Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... Guru - English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Kecerdasan Emosional

29 September 2022   08:14 Diperbarui: 29 September 2022   08:16 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-liza-summer-6382697

KECERDASAN EMOSIONAL

Topik ini saya ambil dari instagram @seputar kuliah. Hati terasa tergelitik untuk segera berbagi dengan sahabat-sahabat blog dan pembaca setia blog saya. Setiap orang tentunya sudah familiar dengan kata cerdas dan kecerdasan. Kecerdasan bukan hanya pikiran loh (Kecerdasan Intelektual) tapi ini kecerdasan emosional. Dan kecerdasan ini penting dimiliki seseorang agar sukses disegala bidang.  

Apakah itu kecerdasan emosional ?

Menurut KBBI, kecerdasan emosional atau sering kita sebut emotional quotient (EQ) adalah kecerdasan yang erat kaitannya dengan kepedulian dan hati, baik antar sesama manusia, dengan makhluk lain, maupun alam sekitar.

Kecerdasan emosional dapat juga diartikan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi terhadap orang lain disekitarnya. Emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi atau suatu hubungan, sedangkan kecerdasan mengacu kepada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.  

Untuk memaksimalkan kecerdasan emosional maka yang pertama kali kita lakukan yaitu mengenali setiap emosi yang ada pada diri kita sendiri. 

Apa yang kita rasakan, dan bagaimana pengaruhnya terhadap orang lain. Ketika kita kesal terhadap seseorang, pandai-pandailah menahan diri agar tidak marah di depan orang tersebut dan lebih baik menghindar untuk tidak bertemu sementara waktu. Jika sudah lebih tenang kita dapat berinteraksi lagi dengan orang tersebut.

Hal ini pernah dialami oleh sahabat saya. Dia bercerita ketika berada di kantor, tiba-tiba bos wanitanya dengan muka ditekuk, bersuara lantang memberikan arahan yang tidak mengenakkan telinga dan cenderung menyalahkan orang lain. 

Sahabat saya mengungkapkan, sebenarnya dia kesal sekali karena dia telah berusaha melakukan pekerjaan dengan baik. Namun masih disalahkan. Ketika saya bertanya tentang sikapnya menghadapi bosnya tersebut, dia bilang  hanya bisa berdiam menahan amarah dan kesal seraya berdoa semoga segera dilapangakan hatinya. 

Dia tidak perdulikan kata-kata bosnya yang tidak mengenakkan hati karena dia tidak ingin berkonfrontasi. Tidak berapa lama bosnya pergi dan berpamitan dengan suara lebih lunak sambil bilang kalau kepalanya pusing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun