"Oh begitu, baik, ayah bisa mengantar Deappa ke Perpustalaan Nasional, kebetulan ayah juga mau mencari buku sejarah arsitektur klasik", kata ayahnya.
Sambil mencium pipi ayahnya, Deappa berkata,"terima kasih ayah". Karena masih jam 24.38 wib, Deappa pun bergegas tidur lagi, dan berjanji kepada dirinya sendiri bangun lebih pagi untuk mengerjakan kegiatan rutin harianya dan persiapan pergi ke Perpustakaan Nasional.
Tepat jam 08.05 wib, Deappa dan ayahnya sudah duduk di bangku kereta commuter line jurusan stasiun Jakarta Kota. Nanti mereka akan turun di stasiun Juanda dan akan menyambung naik busway menuju Perpustakaan Nasional.Â
Di dalam kereta, banyak anak-anak duduk bersama orang tuanya. Banyak pula pemuda-pemudi duduk berdampingan. Yang sibuk bermain gadget juga banyak. Ada juga para lansia, dan mereka yang berkebutuhan khusus duduk di bangku prioritas. Mereka semua asyik menikmati perjalanannya.
Ada satu orang tua, duduk bersebelahan dengan ayahnya Deappa, berbicara kepada anaknya, "Sekarang kereta api jauh lebih nyaman daripada 8 tahun yang lalu, artinya ada kemajuan setiap tahunnya. Kita wajib turut mendukung kemajuan ini dengan cara menaati peraturan.Â
"Lihatlah itu tulisan-tulisan yang terpampang rapi di jendela dan di pintu !". Anaknya menganggukkan kepala tanda  ia mendengarkan cerita orang tuanya, sambil menengok kiri dan kanan memperhatikan tulisan-tulisan di pintu, jendela dan dinding kereta.
Sambil bermain game menyusun balok-balok di telepon genggamnya, pandangan mata Deappa pun terkadang tertuju pada tulisan-tulisan itu ;Â
Ukuran Maksimum Barang Bagasi -- 100 cm x 40 cm x 30 cm
Maximum Luggage Size Allowed
Berikan Jalan Untuk Penumpang Yang Akan Turun Terlebih Dahulu