk momen atau event tertentu, biasanya dipatok sekitar minimal 500 kata. 

Sebagai perbandingan, untuk tulisan yang bersifat ilmiah populer, biasanya berkisar di jumlah kata 500 - 750 kata.

Untuk pemula, akan lebih baik bila mulai bertahap. Misal sekitar 100 kata, lalu meningkat 200, 300, 400, hingga mencapai 500 kata dan atau bahkan lebih. 

Penambahan jumlah kata harus berbanding lurus dengan alur atau flow tulisan yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas tulisan maupun informasi yang disajikan. 

Yang sangat perlu ditekankan di sini dalam proses mengembangkan ide adalah adalah pentingnya tidak MENUNDA-NUNDA, kalau sudah dapat ide tulisan, untuk mengembangkannya ke dalam untaian-untaian kalimat. 

Karena sekali menunda, biasanya akan muncul penundaan-penundaan berikutnya yang dapat menyebabkan tidak selesainya calon-calon tulisan ataupun artikel itu.  

Benjamin Franklin, founding father-nya Amerika Serikat, pernah berkata, "Either write something worth reading or do something worth writing."

Maksud dari kutipan kalimat tersebut adalah bahwa kita itu sebetulnya memiliki dua tujuan dalam menulis, disadari ataupun tidak, yaitu yang pertama adalah bahwa kita itu menulis untuk sesuatu yang pantas dibaca, dan atau kita itu menulis untuk sesuatu yang memang pantas untuk ditulis. 

Dan tulisan ini pun menekankan akan kedua hal tersebut. Agar hidup kita dapat lebih bermanfaat dengan tulisan-tulisan yang kita hasilkan --apapun bentuk tulisannya.

So, let's start writing now and compose your writing or article

Ayo memulai menulis sekarang juga, draf tulisan ataupun artikel Anda.

Bagaimana menurut teman-teman? Selamat menulis...

Bogor, 17 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun