Mohon tunggu...
bit sesawi
bit sesawi Mohon Tunggu... -

Bit Sesawi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Seri 07 Gedung Tanpa Dinding: Ruang Tidur

4 Juli 2017   19:10 Diperbarui: 7 Juli 2017   00:35 666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

============================

Malam itu hujan turun deras. Seorang wanita muda mendekati pintu gedung itu. Dari pakaiannya, sepertinya dia bukan tuna wisma yang mau menginap di sini malam ini.

"Selamat malam, Mbak. Mau cari siapa?"

"Malam Pak. Saya mau ketemu dengan pengurus gedung ini. Saya ada titipan dari ibu saya"

"Boleh dititipkan ke saya, Mbak, nanti saya sampaikan ke pengurus"

Sebuah figura berisi tulisan dengan warna warni krayon yang sudah nampak usang dimakan waktu. Koster ini mengenali barang ini. Dia teringat dia pun membuat figura mimpi ini dua puluh tahun lalu dan masih memajangnya sampai sekarang di rumahnya.

Dua puluh tahun yang lalu saat gedung ini mulai menerima tuna wisma menginap di dalamnya. Dua puluh tahun lalu saat mentor dari koperasi itu memotivasi untuk memiliki mimpi dan mengusahakannya. Tidak takut bermimpi walapun bagaimana pun keadaan sekarang.

"Ini milik ibu saya Pak, dia dan saya pernah menginap di sini kira - kira dua puluh tahun yang lalu. Dia punya mimpi saya bisa sekolah tinggi. Saat itu ayah saya meninggalkan kami, kami terusir dari kontrakan, ibu saya yang hanya ibu rumah tangga biasa kesulitan mencukupi kebutuhan hidup kami karena biasa menggantungkan diri pada ayah. Dan di sini lah kami malam itu putus asa, saat saya kelaparan karena belum makan dari siang, ibu juga bingung mau bagaimana, saat itu lah gedung ini menyediakan makan malam. Kami jadi percaya Tuhan tetep peduli dengan kami, bagaimana pun keadaannya. Malam - malam berikutnya kami masih menginap di sini setelah siangnya memulung di kompleks depan situ. Waktu sesi membuat figura mimpi itulah, ibu saya jadi punya keyakinan dia pasti bisa keluar dari keadaan ini. Ada harapan. Itu yang dia tulis di figura mimpi ini bahwa anaknya harus bisa sekolah yang tinggi. Dia mulai menabung di koperasi, bisa sewa rumah dari tabungan itu, lalu pinjam uang dari koperasi itu untuk modal usaha jual nasi uduk. Dari semua perjuangan itu akhirnya tahun lalu saya wisuda lulus kuliah dan sudah diterima bekerja sebelum wisuda. Sesuatu yang nampaknya sangat mustahil pada waktu figura mimpi ini dibuat"

Air matanya meleleh deras. Koster ini juga tidak kuat menahan air mata yang menyelinap keluar melalui keriput pada ujung matanya.

"Lalu ibu dimana sekarang? Masih sehat?"

"Ibu saya sudah sehat di surga Pak. Minggu lalu dia meninggal dunia. Pesannya supaya mengembalikan figura mimpi ini, hartanya yang paling berharga, untuk disimpan di gedung ini. Supaya jadi bukti bahwa masih ada harapan, bagaimana pun keadaaannya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun