SEBETULNYA, mengunjungi Martajasah tidak masuk dalam rencana perjalanan. Namun, kebetulan tersebut memberikan pengalaman-pengalaman tak terlupakan.
Sampai ke desa di Kabupaten Bangkalan itu berkat Agung, kenalan baru yang sama-sama penumpang bus malam Bogor-Madura. Apip, sang kakak, menjemputnya dengan sedan dan kami turut serta.
Mereka melakukan laku spiritual dan tidur di Masjid Syaikhona Kholil, Martarajasah, Kabupaten Bangkalan selama beberapa hari.
Tak sedikit peziarah yang melakukan kegiatan serupa, berdoa dan beribadah juga begadang atau bermalam di masjid. Berhubung pengunjung tidak diperkenankan tidur di karpet masjid, mereka membawa alas sendiri dan tidur di lantai sekitarnya.
Setiap hari Masjid Syaikhona Kholil dikunjungi oleh ratusan, bahkan ribuan orang dari berbagai daerah.
Tidak hanya melakukan kegiatan seperti Agung dan Apip serta pengunjung serupa, mereka datang dengan beragam tujuan: berziarah ke makam Syaikhona Kholil, melaksanakan ibadah sekaligus mengagumi keindahan bangunan ibadah tersebut, dan sebagainya.
Dari keterangan terbatas, semula bangunan tersebut berbentuk musala di lingkungan sebuah pesantren. Pondok tempat belajar agama Islam itu diasuh oleh Kyai Mohammad Kholil, kemudian dikenal sebagai Syaikhona Kholil.
Syaikhona Kholil dianggap sebagai Bapak Pesantren Indonesia. Tak sedikit ulama terkemuka Indonesia memperoleh asuhan Syaikhona Kholil (anugerahkubah.co.id).
Tidak mengherankan, para ulama tersebut berkunjung kembali ke pesantren Syaikhona Khlolil yang juga makin berkembang. Intensitas kunjungan meningkat, karena para ulama mengarahkan santri-santrinya agar mengunjungi pesantren dan makam guru mereka di Bangkalan.