Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Lelaki yang Ingin Menjadi Bunga

25 November 2019   08:45 Diperbarui: 29 November 2019   23:48 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi: anggrek liar

Mendadak lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu ingin mengubah dirinya menjadi bunga, apapun nama bunga tersebut. Papan nama gerai kopi milik lelaki gagah itu memang berjudul  "Populer", sebuah tempat rendezvous terkenal di seantero kota untuk minum kopi.

Setiap orang yang pernah mampir merekomendasikan kepada setiap orang lain untuk minum kopi di gerai kopi Populer. Pengunjung yang mengunjungi kota itu senantiasa berkunjung minum kopi di gerai kopi Populer.

Pelancong yang melancong ke kota itu selalu nongkrong minum kopi di gerai kopi Populer. Rasanya tidak lengkap jika memasuki kota kecil itu tanpa minum kopi di gerai kopi Populer.

"Apakah Engkau sudah tidak waras...?!" teriak seorang temannya ketika lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu mengutarakan keinginan mengubah dirinya menjadi bunga, apapun nama bunga tersebut.

"Aku meyakini hal itu, tidak sedikitpun keraguan," tegas lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Lelaki gagah itu dikenal keras, bukan karena badannya yang atletis dan berwajah tampan, tetapi karena pendiriannya yang kukuh mempertahankan keuletan. Tegas dan ulet itulah yang kemudian menghasilkan gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu adalah pendatang jauh dari desa terpencil di balik gunung sana. Datang bekerja sebagai penjemur biji kopi pada Koh Sheng-sheng dan sukses membangun kerajaan usahanya sendiri, sebuah gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Selama perjalanan hidup tegas dan ulet, lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu melupakan kelembutan. Sampai pada usia terlambat meminang wanita, ia tak berlaku sungguh-sungguh kepada satupun makhluk indah ciptaan Tuhan.

Lelaki pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu terlalu banyak dekat dengan wanita-wanita pelancong, pengunjung dan mereka yang sekedar minum kopi sambil memandang lelaki gagah berbadan atletis dan berwajah tampan. Bukan juga karena ia tipe lelaki bukan penyuka wanita.

Tidak satupun menarik perhatiannya, sampai ketika seorang pelancong wanita menyeruak menyemai keyakinan memiliki pendamping hidup.

"Hey, masih ingat Aku?" pelancong wanita itu tersenyum manis kepada lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Sebuah pertanyaan keluar dari bibir penuh yang terletak pada wajah berkulit bersih berbentuk hati, simetris sempurna, berhidung mancung, sejenak membuatnya tersihir. Dan lelaki gagah berbadan atletis berwajah tampan gelagapan ketika dipandang lekat oleh kilat bola indah dibawah bulu mata lentik.

"Tidak ingat sama sekali. Rasanya kita belum pernah sekalipun bertemu"

"Aku...... Aku yang kamu sebut si itik buruk rupa"

Mata lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu membelalak memindai dari bawah ke atas tubuh wanita menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen, tak percaya.

"Kamu? Mustahil! Kamu saat ini demikian menawan tidak bisa disebandingkan dengan wanita-wanita pelancong dan pengunjung manapun yang pernah datang ke gerai kopi Populer ini".

Dulunya wanita itu berbeda, kecil, dekil, menggelikan seperti ulat. Menjengkelkan, ke mana-mana mengekori lelaki itu. Ah ya.....itu jauh sebelum ia datang bekerja sebagai penjemur biji kopi pada Koh Sheng-sheng dan memiliki gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Lelaki itu masih kanak-kanak besar, tetapi gagah melindungi wanita kanak-kanak kecil yang selalu mengekornya terlindungi dari gangguan kanak-kanak besar lainnya. Mereka sama-sama tinggal di desa terpencil di balik gunung sana. Lelaki besar dan wanita kecil itu bertetangga.

Lelaki besar telah menjadi lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu. Di hadapannya muncul bagai hantu di siang bolong, wanita kecil dekil yang dahulu selalu mengekornya seperti ulat. Sekarang adalah bidadari.

Ulat menjengkelkan itu telah bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang sangat indah. Lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota berkeinginan lekat kembali dengan wanita kupu-kupu menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen. Di dalam hatinya telah tumbuh bunga-bunga.

Secangkir Flat White* tidak cukup lama menahan wanita kupu-kupu menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen. Lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu merasa jarum jam dinding berputar terlalu cepat. Masih banyak cerita dirindukan.

"Aku harus segera kembali ke Hotel. Besok, sebelum kembali pulang aku pasti mampir". Wanita kupu-kupu menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen menempelkan pipinya ke pipi lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu.

Lelaki gagah pemilik gerai kopi Populer terpopuler di kota itu mendadak melankolis. Lelaki melankolis yang ingin wanita kupu-kupu mengekornya lagi, terlindungi dari gangguan lelaki lain. Lelaki melankolis itu mendadak menjadi cengeng, merintih susah memejamkan mata.

Ia berkali-kali memompa hatinya, menarik nafas sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya seketika. Lelaki melankolis berusaha menata kata-kata untuk esok sebelum wanita kupu-kupu berpamitan pulang.

Lelaki melankolis berkeinginan berubah menjadi bunga, apapun nama bunga tersebut. Bunga melankolis itu berimajinasi, wanita kupu-kupu menawan menclok pada dirinya.

"Aku adalah bunga. Bunga suci yang rela Engkau hinggapi selamanya, wahai wanita kupu-kupu menawan hati", diulang-ulangnya dalam hati mantra romantis untuk disampaikannya besok.

Wanita kupu-kupu menawan hati tersebut akhirnya datang, Lelaki melankolis yang hatinya menjelma taman bunga telah menyiapkan secangkir Flat White bersama kue kering coklat.

"So sweet.....! Boleh aku pesan Regular Coffee?", wanita menawan berambut gelombang indah disinari lampu halogen tersenyum sangat manis,

"Untuk suamiku yang sedang memarkirkan kendaraannya".

Sekonyong-konyong lelaki melankolis berhati taman bunga itu ingin mengubah dirinya menjadi kupu-kupu hitam besar, yang hanya sehari hidup lalu mati.

~~Selesai~~

Catatan:
*) Flat white sejenis minuman kopi dengan menggunakan rasio susu lebih banyak dari caf latte dan disajikan hampir tanpa foam. Referensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun