Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Lelaki yang Ingin Menjadi Bunga

25 November 2019   08:45 Diperbarui: 29 November 2019   23:48 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu mendadak melankolis. Lelaki melankolis yang ingin wanita kupu-kupu mengekornya lagi, terlindungi dari gangguan lelaki lain. Lelaki melankolis itu mendadak menjadi cengeng, merintih susah memejamkan mata.

Ia berkali-kali memompa hatinya, menarik nafas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya seketika. Lelaki melankolis berusaha menata kata-kata untuk esok sebelum wanita kupu-kupu berpamitan pulang.

Lelaki melankolis berkeinginan berubah menjadi bunga, apapun nama bunga tersebut. Bunga melankolis itu berimajinasi, wanita kupu-kupu menawan menclok pada dirinya.

"Aku adalah bunga. Bunga suci yang rela Engkau hinggapi selamanya, wahai wanita kupu-kupu menawan hati", diulang-ulangnya dalam hati mantra romantis untuk disampaikannya besok.

Wanita kupu-kupu menawan hati tersebut akhirnya datang, Lelaki melankolis yang hatinya menjelma taman bunga telah menyiapkan secangkir Flat White bersama kue kering coklat.

"So sweet.....! Boleh aku pesan Regular Coffee?", wanita menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen tersenyum sangat manis,

"Untuk suamiku yang sedang memarkirkan kendaraannya".

Sekonyong-konyong lelaki melankolis berhati taman bunga itu ingin mengubah dirinya menjadi kupu-kupu hitam besar, yang hanya sehari hidup lalu mati.

~~Selesai~~

Catatan:
*) Flat white sejenis minuman kopi dengan menggunakan rasio susu lebih banyak dari caf latte dan disajikan hampir tanpa foam. Referensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun