Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kiat Menulis Cerita Fiksi ala Mazmo

30 Januari 2023   20:45 Diperbarui: 30 Januari 2023   20:50 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KELAS BELAJAR MENULIS NUSANTARA (KBMN) PGRI


Resume ke 8, Gelombang 28

Hari/tanggal : Senin, 30 Januari 2023
Judul                 : Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber  : Sudomo, S.Pt.
Moderator      : Bambang Purwanto, S.Kom,Gr.

KIAT MENULIS CERITA FIKSI

Topik malam ini sungguh menantang, "Kiat Menulis Cerita Fiksi". Tidak pernah terbayangkan akan mendapatkan pelajaran cara menulis cerita Fiksi. Sejujurnya saya belum pernah membuat cerita fiksi. Selama ini saya menulis kisah pribadi atau True Story walau dalam bentuk cerpen dengan dialog. Terkadang True Story dengan dibumbui khayalan atau harapan. Mungkin sudah sedikit ke fiksi ya.  Rasa ingin tahu saya tentang bagaimana menulis cerita fiksi akan mendapat jawabannya setelah mendapatkan pencerahan dimalam ini yang akan disampaikan oleh bapak Sudomo yang memiliki nama populer Mazmo. Dari melihat namanya saja sudah tampak seru apalagi ketika saya akan mengikuti pelajarannya.

Mazmo membagikan CV nya melalui link berikut : https://s.id/ProfilSudomoSPt

Dan inilah penuturan Mazmo tentang kuliahnya malam ini:

Di awal pelajarannya Mazmo mengajarkan tentang menggunakan alur MERDEKA, yaitu Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, dan Aksi Nyata.

Sebelum memasuki penjelasan inti Mazmo bertanya kepada para peserta KBMN PGRI tentang pengalaman mereka menulis cerita fiksi. Apakah pernah mengalami kendala ketika menulis cerita fiksi atau tantangan apakah yang dihadapi ketika menulis cerita fiksi dan apakah telah pernah menerbitkan buku fiksi?

Beberapa response dari peserta diantaranya:

"Menulis cerita fiksi, tak terlintas sedikitpun dibenak saya. Kalau membaca cerita fiksi, itu saya suka. Jaman saya usia SMP, uang jajan lebih sering saya gunakan untuk menyewa novel daripada jajan makanan. Tetapi untuk membuat sendiri cerita fiksi.. hhmm.. tidak pernah terpikirkan sebelumnya." - Alfiyah Hidayatun.

"Belum pernah, tetapi sering menceritakan untuk selingan pelajaran di kelas, sesuai budaya lokal." -- Anonim.

"Menulis fiksi ...ah....saya kadang mencoba  menulis fiksi dari pengalaman pribadi, teman curhat, dan sebagainya..." -- Milma.

"Baik pak. Saya Imro'atus Sholihah, asal Jombang Jatim. dalam menulis fiksi saya belum mempunyai pengalaman sama sekali. tapi saya sangat ingin bisa menulis fiksi pak dan disini saya masih bingung ide seperti apa yang bagus dalam menulis fiksi. dan masih bingung juga bagaimana cara membuat fiksi yang baik." - Imro'atus Sholihah.

"Saya Afida dari Sampang. Saya pernah menulis di FB, cerita fiksi. Namun, saya rasa ceritanya kurang renyah. Di tengah-tengah penulisan ceritanya mbulet, alur maju mundur, campur sari. Kejelasan watak tokoh bisa diragukan. Bahasa sepertinya kaku..Hmmmm,,,, belajar lebih giat lagi harus." -- Afida.

"Saya suka baca cerita fiksi, tetapi saya seringnya menulis tentang kejadian nyata yang saya alami.  Lebih mudah mengalir tulisannya kalau saya menuliskan apa yang benar-benar terjadi." -  Deasy.

"Assalamu'alaikum. Pengalaman menulis Fiksi ada banyak sekali. Pertama, susah membuat kalimat pembuka karena baru pemula. Kedua, pengalaman menulis cerpen yang semrawut. Baik di alur cerita dan penempatan tanda bacanya. Tapi menulis fiksi itu asyik seperti bermimpi terbang tinggi diangkasa bersama bidadari cantik." - Rahman Sumenep-Madura.

"Menulis cerita fiksi memang seru meski saya belum lihai memilih diksi. Namun, saya beranikan diri layaknya faksi, fakta tapi dipoles dengan gaya fiksi. Pengalaman menulis diary dan surat-menyurat masa kanak, remaja hingga kuliah, menjadi modal untuk menulis fiksi. Hanya saja, saya harus meruntuhkan mental block saat mengolah konflik menjadi cerita yang menarik. Konflik adalah bumbu cerita. Tanpa konflik ceeita menjadi hambar. Nah, saya sebagai manusia biasa, saya tidak suka konflik, lebih menghindari daripada berhadapan. Sebagai pembaca, sudah pasti saya tertarik karena ada konflik dalam sebuah cerita. Sebagai penulis, naaaaah, mengulik konflik adalah pekerjaan rumah yang masih perlu saya asah untuk bisa mencitpakannya dalam sebuah cerita. Eh, padahal hidup kita rame riuh rendah karena ada bumbu konflik begini ya? " -- Anonim

"Menulis cerita fiksi sangatlah sulit bagi saya. Kesulitan mau memulai dari mana, terus alur ceritanya bagaimana. Karena susah berkhayal, berimajinasi akhirnya keinginan menulis fiksi ini masih sekedar cita cita. Beberapa waktu yang lalu sempat tergabung dengan sahabat pena yang berkeinginan menulis buku Antologi fiksi bertemakan Ibu Hebat. Tapi sampai saat ini tulisan itu belum kunjung selesai juga. Bahkan baru dapat satu paragraf. Terus berhenti tidak menemukan ide lagi." -- Anonim

"Saya sangat ingin bisa menulis cerita fiksi, karena membaca dongeng dan komik adalah hobiku sejak SD. Semua buku yang ada disekolah kulahap habis dan ada beberapa cerita yg masih menempel hingga saat ini. Namun selalu ada keraguan untuk mulai menulis, baik itu dalam pemilihan judul, tema dan aturan penulisannya. Sehingga sampai detik ini belum satu ceritapun yang berhasil kutulis. " - Azizah Fahmi

"Saya pernah menulis fiksi,terutama tentang kisah-kisah masa lalu yg telah saya alami. Lebih terasa mudah nulisnya karena pernah mengalami sendiri." - Endang Bogor.

"Saya Lucy, Awal mula saya menulis cerita fiksi adalah ketika saya menulis buku antologi dongeng dan cerpen. Cara yang saya gunakan dengan cara menentukan dulu unsur intrinsiknya; tokoh, latar, penokohan, alur, sudut pandang, dan amanat. Tujuan akhir memberikan amanat/nilai yang berkesan bagi pembaca. Dibumbui konflik pada setiap komplikasinya. Begitu sedikit pengalaman saya." -- Lucy

"Saya bu Raihan dari Aceh. sebenarnya pingin sekali tulis fiksi bernuansa Islami yang bisa membangun pemahaman bagi anak remaja. Kendala yang saya hadapi antara lain belum pernah menulis. Tidak tau harus mulai dari mana, bagaimana menghadirkan konflik dan sebagainya." - Raihan

"Assalamualaikum. Cerita fiksi. Itu adalah bagian dari mapel yang aku ajarkan. Harusnya aku bisa menulis. Tetapi ternyata belum sampai sekarang. untuk menulis belum. Aku orangnya suka menulis yang mengarah pada karya ilmiah. Bagiku menulis fiksi sangat sulit. Gak tahu harus memulai dari mana. Benar-benar berat." -- Anonim

Pengalaman-pengalaman yang disampaikan para peserta sangat berkesan bagi saya pribadi walau saya termasuk peserta namun saya tidak berbagi pengalaman saya dengan mereka, cukup saya tuliskan di resume ini.

Selanjutnya Mazmo memberikan apresiasi dengan penuturannya, "Wah! Ternyata luar biasa sekali pengalaman Bapak/Ibu Guru hebat dalam menulis cerita fiksi. Dari beberapa yang telah masuk, bisa kita garis bawahi terkait adanya niat/komitmen, outline/kerangka karangan, tema, memulai menulis, dll. "

Selanjutnya Mazmo membahas alur kedua, yaitu Eksplorasi Konsep. Pada alur ini, para peserta belajar dipersilakan mempelajari secara mandiri materi yang telah Mazmo siapkan dalam bentuk cerita pendek. Mazmo juga meminta para peserta untuk membaca dan membuat catatan/pertanyaan terkait materi yang akan digali lebih dalam. Berikut  tautannya, https://s.id/MateriSudomo

Garis besar materi dari cerpen tersebut diatas adalah alasan mengapa harus menulis cerita fiksi, syarat bisa menulis cerita fiksi, bentuk-bentuk cerita fiksi, unsur-unsur pembangun cerita fiksi, dan tips menulia cerita fiksi.

Selanjutnya Mazmo meneruskan pelajarannya sambil menunggu para peserta membaca materinya. Mazmo menjelaskan tentang fiksimini. Fiksimini, yaitu fiksi singkat yang hanya terdiri dari beberapa kata saja. Berikut adalah contoh fiksimini yang terkenal For sale: baby shoes, never worn.- Ernest Hemingway

Flash fiction, yaitu cerita kilat dengan kekhususan jumlah kata. Biasanya mengandung plot twist. Selanjutnya unsur pembangun cerita fiksi yang perlu ditambahkan adalah premis. Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat. 

Contoh premis: Seorang anak yang berjuang melawan penyihir jahat demi kedamaian dunia. Itu adalah premis dari novel Harry Potter. Kekuatan premis adalah mampu menggambarkan novel yang tebal hanya dalam satu kalimat saja. Premis mengandung unsur, yaitu tokoh, tantangan, tujuan tokoh, dan resolusi.

Nah, Mazmo kemudian menjelaskan tentang Ruang Kolaborasi (3). Pada alur ini Mazmo memberikan beberapa kalimat.  

Berikut ini adalah kalimat yang bisa dilanjutkan oleh para peserta KBMN PGRI 28 :

"Perlahan suara-suara itu menghilang. Dalam gulita aku menggigil sendirian. Mendadak bulu kudukku meremang. Terdengar suara di kejauhan. Semakin lama kian mendekat. ..."

Sebagai poin ke-4, Mazmo membahas tentang Demonstrasi Kontekstual. Pada alur ini para peserta  KBMN PGRI 28 diminta menuliskan 5 tema yang paling disukai dan kuasai. Para peserta dipersilakan menuliskannya di notes HP atau docs atau di mana saja juga di resume.

Sebagai pembahasan kelima yaitu Elaborasi Pemahaman. Pada alur ini Mazmo membuka kesempatan untuk tanya jawab hal-hal yang belum mengerti atau perlu ditanyakan.

Berikut pertanyaan yang disampaikan oleh peserta yang tidak saya rangkum semua namun saya pilih karena akan menambah wawasan saya pribadi atau para pembaca blog saya.

T1 : "Saya Evridus Mangung, Peserta KBMN 28. Cerita fiksi adalah cerita yang didominasi oleh daya imajinasi pengarang. Pertanyaannya adalah adakah latihan khusus agar daya imajinasi penulis benar-benar bisa bekerja optimal dalam menyusun sebuah karya fiksi?"

J1 : "Terima kasih, Pak Evridus. Pertanyaan yang luar biasa. Saya pribadi tidak pernah melakukan latihan khusus. Latihan khususnya adalah dengan terus konsisten menulis. Konsistensi ini akan membuat seorang penulis terbiasa nyaman menulis dalam kondisi apa pun."

Dibawah ini adalah contoh cerpen Mazmo yang mesti kita baca agar kita mendapat gambaran dari pelajarannya, "Kiat Menulis Cerita Fiksi ."

Aku Malas Belajar Menulis Fiksi

Perlahan suara-suara itu menghilang. Satu per satu meninggalkanku sendirian. Kali ini aku berkarib dengan suara kipas angin. Selain itu, deru pelan suara komputer menemani. Layar komputer terlihat terang. Di depannya, aku terpaku menatap sederet kata yang telah kurangkai. Pandanganku kosong. Jemariku masih terdiam di atas papan ketik. Deretan huruf tidak mampu menggoda anganku untuk kembali menarikan jemari. Aku memilih menjadi patung. 

Sayup terdengar langkah kaki mendekat. Setelah itu suara pintu menggesek lantai terdengar didorong. Tak lama kemudian seraut wajah terlihat jelas di pandangan. Dia adalah Bu Ayu, rekan sejawat di sekolahku. Raut wajahnya terlihat berbeda dari biasanya. Kali ini wajahnya terlihat kusam. 

"Aku malas belajar menulis fiksi!"

Kalimat itu membuatku sedikit mengangkat bahu. Aku tahu selama ini dia memang kurang suka menulis. Namun, tidak pernah seperti ini sebelumnya. Aku pun sedikit menggeser duduk saat dia duduk di depan mejaku. Kali ini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas. 

"Bu Ayu kenapa? Kok tiba-tiba ngomong kayak gitu?" tanyaku sambil sedikit menggeser posisi layar komputer. 

Perempuan paruh baya itu hanya menggelengkan kepala. Sesaat setelahnya dia menunduk. Aku melihatnya dia memainkan pulpen yang dipegangnya. Cukup lama tidak ada suara tercipta. Masing-masing sibuk menjaring pikirannya. Hingga akhirnya, pecahlah suaranya. 

"Gimana, sih, caranya nulis fiksi, Pak Mo?" dia bertanya sambil mengangkat wajahnya.

Kedua ujung bibirku tertarik ke dua arah berbeda demi mendengar keinginannya. Aku sedikit mencondongkan badan ke arahnya. Sambil menangkupkan dua tanganku dan menahan dagu, aku mulai merangkai kata. 

"He he he... tadi katanya malas belajar nulis fiksi. Kok sekarang pengin belajar nulis? He he he... ." kataku sambil menarik sedikit badanku ke belakang. 

Perempuan berambut ikal sebahu itu akhirnya memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Sesaat kemudian dia mulai membuka mulutnya. 

"Iya, nih. Abisnya susah banget aku nulis cerita fiksi," katanya dengan menegakkan badannya di sandaran kursi. 

Mataku menangkap sinyal keinginannya belajar. Sinyal itu pun terkirim ke otak. Otakku bergegas memerintahkan tanganku menuju laci meja. Setelahnya tangan kananku menarik dan membukanya. Sebuah buku berpindah ke retina mataku. Bersamaan dengan tarikan kedua ujung bibir, tanganku meraih buku itu. 

Aku pun menyodorkan buku itu padanya kemudian berkata, "Coba, deh, Bu Ayu baca buku ini. Siapa tahu dapet pencerahan nanti."

Bu Ayu pun mulai mengamati buku itu. Setengah berbisik dia membaca judul buku itu, Membongkar Rahasia Menulis Ala Guru Blogger. 

"Wah! Kayaknya bagus, nih, Pak Mo," katanya sambil membolak-balikkan buku. 

Ada yang hangat dalam hatiku demi mendengar perkataannya. Aku pun kemudian berkata, "Coba Bu Ayu baca mulai halaman lima puluh lima. Di sana ada tips mudah menulis cerita fiksi."

Aku melihat tangan perempuan itu membuka lembar demi lembar buku antologi dengan sampul yang didominasi warna biru muda itu. Tepat di halaman yang dituju, dia menghentikan gerakan tangannya. Dengan saksama dia terlihat membaca nama penulisnya. 

Sambil sedikit menarik badannya, dia berkata, "Hah? Ini tulisanmu, Pak Mo?"

..... dst. 

Silakan membaca cerpen Mazmo yang menurut saya sangat indah dengan gaya bahasa yang mudah dipahami pada tautan link ini: https://s.id/MateriSudomo

Jakarta, 30 Januari 2023

Nani Kusmiyati Kediri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun