Dengan tenang pak Rosyid  melihat-lihat sekelilingnya untuk memastikan tidak ada orang yang memperhatikan percakapan mereka.
"Saya Bona, ayah Deappa, ada apa ya pak Rosyid ?" Sambil bersalaman, suaranya pelan tapi masih terdengar dengan jelas.
"Begini pak Bona, di 'Ruang Peristiwa Membaca' lantai 1, sebelah kanan, Â gedung tempat pameran, banyak huruf yang lepas dari tulisan 'Ruang Peristiwa Membaca', menjadikan tulisan itu tidak nyaman dibaca. Nah berkaitan dengan hal itu, kami membutuhkan keterangan dari bapak dan anak bapak, apakah bapak tadi sekitar jam 10 an, ada di tempat itu ?"Â
"Ya pak Rosyid, tadi pagi kami memang ke ruang itu, tapi yang di 'Ruang Peristiwa Membaca' anak saya, Deappa, sementara saya di 'Ruang Aksara' sebelah kiri. Jadi, saya kurang mengerti. Â Mungkin tintanya luntur kali ya, ada yg iseng menggosok-gosok ?"
"Bukan pak Bona, tulisan itu berasal dari sorotan proyektor, jadi bukan banner yang diprint besar. Dan huruf-huruf itu hilang, lepas dari bacaannya, seperti 'Melompat' dan meninggalkan 'tempatnya masing-masing".
"Mendengar kata 'melompat' Deappa melirik ke ayahnya dan tersenyum, lalu berkata,
"Melompat ya pak ?"
"Iya seperti melompat dan meninggalkan tempatnya masing-masing, adik mengerti kan maksud bapak ?"
"Nah, kalau tulisan itu bersumber dari sorotan proyektor, berarti tersambung dengan komputer, tinggal diedit dan dibuat kembali yang baru saja pak, mudah kan ?" Kata ayah Deappa.
"Ya petugas perpustakaan kami bagian komputer sudah mencoba mengedit dan membuat tulisan yang baru, tetapi tetap saja waktu proyektor dinyalakan huruf-hurufnya masih hilang".
"Kok aneh ya" kata Pak Bona.