Mereka adalah mantan pecandu narkoba dan zat adiktif yang mendedikasikan hidupnya untuk merawat para pecandu. Sebagian darinya adalah ODHA atau Orang dengan HIV/AIDS yang telah diperkirakan akhir hayatnya.
Jadi saya pernah memeluk erat ODHA. Kisah berpelukan itu bukan kepada satu, tapi terhadap berapa Orang dengan HIV AIDS. Ternyata sampai hari ini saya masih hidup, tidak terpapar sama sekali.
Tempat rehabilitasi pecandu narkoba tersebut dimiliki oleh londho Amerika yang juga mantan pecandu alkohol. Kesembuhan dari adiksi diperoleh setelah ia mengikuti program Alcoholic Anonymous (AA).
Metode tersebut diciptakan oleh dua mantan pecandu narkoba dan zat adiktif berkebangsaan Amerika. Ia merupakan forum para pecandu yang saling menyampaikan isi hati, mengutarakan kecemasan, dan segala permasalahan menjadi "orang aneh" yang tersingkir.
Dalam forum itu tidak muncul tentang nama, asal, apalagi agama. Oleh karena itu disebut Alcoholic Anonymous. Hanya membahas ihwal kecanduan alkohol di antara pecandu.
Baca juga: Metode AA untuk Mengatasi Ketergantungan kepada Minuman Beralkohol
Dari fragmen ingatan di atas, dapat ditarik pelajaran sebagai berikut:
- Pengalaman berpelukan erat dengan ODHA membuktikan, penularan HIV bukan karena sentuhan, tetapi karena pertukaran cairan tubuh. Ia juga tidak menular melalui udara, air, keringat, air mata, air liur, dan gigitan nyamuk (sumber).
- Realitas sebaran HIV sulit diketahui. Data resmi terpublikasi diduga merupakan fenomena gunung es dari masalah yang jauh lebih besar.
- Tidak "coba-coba" menggunakan narkoba dan zat adiktif, walaupun sesekali, karena ia adalah pintu masuk ke ruang gelap kecanduan.
- Bila menemukan pecandu dan ODHA, rangkul mereka dengan bahasa empati, bukan dengan menghakimi. Judgement dengan menganggap sebagai "creep" akan membuat mereka semakin teralienasi.
- Ajak ODHA berkonsultasi dengan dokter atau pihak berkompetensi menangani HIV AIDS. Bukan ke dukun atau kyai untuk diceramahi.
- Dan bagi kita, lakukan kegiatan-kegiatan sesuai norma-norma kebaikan umum, hukum, dan ajaran agama masing-masing.
Jadi, perlakukan ODHA alias Orang dengan HIV/AIDS selayaknya sesama insan ciptaan Tuhan, bukan sebagai "orang aneh" atau creep. Demikian agar optimismenya bangkit.
Bukankah timbulnya semangat pada seseorang dapat meningkatkan recovery?