Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kisah Memeluk ODHA dan Fenomena Gunung Es

1 Desember 2021   19:57 Diperbarui: 1 Desember 2021   23:02 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi disunting melalui canva.com

Hal itu disebabkan oleh otak pecandu yang masih mengingat dosis terakhir, mesti sudah "berhenti". Ingatan itulah yang mendorongnya untuk mengonsumsi napza melebihi takaran sampai kepada level terakhir. Tubuh tidak kuat, overdosis, lalu kolaps.

Tempat rehabilitasi tersebut menjaga agar mantan pecandu tidak mengonsumsi lagi napza. Tidak ada pengurangan sedikit demi sedikit, tapi sekaligus berhenti. Dengan konsekuensi, dalam kondisi tersebut pecandu akan merasa "sakaw" dan "nagih" napza.

Mengapa pecandu napza rentan terhadap HIV/AIDS?

Dalam pergaulan sesama pengguna, lazim dipakai jarum suntik sama untuk memasukkan narkotik ke dalam tubuh. Namun demikian, tidak semua napza menggunakan jarum suntik. Penggunaan jarum suntik secara bergiliran menjadi sarana penularan HIV.

Para pecandu napza merasa teralienasi dari masyarakat normal. Perasaan yang membawa kepada potensi pergaulan bebas. Ditambah, wanita pecandu, yang "sakaw" atau dalam keadaan panik memerlukan asupan narkoba, cenderung dimanfaatkan oleh lelaki buaya darat. 

Alat pencegahan penularan penyakit diragukan penggunaannya.

Melihat fenomena pertukaran jarum suntik dan pergaulan bebas tanpa pengaman, diduga terdapat kaitan erat antara pecandu napza dan HIV/AIDS.

Maka penyebaran HIV sulit diketahui. Menjalar, memencar di bawah permukaan laporan atau catatan terpublikasi. Risalah statistik resmi adalah pucuk gunung es dari persoalan sangat besar yang tenggelam di bawah permukaan laut.

Baca juga: HIV/AIDS: Menyelami di Bawah Permukaan Masalah

Pada malam terakhir, seperti biasa dilakukan ritual perpisahan pidato-pidato diikuti dengan acara salaman antara para peserta dengan fasilitator dan instruktur. Bukan cuma bersalaman, tapi berpelukan erat penuh rasa haru.

Ilustrasi memeluk ODHA oleh chermitove dari pixabay.com
Ilustrasi memeluk ODHA oleh chermitove dari pixabay.com

Akhirnya, pemilik tempat rehabilitasi sebagai fasilitator mengungkapkan, instruktur tersebut adalah eks-penghuni. Mereka pernah dirawat di padepokan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun