Kelompok Yakuza mengirim truk yang membawa makanan, air, selimut, dan peralatan mandi ke pusat-pusat evakuasi di timur laut Jepang, daerah yang hancur akibat gempa bumi dan tsunami 11 Maret yang telah menewaskan sedikitnya 27.000 orang.
Mengapa Yakuza berbaik hati? Manabu Miyazaki, seorang pengamat masalah Yakuza mengatakan, sejatinya banyak anggota Yakuza mengalami diskriminasi karena mereka berasal dari populasi minoritas seperti etnis Korea atau "burakumin". Kelompok minoritas ini bekerja di bisnis yang dianggap terkait dengan kematian, seperti tukang daging dan penyamak kulit.
 "Yakuza adalah orang-orang yang tak dianggap oleh masyarakat. Mereka menderita, dan mereka hanya berusaha membantu orang lain yang berada dalam kesulitan," kata Miyazaki. Ia sendiri adalah putra dari mantan bos Yakuza di Kyoto.
Sementara itu, jurnalis Tomohiko Suzuki mengatakan, Yakuza membantu warga agar mereka mendapat nama baik di masyarakat sehingga polisi tidak mendapatkan dukungan warga saat akan menindak anggota Yakuza.Â
Pengamat lain, Jake Adelstein menjelaskan bahwa ada saling pengertian informal antara Yakuza dan polisi. Polisi menoleransi geng Yakuza yang melakukan pekerjaan amal seperti itu.
Adelstein mengatakan, sikap dermawan Yakuza didorong oleh "etika ninkyo" Yakuza. "Etika Ninkyo" ini mengajak anggota Yakuza untuk menghargai keadilan, tanggung jawab, dan tidak membiarkan orang lain menderita. Karena itu, pada saat-saat bencana seperti gempa bumi, sebagian anggota Yakuza tak ragu menolong korban.Â
Akan tetapi, tetap saja Yakuza adalah organisasi kejahatan yang kompleks dan ambigu. Yakuza di Jepang terdiri dari 22 keluarga, yang disebut boryokudan ("kelompok kekerasan").
Boryokudan ini sering kali terdiri dari kelompok kecil yang berafiliasi. Dari 22 boryokudan, ada tiga keluarga utama, yaitu Yamaguchi-gumi, Sumiyoshi-kai, dan Inagawa-kai.
Diperkirakan ada 80.000 Yakuza di Jepang. Sumiyoshi-kai dan Inakawa-kai, sindikat kejahatan terorganisir terbesar kedua dan ketiga, diyakini sebagai yang paling aktif dalam bantuan bencana gempa-tsunami.
Sebagian Yakuza modern lebih senang melibatkan diri dalam bisnis-bisnis yang kelihatan sah, seperti (korupsi) proyek infrastruktur dan pengolahan limbah. Sebagian lagi tampaknya lebih fokus ke bisnis-bisnis pelacuran dan pemerasan.
Tak jarang terjadi perang antarkelompok Yakuza. Nyawa pun melayang. Inilah sisi gelap Yakuza, yang pada saat bencana sigap memberikan bantuan pada sesama yang menderita.