Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sungai Harapan

4 Juli 2022   07:57 Diperbarui: 4 Juli 2022   07:58 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan menyerap energi, seraya kumkum di bagian kali tidak terlalu deras. Pada malam hari, baik laki-laki maupun perempuan, berendam berjam-jam dengan hikmat melangitkan niat . Memakai pakaian lengkap bagi yang membawa baju cadangan, atau menggunakan baju renang.

Jangan menanyakan dinginnya. Coba saja sendiri! Bagi yang bersungguh-sungguh, merendam diri di malam hari tidak merasakan suhu rendah menggigit tulang.

"Larungkan harapan pada aliran sungai," sepertinya seorang pemimpin dari sekumpulan pengikut bergumam.

"Iyakah?"

"Asalkan berniat tulus, melakukan dengan serius, maka penyakit akan diangkat, keinginan-keinginan dikabulkan, kesulitan akan menemukan jalan keluarnya sendiri."

Aku banyak bertanya. Lelaki berambut kuncir itu pun banyak menjawab.

Malam masih panjang untuk melakukan ritual sesuai arahan. Pada harapan paling pucuk, aku menulis di sepotong kertas bekas bungkus, pada bagian kosong, angka satu diikuti banyak nol. Melipat menjadi empat. Melemparkan ke air deras.

Setelah bergulung-gulung terbawa arus menabrak-nabrak batuan, kertas lenyap dari pandangan.

Tiba-tiba beban terasa hilang. Langkah pulang menjadi ringan. Aku kembali menghadapi kenyataan. Realitas hidup pahit.

Semenjak keluar dari pekerjaan dalam masa pandemi kemarin, aku bekerja serabutan. Menjalankan berbagai usaha demi menghidupi keluarga.

Keputus-asaan mencekik, ketika aku memperoleh pencerahan yang mengantarkan ke Sungai Harapan. Sebuah jalan keluar alternatif bagi pemuja keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun