Terlepas dari muasal yang campur aduk, tak bisa diingkari bahwa saya keturunan warga Bangkalan, Madura. Mestinya pulang kampung bukan ihwal langka.
Berhubung ibu-bapak dimakamkan di Kota Bogor, saya tidak sering ke Bangkalan. Belum tentu setahun sekali. Ditambah, belakangan ada sedikit kendala fisik.
Namun, sebuah undangan menguatkan keputusan untuk pulang kampung.
Keluarga di Bangkalan akan mengadakan peringatan wafatnya Kakek, Alm. R Bagioadi Mantjanegara beserta nenek, leluhur, dan para orang tua yang telah mendahului.
Acara tersebut merupakan kesempatan bagus bagi saya. Menuntaskan rasa kangen kepada kampung halaman, sekaligus bersilaturami dengan sanak saudara.
Saya harus berangkat. Mengikuti acara tersebut merupakan kesempatan bagus menggali kenangan, selain berjumpa lagi dengan kerabat  yang tersebar di berbagai kota/kabupaten.
Setelah menimbang kelebihan dan kekurangan masing-masing jenis transportasi untuk perjalanan jauh, saya memilih bus malam.
Harga relatif terjangkau. Terinformasi bahwa kendaraan nyaman dan aman. Lagi pula, titik keberangkatan kedatangan dekat rumah dan lokasi acara.
Bus berangkat dari terminal Baranangsiang Kota Bogor, mudah dicapai dari tempat tinggal saya. Tiba di Terminal Bangkalan, yang letaknya tidak jauh dari lokasi acara --sekitar 3km.
Tiket bus malam sudah dipesan untuk keberangkatan Minggu (31/08) pukul pukul 11.15 WIB, juga kepulangan pada Sabtu 6 September 2025 mendatang.
Agar memudahkan, jelang keberangkatan saya membuat daftar ihwal yang hendak di bawa:
- pakaian secukupnya termasuk sarung tipis,
- peralatan mandi dan gosok gigi,
- obat-obat pribadi,
- parfum,
- kacamata baca dan yang berlensa hitam,
- alat pencukur kumis/jenggot,
- telepon genggam (di dalamnya ada e-tiket) berikut charger,
- kantong plastik bekas untuk sampah,
- tote bag (tas kain pengganti kantong plastik),
- dan badan sehat untuk bepergian serta rindu.