Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dukun Sakti dari Sukamantri

28 September 2017   12:44 Diperbarui: 28 September 2017   18:06 2516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana kemah di Sukamantri|Dokumentasi pribadi

"Cari dong Si Ewok. Jangan-jangan dia diculik sama setan yang gangguin gue semalem," kata Toni dengan suara gemetar.

"Arthur ke mana?" tanya seseorang lagi.

Kembali orang-orang celingukan, sebagian lagi memeriksa semua tenda namun Ewok dan Arthur menghilang, entah pergi ke mana. Semua orang kembali was-was, kuatir akan keselamatan kedua orang itu. Semua orang berdiskusi tentang bagaimana cara menemukan kedua teman kami yang menghilang. Saya sendiri cuma merokok sambil menyender di sebuah batang pohon. Entah kenapa, saya yakin sekali kalo Ewok dan Arthur baik-baik saja. Kedua orang itu adalah tipe manusia pemberani. Kalo mereka gak ada, pastilah karena sedang melakukan sesuatu yang mereka anggap penting.

Seorang teman bernama Wiwin nyeletuk, "Begini deh. Kita tunggu keduanya sampe makan malam. Kalo sampe selesai makan malam mereka belum nongol, baru kita ngelapor ke kepala desa. Setuju?"

"Setuju!!!" Seperti paduan suara semua orang menyahut kompak banget.

Jam 8 teng, makan malam pun dihidangkan oleh para perempuan dengan menu mie goreng dan nasi goreng yang dicampur kornet. Santapan yang lezat bukan main walaupun rasa micinnya luar biasa jahat. Kalo kemping di udara dingin, perut kami selalu berubah menjadi diktator yang secara keji memerintahkan segala macam makanan untuk dimasukkan ke dalam mulut. 

Baru saja acara makan selesai, Ewok dan Arthur datang. Semua orang bernapas lega dan menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Anehnya, Ewok dan Arthur datang tidak hanya berdua. Mereka membawa seorang kakek-kakek yang sudah sangat tua bersama mereka. Kakek tua ini memakai  pakaian serba hitam. Bajunya hitam, celananya hitam, ikat kepalanya hitam bahkan sandal jepit yang dipakainya juga berwarna hitam. Di pinggangnya melilit sebuah sarung bermotif batik. Hanya rambut, kumis dan jenggotnya saja yang berwarna putih.

Walaupun sudah tua, kakek itu nampak masih terlihat gesit. Matanya separuh terpejam dan mulutnya bergerak-gerak, berkomat-kamit entah sedang mengatakan apa. Di tangannya, dia membawa sebuah baskom yang ditutupi oleh serbet yang sudah sangat lusuh.

"Mau makan, Wok?" tanya Dina seorang teman perempuan menawarkan.

"Soal makan nanti dulu. Coba semua teman berkumpul di api unggun karena saya akan mengumumkan sesuatu yang penting," kata Ewok.

Mendengar suara Ewok yang sangat serius, suasana menjadi sedikit tegang lagi, tanpa terasa kami mengikuti perintah Ewok. Semua berkumpul membuat lingkaran di sekitar api unggun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun