Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Amatiran, tapi Tidak Mata Duitan

28 Juni 2021   09:00 Diperbarui: 28 Juni 2021   09:03 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika masih berkecimpung di proyek konstruksi milik pemerintah daerah, menghadapi pihak ketiga adalah hal yang menjengkelkan. Juga menaikkan aliran darah ke kepala.

Sebutlah mereka sebagai oknum, yang diartikan dalam KBBI sebagai orang atau anasir (dengan arti yang kurang baik). Seno Gumira Ajidarma menafsirkannya sebagai kata yang digunakan untuk menggarisbawahi, bahwa yang bersangkutan tidaklah mewakili suatu lembaga itu sendiri (di: Oknum dalam Politik Bahasa).

Dalam spektrum pemahaman lebih lebar, kata "oknum" dialamatkan kepada pihak-pihak --aparat pemerintah ataupun partikelir-- yang menyalahgunakan kedudukan demi keuntungan pribadi. Maka, berdasarkan batasan itu, kata "oknum" menunjuk kepada orang yang memanfaatkan kedudukan demi keuntungan pribadi, dan dianggap tidak mewakili suatu lembaga.

Oknum itu pun memiliki cara-cara khas dalam rangka ikut mencicipi kue pembangunan yang sedang dikerjakan kontraktor. Oknum mengaku sebagai jurnalis menggunakan hasil liputan dan setumpuk oplah cetakan sebuah media massa, dengan alamat redaksi sangat jauh dari lokasi. Penampakan koran juga baru diketahui.

Potongan oknum dan gelagatnya mudah diidentifikasi oleh para pelaku kegiatan usaha pemborongan proyek. Selama berlangsungnya pekerjaan, mereka mengambil foto-foto dan bertanya tentang segala hal. Ujung-ujungnya adalah duit.

Modus lain, bila ada kunjungan pejabat publik (sekelas kepala daerah dan anggota DPRD) ke lokasi proyek, maka oknum itu mengiringi. Bergerak di antara wartawan sungguhan. 

Seusai acara, sebagian oknum menghampiri penanggung jawab proyek dengan memperlihatkan contoh tulisan yang akan dimuat di media online, lengkap dengan foto-foto, sambil membawa koran cetak. Mereka akan mengajukan sejumlah "uang lelah." 

Jika permintaannya tidak dipenuhi maka mereka "mengancam" akan menayangkan berita buruk tentang proyek. Memberi tekanan secara verbal.

Itulah yang kemudian membuat citra wartawan, jurnalis, dan penulis di "onlen-onlen" (Saykoji mode-on) tercoreng. Ada udang di balik tulisan. Pemborong dan sementara warga mengganggap demikian.

Padahal profesi wartawan berhubungan dengan kegiatan tulis menulis atau laporan yang bersifat obyektif, dilengkapi dengan data (hasil riset, liputan, verifikasi), untuk dimuat di media massa secara teratur (Wikipedia). 

Berhimpitan arti, istilah jurnalis disematkan kepada orang yang berhubungan dengan konten media massa, meliputi: kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan editor desain grafis. Atas kegiatannya, wartawan dan jurnalis mendapatkan gaji/upah/imbalan sewajarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun