Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Surga (Bukan) di Telapak Kaki Waria

9 September 2018   21:34 Diperbarui: 9 September 2018   22:04 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wayang.wordpress.com

Keadaan keluarga pun membuat mereka tumbuh tak terkendali, Tatang dibesarkan oleh Kuwu yang hanya memikirkan jabatannya dan Asep besar bersama ibu yang setengah gila karena kehilangan suaminya, membuat mereka mencari kehidupan di jalanan.

Perkelahian, mabuk, dan banyak lagi kenakalan-kenakalan lainnya. Asep pernah melemparkan petasan ke dalam masjid ketika orang-orang sedang shalat jumat, tak mau kalah Tatang membakar masjid saat orang-orang sedang shalat subuh. Pernah juga Tatang membunuh semua kambing di perternakan, dengan mencoba mengungguli Asep membakar kandang sapi beserta isinya.

Begitulah mereka, berlomba untuk jadi yang terbaik di antaranya. Hanya ada satu yang sama-sama tak bisa di ikuti oleh keduanya, Tatang tak bisa mengikuti kebiasaan Asep meminum bensin dan Asep tak bisa mengikuti kebiasaan Tatang memukul kepalanya berkali-kali dengan balok dan batu.

Pasar Cibelet selesai dibangun dengan sangat megah di atas lahan yang juga sangat luas, besar sekali. "ini adalah simbol kebangkitan" kata Sultan Agung saat peresmian pembukaan pasar. Ia bangga di bawah kepemimpinannya banyak gedung dan pusat-pusat perbelanjaan didirikan. Baginya pembangunan adalah indikator kemajuan bangsa meskipun harus merelakan berhektar-hektar lahan pertanian. Tak masalah, karena bertani terlalu tradisional dan tertinggal. Berbeda dengan Sultan Agung, bagi Asep Bensin dan Tatang Kendor menganggap Pasar adalah pembuktian kekuatan, mereka berdua berebut menguasai pasar. Pepatah mengatakan "Siapa yang menguasai pasar, ia akan menemukan kejayaan" itulah yang membuat keduanya berjuang keras meski harus nyawa menjadi taruhannya.

Kini, lima tahun sudah berlalu sejak Deklarasi Cibelet. Hidup Tatang Kendor dan Asep Bensin berubah total. Dulu mereka kere sekarang bergelimang harta, punya banyak anak buah dan juga rumah yang besar. Hanya saja diantara keduanya belum ada yang menikah, entah karena tak mau atau mungkin karena trauma masa lalu. Entahlah, kalau boleh katakan tak sulit bagi mereka mendapatkan pasangan, apalagi Asep Bensin yang wajahnya sangat rupawan.

Kehidupan monoton dijalani keduanya, hanya sekitar pasar ke rumah, rumah ke pasar. Selalu saja begitu setiap hari, setiap bulan hingga berganti tahun.

"aku bosan, jenuh hidup seperti ini" gerutu Asep Bensin pada Husen sambil menidurkan diri di teras masjid terminal.

"cobalah Shalat" kata Husen "siapa tahu bos menemukan ketenangan"

"anak bodoh, tidak ada preman yang shalat" sahut Asep Bensin.

"maka bos akan jadi preman yang pertama"

Kata yang pertama selalu membangkitkan keinginan lebih untuk melakukan, ia pun bergegas masuk ke Masjid untuk shalat. Namun tak lama berselang ia kembali keluar, dengan muka bodoh ia bilang "aku tak tahu apa yang dibaca ketika shalat" lalu Husen pun mengajarinya, dimulai dengan cara mengambil wudhu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun