Bila Indonesia ingin mengambil pelajaran tentang :Â
- Ketahanan Energi,Â
- Pengurangan Emisi CO2 yang efisien dan efektif danÂ
- Bagaimana melakukan perencanaan energy yang benar sehingga hasilkan tariif Listrik murah bagi masyarakat,
maka belajarlah dari Perancis, karena Jerman adalah guru yang salah untuk itu.
Kasus Jepang paska Fukushima
Sebelum Fukushima terjadi Jepang mengoperasikan 50 PLTN yang memberikan pasokan 27% ( 2010) dari total Listrik di Jepang. Paska Fukushima [9], partai yang berkuasa saat itu DJP, membekukan semua hampir PLTN dan mengatakan bahwa Jepang akan mengganti semua PLTN dengan angin, surya dan memanfaatkan gas untuk Listrik.
APBN jepang jebol karena subsidi EBT dan import gas yang kelewat besar, rakyat menjerit. Sehigga pada pemilu 2013, DJP di kalahkan oleh LDP yang mengkampanyekan untuk menghidupkan kembali PLTN untuk menekan harga Listrik.
Bahkan di wilayah fukushima pun DJP juga kalah. Pada akhirnya ketika LDP memenangkan pemilu dan kembali berkuasa, PLTN di hidupkan kembali.
Untuk menghidupkan kembali PLTN, regulator Nuklir jepang menerapkan standard yang sangat tinggi bagi operator PLTN Jepang dan dari 48 PLTN yang masih dalam keadaan baik, saat ini hanya baru 3 yang dapat memenuhi persyaratan ketat tersebut dan dapat beroperasi kembali.
Bahkan saat ini Jepang sedang membangun 2 PLTN : Chugoku ABWR 1373 MW yang di harapkan dapat beoperasi tahun ini dan J-Power ABWR 1383 MW akan beroperasi tahun 2022.
Pembangunan PLTN meningkat
Banyak pihak anti Nuklir yang tidak memahami fakta hanya melihat kasus Jerman dan Jepang dengan serta merta mengatakan bahwa bukti dari tidak ada lagi negara di dunia yang akan memakai PLTN adalah pembangunan PLTN yang berkurang, bahkan statemen yang tidak berdasarkan fakta tersebut di muat di sebuah surat kabar nasional – Tetapi faktanya tidak demikian.
Bahkan saat bermuculan yang di sebut New Nuclear Countries, yang memutuskan untuk membangun PLTN tanpa ada persiapan SDM dan infrastruktur lainnya seperti, beberapa negara-negara Arab, UEA, Jordan dan Saudi Arabia. Bahkan 1 dari 4 PLTN 1000 MW pertama di UEA akan beroperasi tahun depan yang di bangun oleh Korea Selatan. Â