Mohon tunggu...
budi muhaeni
budi muhaeni Mohon Tunggu... Penulis

saya masih rutin jogging untuk 10 km; saya tertarik dengan topik-topik kepemimpinan, psikologi, dan perilaku; saya juga menggemari bacaan atau cerita-cerita tentang hikmah kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Medsos, Hiperrealitas Baru Demokrasi Indonesia

5 Oktober 2025   14:19 Diperbarui: 5 Oktober 2025   18:39 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiperrealitas vs Realitas

Hubungan Digital, Kehidupan yang Semu

Setiap Lebaran, kita sibuk membuat ucapan "Minal Aidin wal Faizin" dengan desain indah dan membagikannya di medsos. Kita mengetik "maaf lahir batin" untuk orang yang bahkan tak pernah kita sapa di dunia nyata. Ironisnya, dengan tetangga di sebelah rumah, kita tak sempat berjabat tangan.

Hubungan digital menciptakan rasa hangat yang semu, seperti kopi sachet: wangi, manis, tetapi cepat hilang.

Saat Membawa Kebenaran Justru Dibully

Tak jarang, mereka yang berusaha membawa kebenaran justru menjadi sasaran cyber bullying. Jurnalis independen, aktivis sosial, atau warga biasa yang mengkritik kebijakan publik sering dihujani hinaan dan fitnah. Di ruang hiperrealitas, kebenaran tidak selalu mendapat tempat --- karena yang viral lebih menguntungkan daripada yang benar.

Menjembatani Realitas dan Hiperrealitas

Kita tidak bisa menolak kehadiran dunia maya. Tetapi kita bisa menolak untuk diperdaya olehnya. Dunia maya seharusnya menjadi jembatan menuju realitas, bukan menggantikannya.

Kuncinya ada pada kesadaran literasi digital. Sebelum menghakimi, pahami konteks. Sebelum membagikan, periksa kebenaran. Sebelum menulis, tanyakan pada hati: apakah ini membangun atau justru merusak?

Dengan langkah sederhana seperti itu, medsos bisa menjadi ruang dialektika yang sehat --- bukan sekadar arena gaduh.

Demokrasi di Era Hiperrealitas

Demokrasi adalah sistem yang riuh tapi perlu. Ia memberi ruang bagi kebebasan berpikir, sekaligus menguji kedewasaan kita dalam menggunakannya. Di era medsos, kita memang hidup dalam hiperrealitas demokrasi --- ketika yang viral seolah menjadi yang benar, dan yang senyap dianggap salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun