Melindungi diri sudah menjadi bagian dari kehidupan. Ada beberapa orang yang membekali diri membawa alat-alat pertahanan diri dalam kendaraannya. Di kompleks perumahan tersedia satpam dengan tiga giliran berjaga untuk melindungi dan menjamin keamanan seluruh isi warga kompleks.
Untuk memberi perlindungan diri seseorang juga perlu melakukan perencanaan keuangan. Merencanakan keuangan sejak dini sebagai cara melindungi diri dari hal-hal yang di luar kendali.
Terkadang hal yang terlupa dari literasi keuangan adalah bagaimana melindungi diri dari ancaman penipuan keuangan. Jadi, literasi keuangan tak cukup hanya dengan menggaungkan pentingnya bagaimana mengelola keuangan.
Kemudahan berinvestasi melalui ponsel turut pula membuka peluang beragam penipuan daring dan praktik investasi ilegal.
Viktorinus Donny Vika Permana, Kepala Bagian Pengawasan Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) Papua menjelaskan, "Banyak konsumen jasa keuangan, termasuk mahasiswa masih belum mengetahui hak-hak mereka ketika menggunakan produk keuangan digital. Oleh karena itu, edukasi mengenai literasi keuangan harus mencakup perlindungan konsumen dan kemampuan untuk mengidentifikasi praktik keuangan ilegal yang merugikan."
Mahasiswa/i yang berinvestasi perlu memantau situs OJK untuk mengetahui produk investasi yang sudah resmi teregistrasi. Jangan sampai masuk dalam jerat jebakan investasi bodong. Cuan tak bertambah, justru dapat boncos.
Perlindungan Finansial Mahasiswa
Sebagai pemilik masa depan dan pemegang estafet penerus bangsa mahasiswa/i dapat mengambil peran sejak dini dalam menciptakan stabilitas ekonomi. Kemampuan mereka dalam merancang dan mengelola perencanaan keuangan kelak berimbas pada kesejahteraan di masa mendatang. Mahasiswa/i yang berinvestasi perlu melek literasi keuangan agar mereka mampu membuat keputusan yang tepat: baik dalam berinvestasi, mengelola utang hingga sadar setiap investasi memiliki risiko.
Sebagai warga komunitas intelektual sudah sepatutnya mereka cerdas bukan dalam hal akademik semata, melainkan juga melek finansial.
Melalui melek finansial mereka dapat terhindar dari penipuan investasi berbasis daring atau investasi bodong yang merugikan.
Jangan sampai tergiur investasi yang berskema pengembalian tinggi, namun ditawarkan dari perusahaan investasi bodong.
Sadar terhadap hak dan kewajiban bagi setiap investor penting agar tak ada yang merasa dibohongi dan dirugikan.
Perlindungan finansial bagi mahasiswa dapat tercapai melalui manajemen keuangan yang tepat. Pentingnya mengelola uang, sadar potensi bahaya berlebihan menggunakan fasilitas bayar kemudian (pay later), dan menyadari pentingnya berinvestasi sejak dini.
Perlindungan finansial bagi mahasiswa/i tercapai dengan mengatur dalam skema. Uang saku bulanan dibagi menjadi 10% (pos berderma, 10% (pos tabungan dan investasi), 30% (pos bersosialisasi), dan 50% (pos kebutuhan rutin perkuliahan).
Dalam kuliah tamu di Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat (26/02/2025), Ketua Departemen Literasi Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Cicilia Nina mengungkapkan kepada mahasiswa/i tentang disiplin dalam menyisihkan uang (bukan menyisakan) untuk investasi dalam bentuk reksadana, obligasi, saham, dan logam mulia.
Ia menegaskan perencanaan keuangan sejak dini dapat melatih kedisiplinan. Jika dikaitkan dengan ajaran Stoa, maka mereka melatih diri melakukan disiplin hasrat dan disiplin tindakan.
Paparan medsos menimbulkan candu. Beragam promo menarik dapat menggoyahkan mahasiswa/i untuk memenuhi hasrat konsumtif.
Terkadang mereka hanya termakan rayuan promo atau terjebak tren FOMO (Fear of Missing Out).
Terjebak hal-hal tersebut hanya tinggal menunggu waktu, kemudian berutang. Sebab pos-pos pengeluaran yang tak perlu membengkak. Menguras uang untuk pos-pos rutin.
Berkaitan dengan utang, Bu Nina mengingatkan mahasiswa/i untuk mengingat YONO (You Only Need One) agar kondisi keuangan tetap terlindung.
Penutup
Ajaran Stoa dapat menuntun mahasiswa/i untuk memahami bahwa perlindungan finansial bukan hanya perkara sekadar menjaga uang, tetapi menjaga ketenangan batin dari kecemasan kehilangan.
Seorang Stoik melatih diri untuk mengendalikan hal-hal yang dapat dikendalikan (perencanaan, pengeluaran, dan kedisiplinan) Tak hanya itu, sebagai investor yang juga masih mahasiswa/i perlu menyadari ada hal-hal di luar kendali (fluktuasi ekonomi/ fluktuasi valuasi investasi). Perlindungan finansial bagi mahasiswa bagai membangun benteng diri. Sementara sikap Stoik menjadi pagar batin yang menjaga akal dan hati tetap jernih.
Dengan kesadaran rasional mereka belajar hidup cukup, tidak berlebihan, dan mampu menolak godaan konsumtif.
Menurut (filsuf Stoa) Seneca berujar, Â "Kekayaan terbesar adalah hidup sesuai alam." Sesuaikan dengan kemampuan diri.
Mahasiswa/i yang menerapkan disiplin Stoik dalam mengelola keuangan kelak mampu melangkah ringan tanpa takut jatuh miskin sebab mereka telah menemukan perlindungan sejati: keseimbangan antara isi dompet dan ketenangan hati mengendalikan apa yang dapat dikendalikan.
Referensi
https://um-sorong.ac.id/berita/detail/literasi-keuangan-kunci-sukses-mahasiswa-menghadapi-tantangan-ekonomi-digital. Diakses digital, 12 Oktober 2025.
https://matematika.unpar.ac.id/kultam-aaji-keuangan/. Diakses digital, 12 Oktober 2025.
Purba, S. (2025). Gaya Hidup "Agak Laen" ala Stoik. Yogyakarta: Penerbit Terang Sejati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI