Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Metode AA untuk Mengatasi Ketergantungan kepada Minuman Beralkohol

14 November 2020   20:32 Diperbarui: 15 November 2020   14:53 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Maurcio Mascaro dari Pexels

RUU Larangan Minuman Beralkohol mulai dibahas lagi di Badan Legislasi (Baleg) DPR. Pengusul, 21 anggota DPR, mengatakan, RUU itu bertujuan melindungi masyarakat dari dampak negatif akibat pengonsumsian minuman beralkohol (minol).

Selain itu, RUU tersebut dirancang demi menciptakan ketertiban dan ketentraman di masyarakat dari peminum minol, serta menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya minol.

Biarlah perdebatan di seputar pembahasan RUU minuman beralkohol itu berkembang sampai kepada titik kesetimbangannya.

Pertanyaannya adalah, benarkah kekhawatiran itu? Apakah ada cara untuk menghentikan konsumsi minol dan ketergantungannya?

Selama ini produksi, distribusi, dan penjualan minol sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Rujukan mengenai hal ini dapat dengan mudah dicari di mesin perambah.

Membeli dan mengonsumsi minol dapat dilakukan di tempat-tempat tertentu. Di tempat tersebut peminum dipengaruhi suasana di dalam, yang kemudian dimonitor oleh pengelolanya.

Sewaktu masih mengelola kafe, yang juga memiliki bar penjualan minol, Saya tidak akan membolehkan pengunjung mabuk mengemudikan kendaraannya. Pemabuk itu akan diantar pulang atau diongkosi menggunakan taxi. Sementara kendaraannya dititipkan di tempat.

Menurut pandangan Saya, perilaku peminum masih bisa dikendalikan dalam kerangka itu.

Mungkin yang patut dikhawatirkan adalah peredaran minol di luar wilayah resmi, yang memunculkan konsumsi liar tidak terkendali.

Ketergantungan kepada Minol

Minol mengandung zat adiktif yang akan membuat penyukanya terus-menerus mengonsumsinya. Timbul masalah ketika kebutuhan itu tidak bisa dikendalikan.

  • Menurut jumlah. Mulanya mencium baunya saja. Atas dorongan teman sekitar, kemudian mencoba mencicipinya: pahit! Berikutnya menelan setengah sloki, dan seterusnya sampai volume takterbatas.
  • Menurut gaya hidup dan rasa. Artinya, kalau sudah gaya hidup dan rasa sudah berada "di atas", peminum cenderung enggan menurunkan "derajat". Setelah mencicipi Kahlua Cream di kafe, lupa dengan anggur kolesom di warung pinggir jalan. Setelah terbiasa dengan Ballantyne 17 years old whiskey, rasa Johnny Walker Black Label menjadi biasa saja. Dan seterusnya.
  • Secara kerapatan waktu. Mungkin awalnya sebulan sekali, menjadi dua minggu sekali, lalu setiap Jumat malam, bisa jadi kemudian tergantung setiap saat.
  • Menurut ingatan tentang kadar. Bermula dari minuman berkadar alkohol 15%, seiring waktu meningkat menjadi 28%, 36%, 42%. Mereka yang sudah terbiasa dengan minuman berkadar alkohol 42% cenderung sulit (merasa tidak terpengaruh) menelan yang berkadar 28%. Bahkan bagi orang tertentu, peningkatan konsumsi tidak berhenti sampai tequila berkadar 42%, tapi terus menanjak sampai jantungnya terbakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun