Baiklah, balik lagi. Di Jakarta tidak banyak soto Lamongan yang dapat memenuhi permintaan lidah. Salah satu yang saya suka dan kemudian jadi langganan adalah soto di daerah Setiabudi, Jakarta Selatan.Â
Rasanya, ada cabangnya di Lapangan Roos Tebet. Mungkin Kompasianer Irwan Rinaldi Sikumbang dapat menegaskannya.
Soto Lamongan di Kota Bogor? Ada beberapa, dari soto dengan rasa biasa saja hingga yang memenuhi selera. Satu penjual soto Lamongan langganan terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Bogor.
Sayangnya, warung tenda penyedia soto dan rawon itu buka malam. Belakangan ini saya tidak lagi berlaku sebagai makhluk malam. Jadi, sudah lama betul saya tidak menyantap soto Lamongan dengan rasa pas di lidah.
***
Sabtu pekan lalu saya menyusuri Jalan Jenderal Sudirman. Di area parkir sebuah kompleks rukan dekat Kodim 0606 Kota Bogor terlihat aneka jajanan: sate, bubur ayam, soto mi, gudeg, nasi bebek, dan sebagainya.
Mereka buka dari sebelum waktu buka kantor pukul sepuluh pagi. Pada akhir pekan, waktu tutupnya lebih siang.
Beberapa kali saya melaluinya. Ada penjual soto Lamongan. Salah satu cirinya, pada gerobak terdapat bidang miring untuk meletakkan daging dan ayam matang. Maka saya menghampirinya. Terdapat beberapa pilihan isi: ayam, daging, atau babat.
Saya memilih soto ayam nasi campur. Maksudnya, irisan ayam, nasi, dan kuah berada di dalam satu mangkuk. Berbeda dengan lainnya, saya lebih memilih semuanya bercampur jadi satu, dibanding memisahkan antara masakan berkuah dan nasi.
Bisa jadi kebiasaan itu melekat waktu masih tinggal di Malang, Jawa Timur. Rasanya, kurang afdal memisahkan soto dan nasi. Satukan mereka dalam damai dan cinta, agar menikmati perjalanan hidup.