Beberapa teman dari Samarinda juga ikut seleksi CPNS, dan kami sama-sama nginap di satu rumah sederhana di Berau. Suasananya penuh harap—semua pengen lulus dan bisa diangkat jadi guru CPNS, ngisi formasi di daerah transmigrasi.
Kalau lihat dari data di atas kertas sih, peluang kami gede banget. Guru yang dibutuhkan ada 25 orang, sementara yang ikut seleksi cuma sekitar 10 orang, dan semuanya lulusan dari kampus yang sama. Jadi, secara hitungan, harusnya sih kami lolos semua.
● ● ●
Yang Menentukan Nasib dan Perjalanan di Rantau
Setelah tes CPNS selesai, tinggal nunggu pengumuman kelulusan. Hampir tiga minggu nunggu, dan infonya cuma bisa dicek lewat media lokal. Selama menunggu, aku mulai kenal lebih dekat sama lingkungan kota tempat aku bakal ditugaskan nanti.
Walaupun belum tahu pasti bakal ngajar di daerah transmigrasi yang mana, banyak daerah transmigrasi di berau dan banyak juga lokasinya yang jauh dari Kota Tanjung Redeb.
Aku tetap coba nikmatin suasana, selama menunggu pengumuman hasil tes. Jalan kaki keliling Tanjung Redeb tuh enggak butuh waktu lama—kurang dari sejam aja udah bisa muterin semua sudut kota. Jalan-jalan utamanya juga gampang dihapal .
Akhirnya, pengumuman hasil seleksi CPNS keluar juga. Dimuat di koran harian lokal, lengkap sama daftar kelulusan dari seluruh Kalimantan Timur.
Tapi yang bikin campur aduk, dari semua teman yang ikut tes di Berau, cuma aku dan satu teman dari Samarinda yang lolos. Teman-teman lain, termasuk yang asli Berau, nggak ada yang lulus. Rasanya senang banget, tapi di sisi lain juga ikut ngerasain kecewa buat mereka yang udah berjuang bareng tapi belum dapat hasil.
Itu jadi momen yang nggak akan lupa—antara bahagia dan haru, karena perjuangan kami nggak semua berakhir manis. Tapi ternyata, formasi guru di wilayah Berau malah diisi sama kakak-kakak kelas yang ikut seleksi dari kabupaten lain—ada yang dari Pasir, Kutai Kartanegara, sama Bulungan. Sementara teman-teman yang langsung ikut tes di Berau sendiri justru nggak ada yang lulus.
Untungnya, beberapa kakak kelas yang dinyatakan lulus itu akhirnya mundur pas daftar ulang. Nah, karena ada yang mundur, formasi itu bisa diisi sama teman-teman yang ikut seleksi di Berau—yang memang asli sana, istilahnya putra daerah. Jadi, tetap ada harapan buat mereka yang udah berjuang dari awal.
Di momen itu, aku sempat jatuh sakit—kena types. Badan panas, demam, lemas banget. Sementara daftar ulang CPNS tinggal hitungan hari. Masalahnya, uang buat berobat nggak ada. Mau minta bantuan ke orang tua di Samarinda juga nggak segampang sekarang yang tinggal transfer lewat rekening dan dengan mudah melalui e-banking.