Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surga (Bukan) di Telapak Kaki Waria

9 September 2018   21:34 Diperbarui: 9 September 2018   22:04 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wayang.wordpress.com

"sadarlah kawan, berhentilah berkelahi denganku" pinta Asep "kita sudah terlalu lama terjebak dalam dendam yang membuat kita harus bermusuhan"

Tatang Kendor tak peduli, ia terus menerus memberikan serangan dan Asep Bensin secara berulang-ulang bisa menghindarinya.

"Berhentilah, ini bukan jalan yang baik" Asep kembali  mengingatkan. Namun Tince dan edi Bopeng terus menghasut "bunuh saja Bos"

BUUUKKKK, pukulan Tatang Kendor kali ini tak bisa dihindari. Asep terpental, Husen datang membantu Asep berdiri lalu berbisik "Bunuhlah dia, halal bagimu darah seorang waria yang tak mau taubat".         

 Asep Bensin bangkit memberikan perlawanan, apalagi Husen selaku teman spiritualnya telah memberinya izin. Mereka berdua berkelahi mengeluarkan jurus-jurus andalan. Perkelahian yang sengit sampai ruang peristirahatan kuli panggul roboh.    

Sudah dua jam berlangsung tapi kedudukan masing imbang, baik Asep Bensin atau pun Tatang Kendor sama-sama mendapat luka. Asep mengalami patah tulang tangan kanan dan Tatang Kendor mengalami patah tulang rusuk. Meskipun keduanya terluka tapi tak sedikitpun terlihat ingin mengakhiri perkelahian.

Mereka terus berkelahi sampai malam hingga tubuh dilumuri darah, muka tak lagi terlihat karena memar dan tulang-tulang patah tak dapat dihitung karena banyaknya, secara bersamaan mereka tumbang. Dalam keadaan yang tak berdaya keduanya dibawa oleh anak buah masing-masing ke lapangan belakang pasar. Setengah kesadaran seseorang yang tak asing terlihat disana. Sultan Agung.

Mereka di geletakan di tanah, dibawah cahaya seadanya  Sultan Agung menghampiri "dasar orang-orang bodoh" ucapnya. Asep Bensin sebenarnya ingin sekali memukul tapi ia sudah tak punya lagi kekuatan, sedangkan Tatang Kendor hanya diam saja menahan sakit di badan.

"ternyata kalian sangat mudah untuk dijebak" kata Sultan Agung diringi tawa Husen, Tince dan juga Edi Bopeng. Asep Bensin dan Tatang Kendor sama sekali tak mengerti kenapa anak buah mereka ikut tertawa bersama Sultan Agung dan mereka pun dibuat bingung dengan kalimat "dijebak". Tak berapa lama Edi Bopeng mengeluarkan pistol lalu diberikan kepada Sultan Agung. Dan dengan penuh semangat ia menembakannya ke kepala Tatang Kendor dan Asep Bensin, mereka mati.

Ini hanyalah salah satu konspirasi elit negara dari sekian banyak konspirasi-konspirasi lainnya. Sebuah peristiwa yang sudah direkayasa sedemikan rupa. dahulu saat terjadi perebutan kekuasaan Sultan Agung dengan sengaja memberikan mereka kewenangan untuk mengatur wilayah pasar masing-masing, karena pada saat itu Sultan Agung sedang menghemat anggaran keamanan, dan kedua preman itu secara tidak langsung telah membantu penghematan karena telah membuat pasar dalam keadaan aman, selain itu Tatang Kendor dan Asep Bensin pun mampu menjadi daya tarik tersendiri untuk membuat pasar menjadi ramai.

Keduanya adalah warga cibelet yang sudah banyak dikenal orang, membuat para warga cibelet mau dan percaya menjual hasil ternak, kebun dan pertanian. Padahal sebelumnya Sultan Agung sempat pesimis karena beredar kabar dari Intelegen Kesultanan bahwa warga menolak menjual hasil alam disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun