Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dukun Sakti dari Sukamantri

28 September 2017   12:44 Diperbarui: 28 September 2017   18:06 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kemah di Sukamantri|Dokumentasi pribadi

Tidak jauh dari Kota Bogor, terdapatlah sebuah Camping Ground bernama Sukamantri. Letaknya di selatan kota hujan dan merupakan salah satu pintu dari jalur pendakian Gunung Salak. Ketinggiannya sekitar 800 M di atas permukaan laut. Suasananya sejuk sehingga Sukamantri menjadi salah satu pilihan buat para pecinta alam untuk berkemah.

Kelompok pecinta alam kami, Phidelta, sedang camping di sana. Waktu itu tahun 1985, jadi suasana bumi perkemahan ini masih sepi. Pepohonannya masih rimbun menyerupai hutan dan jalanannya masih sangat jelek sehingga kendaraan jeep menjadi pilihan utama jika tidak ingin mendapatkan risiko mobil rusak. Sekarang ini, Sukamantri sudah seperti kebun raya, untuk masuk ke sana dikenakan biaya masuk dan di sepanjang jalan setelah loket berjejer warung-warung makan buat yang malas untuk memasak.

Cukup banyak anggota kelompok pecinta alam kami yang ikut berpartisipasi dalam acara kemping ini. Jumlahnya sekitar 20 orang ditambah 2 orang lagi yang akan menyusul tengah malam nanti.

Sesampainya di camping ground, pembagian pekerjaan pun dilakukan. Cowo-cowo memasang tenda, sebagian lainnya mengambil air bersih dari mata air yang letaknya tidak jauh dari base camp sedangkan cewe-cewe mengeluarkan peralatan memasak untuk menyiapkan makan malam nanti. Makan malam bersama sambil mengelilingi api unggun adalah saat yang paling menyenangkan. Kapan kalian terakhir kali makan malam sambil memandang bintang dan diiringi musik gitar dan suara sumbang dari teman-teman kita? Udah gak inget lagi, kan?

Tepat pukul 12 malam, sebagian besar peserta mulai mengantuk dan masuk ke dalam tenda untuk beristirahat. Sekarang, di api unggun, tinggallah saya bersama dua orang teman yang namanya Ewok, Hadi dan Arthur. Ewok adalah ketua kelompok pecinta alam Phidelta. Orangnya gesit, baik dan mempunyai leadership yang tinggi. Hadi yang senang dengan hal yang berbau klenik menambah kayu agar api unggun tetap menyala. Sementara saya sendiri sibuk dengan gitar mengiringi Arthur menyanyi.

"Setaaaaaan...!!! Toloooong setan....tolong ada setaaan!!!!"

Sedang asik-asiknya menikmati suasana malam, tiba-tiba terdengar suara pekikan dan bayangan seseorang menghampiri api unggun.

Secara refleks, kami berempat berdiri dan melihat bayangan tersebut menghampiri. Seseorang nampak berlari dengan sangat panik lalu jatuh kemudian berdiri dan kembali berlari ke arah kami dengan ketakutan yang luar biasa.

"Wah itu Si Toni tuh," kata Hadi.

"Iya, kenapa dia, ya?" tanya Arthur.

Bruk! Toni terjatuh kembali tepat di samping unggun dan mulutnya masih memekik, "Waaaaaa....!!! Tolongin gue. Gue dikejar setaaaan...!!!!"

Dengan gerak yang sangat tenang, Ewok memeluk Toni dan berkata, "Tenang, Ton! Tenang. Lo aman sekarang. Di mana setannya?"

Sambil menggigil ketakutan, Toni menoleh ke belakang dan tangannya menunjuk-nunjuk ke arah semak-semak yang gelap,"Tadi gue dikejar dari bawah sampe ke sini. Waaaa.... tolongin gue, Wok!"

"Tenang, Ton. Lo udah aman. Udah ada kita di sini," bujuk Ewok lagi berusaha menenangkan.

Gara-gara teriakan Toni yang keras, semua orang ke luar dari tenda hendak mengetahui apa yang terjadi. Semua orang kini berada di api unggun mengelilingi Toni. Dengan bantuan api unggun, semua orang bisa melihat baju dan celana Toni sobek di sana-sana, sedangkan di tangan dan kakinya terdapat goresan kecil dan panjang. Saya dapat memperkirakan pasti itu karena Toni jatuh berkali-kali saat dikejar setan.

"Ada apa, Wok? Ada apa, Wok? Si Toni kenapa?" tanya semua orang ikut heboh melihat peristiwa yang terjadi.

"Coba semua tenang, ya. Gak ada yang perlu ditakutkan. Semua harap balik ke tenda masing-masing dan beristirahat kembali. Biar masalah ini kami yang urus," kata Ewok lagi.

Semua peserta kemping menuruti perintah Ewok. Dengan langkah perlahan satu-satu kembali ke tendanya. Namun belum juga semuanya masuk, tiba-tiba terdengar kembali suara yang menyeramkan.

"Waaaaaa. tolong!!! Setaaan!!! Setaaaan...!!!!"

Kami semua merinding mendengar teriakan histeris tersebut. Dari tempat yang berlawanan dengan arah datangnya Toni,  sekonyong-konyong sebuah bayangan sampai di dekat kami dan menjatuhkan dirinya ke dekat api unggun.

"Waaaaa...!!!! Tolongin gue. Ada setaaaaan....!!!!"

"Wah ini Si Berti," kata Arthur sambil berjongkok di sisi orang yang baru datang itu. Sambil menangis histeris, Berti memeluk Arthur saking bersyukur karena merasa dirinya sudah aman.

Di sebelah mereka, Ewok menginterogasi Toni untuk mengetahui lebih jelas apa yang sebenernya mereka alami. Awalnya Toni sulit bercerita karena debur jantungnya masih memburu. Setelah menarik napas panjang berkali-kali, akhirnya dia mampu juga menguasai diri. Dengan suara sesunggukan Toni bercerita. Jadi kisahnya begini.

Berti dan Toni adalah anggota kami yang datang menyusul ke Sukamantri. Mereka datang dengan kendaraan umum. Dari bawah mereka berjalan kaki menempuh jalan sekitar 5 km ke tenda kami. Namun untuk menghemat waktu, mereka memutuskan untuk mencari jalan pintas melalui jalan setapak menembus hutan pinus yang sangat gelap. Dengan hanya berbekal 1 senter kecil yang dipegang oleh Toni, kedua sahabat itu berjalan menyusuri jalan setapak yang agak licin karena gerimis yang turun sore tadi.

Karena udara sangat dingin, Toni tiba-tiba kebelet pipis. Dia menyuruh Berti agak menjauh lalu dia sendiri pipis di batang sebuah pohon pinus yang ukurannya setinggi pohon kelapa. Suasana sangat sepi, yang terdengar hanya suara binatang tenggoret dan air kencing Toni yang menghantam batang pinus dengan derasnya.

Sedang asik-asiknya buang hajat kecil, sekonyong-konyong pohon pinus itu bergerak menjauhi Toni. Tentu saja Toni terkejut bukan main, dia menengok ke arah pohon pinus tersebut dan apa yang dilihatnya? Tidak ada pohon pinus. Yang ada adalah seorang laki-laki setinggi pohon kelapa menggunakan sarung dan baju putih dengan peci di kepala. Dan yang lebih mengerikan, mahluk raksasa tersebut berdiri tanpa menyentuh tanah alias mengambang di angkasa.

Makhluk besar itu sekarang juga memandang Toni dengan sinar mata tajam, mulutnya menyeringai seram sekali dan kedua tangannya bergerak seperti binatang buas yang hendak menerkam mangsanya.

"Waaaaaaa...!!!!!" Ketakutan yang luar biasa membuat Toni berlari lintang pukang sambil berteriak-teriak minta tolong. Berti yang tidak mengerti apa yang terjadi ikut ketakutan melihat tingkah laku temannya. Karena sangat panik, dia berlari tanpa senter sehingga keduanya terpisah satu sama lain. Mereka sempat berputar-putar di sekitar hutan pinus cukup lama sampai akhirnya sampai di base camp dengan cara seperti di atas.

Selesai bercerita, Ewok berkata pada saya, "Bud, tolong ambil senter. Lo cek dan jalan ke arah datangnya Toni dan gue ngecek ke arah datangnya Berti. Okay?"

"Okay, Boss!" sahut saya seraya berjalan ke arah tenda dan mengambil dua buah senter besar. Yang satu, saya serahkan ke Ewok.

"Sekarang Hadi temenin Budiman dan Arthur sama gue. Yuk, berangkat!" kata Ewok lagi.

Ngeliat saya dan Ewok hendak pergi, Toni dan Berti semakin panik. Arthur dan Hadi dengan sabar berusaha untuk menenangkan kedua anak itu.

"Jangan tinggalin gue. Gue takut setannya datang lagi. Tolong jangan tinggalin gue...!!!' Kedua korban dengan suara memelas memohon untuk tetap ditemani.

"Okay-okay. Lo berdua tenang aja. Kalo gitu yang pergi cuma Budiman dan gue," kata Ewok lalu melanjutkan perkataannya, "Arthur dan Hadi, kalian berdua tetep di sini nemenin Toni dan Berti. Okay?"

"Okay, Boss!" sahut keduanya.

Dengan jantung dag dig dug, saya berjalan sendirian ke arah Toni datang tadi sementara Ewok berjalan ke arah sebaliknya.

Setelah berjalan sekitar 500 M, saya mulai terbiasa dengan kegelapan. Sebetulnya malam tidak terlalu pekat karena saat itu bulan purnama sedang memancarkan cahayanya yang gilang gemilang. Tapi ketika sampai di hutan pinus yang rimbun, sinar bulan terhalang oleh daun pinus membuat suasana cukup gulita. Beberapa kali bulu kuduk saya merinding karena merasa ada enerji aneh yang berada di sekitar saya. Setiap kali merasa merinding, saya berhenti dan membaca ayat kursi. Setelah hati cukup tenang, saya menengok ke segala arah dan tidak menemukan apapun di sana lalu rasa merinding pun lenyap.

Beberapa kali bulu kuduk merinding namun tetap saja saya tidak menemukan apa-apa. Dulu saya punya teman seorang pendaki gunung senior. Dia sering berkata bahwa ketika kita merinding, itu artinya ada makhluk halus yang ketakutan karena kita memasuki wilayahnya. Jadi rasa merinding itu bukan berarti kita takut tapi signal bahwa ada enerji asing berada di sekitar kita. Yang takut makhluk halusnya, bukan kita. Menarik ya pemahamannya. Pemahaman itulah yang membuat saya selalu tabah untuk berhadapan dengan makhluk dari dimensi berbeda ini.

Setelah berjalan sekitar 1 Km, saya memutuskan untuk kembali ke base camp. Sesampainya di api unggun, Ewok sudah sampai di sana. Di sisi api unggun, saya melihat Toni dan Berti sedang sholat isya berjamaah. Toni yang jadi imam dan Berti menjadi makmum. Toni membaca ayat kursi dengan suara yang sangat lantang. Sementara Arthur, Ewok dan Hadi yang sedang menjaga mereka tersenyum ke arah saya.

"Aman, Bud?" tanya Ewok.

"Aman, tenteram, gemah ripah loh jinawi," sahut saya sambil menaruh pantat di tanah, "Btw, ini Toni dan Berti tumben sholat? Alhamdulillah deh udah pada insap."

"Raksasa yang setinggi pohon pinus itu yang bikin mereka sholat Hehehehe....." kata Arthur.

Selesai sholat, Berti mengeluarkan sebuah botol dari ranselnya. Pas saya perhatiin ternyata itu sebuah botol whiskey merk Johny Walker, Black label yang masih disegel.

"Heh? Abis sholat kok minum whiskey?" tanya Ewok keheranan bukan main.

Sambil meneguk air kata-kata langsung dari botolnya, Toni menjawab, "Kita mau bikin dua tameng pertahanan, Wok."

"Maksudnya gimana?" tanya Arthur juga gak kalah rasa ingin taunya.

"Jadi begini..." Kali ini Berti yang menjawab, " Melalui sholat, kita minta Tuhan melindungi kita. Dan melalui whiskey, kita minta setan berdamai dengan kita agar tidak mengganggu lagi."

"Hahahahahaha...." Hadi dan Arthur tertawa terbahak-bahak mendengar strategi mereka yang unexpected tersebut.

Dan malam itu, Ewok, Hadi, Arthur dan saya menerima getah dari kejadian ini. Toni dan Berti tidak mengijinkan kami untuk kembali ke tenda. Mereka memaksa kami untuk menemani mereka sampai pagi di api unggun. Akhirnya jadilah kami berenam menggadangi bulan ditemani whiskey, rokok dan Indomie yang dimasak oleh Arthur.

Ketika fajar menyingsing, suasana berjalan kembali normal. Ada sebagian teman yang turun ke kampung terdekat untuk membeli perbekalan makanan. Ada yang berolahraga pagi dengan melakukan hiking di sekitar hutan pinus, ada juga yang berjalan menuju air terjun. Di Sukamantri memang terdapat beberapa air terjun, antara lain namanya Curug Nangka, Curug Luhur dan Curug Surya Kencana.

Saya sendiri masuk ke tenda dan mencoba untuk tidur. Peristiwa semalam membuat saya cukup kelelahan sehingga tanpa terasa saya tertidur sampai dibangunkan untuk makan siang.

Menjelang magrib, gelap pun mulai datang. Toni dan Berti mulai paranoid lagi. Dengan segera keduanya mengumpulkan kayu sebanyak-banyaknya dan mulai menyalakan api unggun. Pokoknya mereka ingin suasana tetap terang benderang untuk mengusir ketakutan mereka.

"Eh, Si Ewok mana ya?" Tiba-tiba Kiki salah seorang teman bertanya.

"Wah? Ewok ke mana? Kok gak ada?" seru Didi, teman lain di sebelah Kiki.

Mendengar pertanyaan itu, Toni dan Berti hatinya tercekat kembali.

"Cari dong Si Ewok. Jangan-jangan dia diculik sama setan yang gangguin gue semalem," kata Toni dengan suara gemetar.

"Arthur ke mana?" tanya seseorang lagi.

Kembali orang-orang celingukan, sebagian lagi memeriksa semua tenda namun Ewok dan Arthur menghilang, entah pergi ke mana. Semua orang kembali was-was, kuatir akan keselamatan kedua orang itu. Semua orang berdiskusi tentang bagaimana cara menemukan kedua teman kami yang menghilang. Saya sendiri cuma merokok sambil menyender di sebuah batang pohon. Entah kenapa, saya yakin sekali kalo Ewok dan Arthur baik-baik saja. Kedua orang itu adalah tipe manusia pemberani. Kalo mereka gak ada, pastilah karena sedang melakukan sesuatu yang mereka anggap penting.

Seorang teman bernama Wiwin nyeletuk, "Begini deh. Kita tunggu keduanya sampe makan malam. Kalo sampe selesai makan malam mereka belum nongol, baru kita ngelapor ke kepala desa. Setuju?"

"Setuju!!!" Seperti paduan suara semua orang menyahut kompak banget.

Jam 8 teng, makan malam pun dihidangkan oleh para perempuan dengan menu mie goreng dan nasi goreng yang dicampur kornet. Santapan yang lezat bukan main walaupun rasa micinnya luar biasa jahat. Kalo kemping di udara dingin, perut kami selalu berubah menjadi diktator yang secara keji memerintahkan segala macam makanan untuk dimasukkan ke dalam mulut. 

Baru saja acara makan selesai, Ewok dan Arthur datang. Semua orang bernapas lega dan menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Anehnya, Ewok dan Arthur datang tidak hanya berdua. Mereka membawa seorang kakek-kakek yang sudah sangat tua bersama mereka. Kakek tua ini memakai  pakaian serba hitam. Bajunya hitam, celananya hitam, ikat kepalanya hitam bahkan sandal jepit yang dipakainya juga berwarna hitam. Di pinggangnya melilit sebuah sarung bermotif batik. Hanya rambut, kumis dan jenggotnya saja yang berwarna putih.

Walaupun sudah tua, kakek itu nampak masih terlihat gesit. Matanya separuh terpejam dan mulutnya bergerak-gerak, berkomat-kamit entah sedang mengatakan apa. Di tangannya, dia membawa sebuah baskom yang ditutupi oleh serbet yang sudah sangat lusuh.

"Mau makan, Wok?" tanya Dina seorang teman perempuan menawarkan.

"Soal makan nanti dulu. Coba semua teman berkumpul di api unggun karena saya akan mengumumkan sesuatu yang penting," kata Ewok.

Mendengar suara Ewok yang sangat serius, suasana menjadi sedikit tegang lagi, tanpa terasa kami mengikuti perintah Ewok. Semua berkumpul membuat lingkaran di sekitar api unggun.

"Okay, terima kasih teman-teman sudah berkumpul di sini. Kami punya pengumuman penting dan pengumuman itu akan disampaikan oleh Arthur. Silakan, Thur," kata Ewok mempersilakan Arthur.

Dengan hikmad, Arthur mulai berkata, "Teman-teman sekalian. Kita tau apa yang menimpa teman kita Toni dan Berti semalam. Tentunya kita sangat prihatin dan berharap peristiwa ini tidak akan terjadi untuk kedua kalinya."

Semua hadirin terdiam. Di atas sana bulan semakin bersahabat dan memberi lampu tambahan membantu api yang perlu ditambah kayunya.

"Karena itulah, saya dan Ewok sejak sore tadi mencari orang pintar yang mampu untuk melindungi kita semua. Dan orang pintar ini sekarang sudah berada di sebelah saya. Beliau bernama Pak Anwar dan dia adalah orang pintar terbaik di seluruh daerah jawa barat."

Mendengar ucapan Arthur, semua orang menoleh ke arah Si Kakek. Orang tua itu masih saja berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara dan matanya tetap separuh terpejam seperti bayi yang terserang kantuk.

"Nah, Alhamdulillah, Pak Anwar telah membuat sebuah ramuan ampuh untuk mencegah datangnya setan dan makhluk halus. Dan ramuan itu berada di dalam baskom ini."

Habis berkata begitu, Sang Kakek menyerahkan baskom kepada Arthur. Setelah itu, dia kembali ke posisinya semua.

"Jadi yang perlu dilakukan teman-teman adalah seperti berikut. Saya akan membuka sedikit serbet di atas baskom ini lalu teman-teman sekalian silakan mendekatkan hidung kalian ke arah baskom yang terbuka lalu hiruplah aromanya sekuat-kuatnya."

Semua hadirin terdiam.

"Semakin kuat kalian menghirup, makin besar perlindungan ramuan ini pada kalian. Insya Allah kita semua akan terlindungi dari godaan setan dan makhluk halus apapun yang akan mengganggu kita. Apakah kalian setuju?"

Sejenak semua orang ragu-ragu untuk menjawab. Suasana sunyi. Yang terdengar hanya berkeretaknya suara kayu yang sedang dilalap api. Dari kejauhan terdengan suara anjing melolong sehingga menambah situasi semakin mistis. Sementara Sang Kakek masih saja berkomat-kamit tanpa mengeluarkan suara. Kumis dan jenggotnya bergerak-gerak mengikuti gerakan mulutnya.

"Okay! Siapa yang mau mulai duluan?" tanya Arthur lagi.

"Gue! Gueee...!!!" Tiba-tiba Toni berkata dan menghampiri Arthur.

"Okay, Ton. Gue buka serbetnya sedikit, lo deketin idung lo ke arah bibir baskom lalu hirup sekuat-kuatnya. Siap?"

"Siap!!!"

Dengan perlahan Arthur membuka serbet sedikit dan dengan buas Toni langsung mendekatkan mukanya ke arah baskom dan menghirup sekuat-kuatnya. Selesai mengendus, dia kembali ke tempatnya semula.

"OK, siapa lagi?"

"Guee!! Gueeee...!!" Sekarang Berti yang maju. Sebagai korban godaan setan, keduanya tentu saja yang paling bernapsu untuk memperoleh perlindungan. Dengan tak kalah ganas dia menyedot ke arah baskom sekuat hidungnya mampu.

"Okay, siapa lagi?"

Awalnya teman-teman yang lain ragu-ragu untuk melakukannya. Tapi mengingat betapa mengerikannya apa yang telah menimpa Toni dan Berti, akhirnya semua orang satu persatu menghampiri Arthur dan menghirup ke arah baskom dengan hikmad.

Setelah hampir seluruh teman menikmati keharuman ramuan sakti dari baskom, Arthur bertanya pada saya, "Udah semua? Lo belom kan, Bud?"

"Bukan belom tapi emang gue gak mau," sahut saya tersenyum.

"Kenapa lo gak mau?" tanya Arthur lagi.

"Gue gak butuh itu untuk menghadapi setan. Gue punya cara sendiri untuk menghadapi godaan mereka."

"Okay! Buat yag gak mau, gapapa, loh," kata Arthur lagi, "Tapi ingat! Kalo terjadi apa-apa pada kalian, kami gak mau bertanggung jawab."

Semua orang terdiam tapi gak ada seorang pun yang maju lagi. Nampaknya semua udah selesai menghirup aroma ramuan anti setan tersebut.

"Okay, udah semua ya?" tanya Arthur, "Kalo udah semua, saya dan Ewok akan pergi mengantarkan kembali Pak Anwar ke kampungnya. Terima kasih."

"Woi...tunggu!! Tungguuuu....gue belom!!!!" teriak seseorang.

Semua orang menoleh pada sumber suara itu dan ternyata dia adalah Kemal. Sejak awal saya perhatiin, Kemal memang ragu-ragu untuk melakukan ritual mengendus aroma itu tapi karena semua orang melakukannya, di detik-detik terakhir, Kemal memutuskan untuk melakukan hal yang sama.

"Silakan, Kemal," kata Arthur sambil membuka serbet di atas baskom .

Dengan perlahan tapi mantap, Kemal menghirup aroma dari baskom itu berkali-kali lalu kembali ke tempatnya.

Setelah ritual selesai, Arthur kembali berujar, "Baiklah teman-teman. Terima kasih atas kerjasama dan kesediaannya untuk melindungi diri dari godaan setan dan makhluk halus. Tapi tentunya teman-teman penasaran apa isi dari baskom ini, kan?"

"Iya, isinya apa sih kalo boleh tau? Keris, ya?" tanya Aida.

"Bukan keris tapi batu bertuah yang udah diisi oleh jin islam," kata seseorang lagi yang bernama Hessy.

"Pasti ramuan rempah yang udah dikasih jampi-jampi oleh Pak Anwar," celetuk Vanda yang sedari tadi tidak pernah membuka suara.

"Baiklah, teman-teman. Biar kalian semua gak penasaran, saya akan perlihatkan saja isi baskom ini," kata Arthur lalu menyerahkan baskomnya ke Ewok, "Wok pegangin baskom ini bentar."

Ewok menerima baskom dan Arthur manarik serbet sehingga baskom terbuka seutuhnya. Dengan gerakan perlahan, Arthur mengambil sesuatu dari baskom itu lalu membentangkannya ke arah kami semua.

Sekarang terlihatlah sebuah celana dalam yang sudah sangat kotor. Di bagian tengahnya terdapat warna kekuningan sehingga tampak menjijikkan sekali.

"Jadi begini teman-teman. Tadi pagi saya diare dan saya murus-murus bolak-balik harus buang hajat ke kali ujung sana. Nah sebelum celana dalam ini saya buang, saya ingin menghilangkan baunya. Jadi terima kasih buat semua teman-teman yang telah menghirupnya. Sekian dan terima kasih..."

"Waaaaaaa....!!!!! Hueeeeeeek!!!!!" semua orang histeris karena murka dan jijik. Malam itu habislah Arthur diserang semua teman-teman. Ada yang maki-maki, ada yang nyekek lehernya, ada pula yang merebut celana dalam itu lalu dijejalkan ke muka pemiliknya.

Saya sendiri cuma tersenyum geli dan tidak melakukan apa-apa. Hebat banget nih Si Ewok dan Si Arthur, pikir saya. Memanfaatkan momentum peristiwa Toni dan Berti digangguin setan, keduanya langsung punya ide jail. Mereka merancang rencana ngerjain temen-temennya, ngebela-belain berjalan 10 Km bolak-balik, membawa orang tua dan diaku-aku sebagai paranormal segala. Ck...ck...ck.... Niat banget yak? Kehadiran Pak Anwar tentunya memang diperlukan  untuk memperkuat argumen bahwa ramuan tersebut memang berasal dari orang sakti ini hehehehe...

Di seberang api unggun, Arthur masih dikeroyok habis-habisan oleh teman-temannya. Sedangkan saya masih berada di tempat yang sama. Mata saya menatap ke arah Pak Anwar. Kakek itu juga masih berada di posisinya semula. Matanya tetap separuh terpejam. Jenggot dan kumisnya masih bergerak-gerak mengikuti gerakan bibirnya yang terus berkomat-kamit.. entah mengatakan apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun