Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pelajaran dari Kebijakan Hijau Jerman bagi Indonesia

14 Mei 2016   23:45 Diperbarui: 16 Mei 2016   20:58 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila Indonesia ingin mengambil pelajaran tentang : 

  1. Ketahanan Energi, 
  2. Pengurangan Emisi CO2 yang efisien dan efektif dan 
  3. Bagaimana melakukan perencanaan energy yang benar sehingga hasilkan tariif Listrik murah bagi masyarakat,

maka belajarlah dari Perancis, karena Jerman adalah guru yang salah untuk itu.

Kasus Jepang paska Fukushima

Sebelum Fukushima terjadi Jepang mengoperasikan 50 PLTN yang memberikan pasokan 27% ( 2010) dari total Listrik di Jepang. Paska Fukushima [9], partai yang berkuasa saat itu DJP, membekukan semua hampir PLTN dan mengatakan bahwa Jepang akan mengganti semua PLTN dengan angin, surya dan memanfaatkan gas untuk Listrik.

japan-energy-mix-573757183cafbd7512cf66cb.png
japan-energy-mix-573757183cafbd7512cf66cb.png
Sehingga pada tahun 2013 PLTN hanya menyumbang sekitar 1% dan terjadi lonjakan bauran gas yang sebelumnya 30% menjadi 43% dan batubara dari 24% ke 30%.  Ternyata tambahan import bahan bakar pengganti Nuklir berupa import gas, batubara dan diesel menjadi $40 milyar/tahun yang mengakibatkan tariff listrik membengkak dan mengakibatkan inflasi karena harga2 naik.

APBN jepang jebol karena subsidi EBT dan import gas yang kelewat besar, rakyat menjerit. Sehigga pada pemilu 2013, DJP di kalahkan oleh LDP yang mengkampanyekan untuk menghidupkan kembali PLTN untuk menekan harga Listrik.

Bahkan di wilayah fukushima pun DJP juga kalah. Pada akhirnya ketika LDP memenangkan pemilu dan kembali berkuasa, PLTN di hidupkan kembali.

Untuk menghidupkan kembali PLTN, regulator Nuklir jepang menerapkan standard yang sangat tinggi bagi operator PLTN Jepang dan dari 48 PLTN yang masih dalam keadaan baik, saat ini hanya baru 3 yang dapat memenuhi persyaratan ketat tersebut dan dapat beroperasi kembali.

Bahkan saat ini Jepang sedang membangun 2 PLTN : Chugoku ABWR 1373 MW yang di harapkan dapat beoperasi tahun ini dan J-Power ABWR 1383 MW akan beroperasi tahun 2022.

Pembangunan PLTN meningkat

Banyak pihak anti Nuklir yang tidak memahami fakta hanya melihat kasus Jerman dan Jepang dengan serta merta mengatakan bahwa bukti dari tidak ada lagi negara di dunia yang akan memakai PLTN adalah pembangunan PLTN yang berkurang, bahkan statemen yang tidak berdasarkan fakta tersebut di muat di sebuah surat kabar nasional – Tetapi faktanya tidak demikian.

iaea-pris-57375728b99373bc117638c4.jpg
iaea-pris-57375728b99373bc117638c4.jpg
Faktanya [10] justru kebalikan, data IAEA PRIS (Power Reactor Information System) menunjukan total kumulatif pembangunan PLTN sejak 2005 sampai Januari 2016 sebesar 37,900 MW sementara total kumulatif yang di tutup sejak 2005 sebesar 8,100 MW. Dari grafis di bawah jelas trennya meningkat. 

Bahkan saat bermuculan yang di sebut New Nuclear Countries, yang memutuskan untuk membangun PLTN tanpa ada persiapan SDM dan infrastruktur lainnya seperti, beberapa negara-negara Arab, UEA, Jordan dan Saudi Arabia. Bahkan 1 dari 4 PLTN 1000 MW pertama di UEA akan beroperasi tahun depan yang di bangun oleh Korea Selatan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun