Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen Gangsingan] Gangsingan Sebuah Filosofi

19 April 2019   07:04 Diperbarui: 19 April 2019   08:18 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Entahlah, Ton. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelum kejadian itu. Dia membuatku penasaran. Suatu saat aku harus bisa menemukan dia lagi."

"Semoga saja, Son."

Tono menangkap isyarat semangat yang kuat pada kata-kata Sono. Suatu karakter dari sahabatnya yang dia kenal sejak kecil. Sono masih mencoba mengingat-ingat wejangan Kakeknya. Tiba-tiba Sono berdiri membuka matanya lebar-lebar dan wajahnya terlihat berseri-seri. Dia menoleh ke arah Tono.

"Ton, aku ingat sekarang kata-kata kakek tentang gangsingan ...."

"Gangsingan dapat berputar lama karena ada keseimbangan. Dan dengan berputar gangsingan akan berdengung. Kalau hidup kita punya keseimbangan antara jasmani dan rohani, maka hidup akan lebih berkualitas."

 

"Kalau kita dapat mencapai keseimbangan jasmani dan rohani maka kita dapat menghilangkan kesombongan pada diri kita. Sehingga kita hidup selaras dengan alam," kata Sono.

"Selaras dengan alam ...? Berarti kita akan menyatu dengan alam? Jadi seandainya ada getaran atau gerakan walaupun pelan kita masih bisa merasakannya. Mungkin begitu, Son."

"Kurang lebih begitu, Ton. Tapi bukan menyatu dengan alam, lebih tepatnya seiring seirama ... sejalan dengan alam semesta ini.  Dan dengan berputar cepat gangsingan dapat berdiri kokoh di atas tanah. Kita menjadi kuat dan mempunyai kualitas dalam hidup kita."

"Jadi kita hidup tidak sekedar hidup. Tidak hanya melihat secara lahir tapi juga merasakannya secara batin. Lahir batin, jasmani rohani ... seimbang. Mungkin begitu yang kakekmu maksudkan tentang mata batin, Son."

"Tapi itu sangat susah, Ton. Bukankah kesombongan itu melekat pada setiap jiwa manusia? Dan hanya jiwa-jiwa yang tenang yang dapat mencapai keseimbangan itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun