BANGKALAN. Akhir pekan ini saya hendak melakukan perjalanan ke sebuah Kabupaten di Jawa Timur itu. Sudah lama sekali tidak pulang kampung.
Jauh amat?
Ya! Menempuh perjalanan sejauh 851,5kilometer --kata Google, saya menggunakan angkutan umum jarak jauh. Naik bus malam. Bukan mobil pribadi, pesawat udara, atau kereta api.
Semua moda transportasi di atas pernah saya manfaatkan. Bahkan, beberapa kali iseng; sendiri menyetir kendaraan bermotor roda empat menuju Kabupaten di barat Pulau Madura itu.
Perjalanan-perjalanan tersebut terjadi saat koordinasi antara isi kepala, gerakan, dan refleks masih bagus.
Sekarang, kekhawatiran-kekhawatiran telah menghalangi kehendak untuk pulang kampung.
Orang tua saya lahir di Bangkalan. Kakek Nenek pihak ibu dan bapak juga berasal dari sana.
Saya lahir dan besar di Kota Malang. Saat bapak menyelesaikan pendidikan master di Amerika Serikat, mulai tahun 1970 saya bersekolah kelas satu hingga kelas dua SD di Bangkalan. Setelah itu kembali ke Malang.Â
Bagaimanapun, tinggal dua tahun di sana telah menggoreskan banyak kenangan.
Leluhur memang berasal dari Pulau Madura, meski menurut silsilah dan penuturan para tetua mereka bukan "asli" Madura: ada darah Solo, Magelang, Jawa bagian Timur (Trowulan), bahkan Champa dan Persia.