Mohon tunggu...
Binta Husna
Binta Husna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Apa-apa yang menjadi takdir, sangatlah indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kehilangan

1 Oktober 2021   02:38 Diperbarui: 1 Oktober 2021   02:40 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pagi hari setiap saya berangkat sekolah nenek selalu menawarkan makanan yang tersedia di meja 

"bin, nih pisang goreng" ujar nenek kepada saya

"makasih nek aku buru-buru udah siang" jawab saya

Siang hari nya selepas saya pulang sekolah, di depan teras rumah selalu saya sempatkan untuk duduk santai bersama nenek. Dengan cuaca yang cukup cerah pada saat itu. Apapun saya tanya ke nenek, memang gak setiap duduk santai mengobrol sesekali saya hanya menemani saja sambil pegang tangannya yang kian berkurangnya waktu keriput makin jelas, gak lupa sesekali saya ajak berfoto dan hanya saya simpan pribadi sebagai kenangan. 

Ada satu obrolan yang masih saya inget dan akan selalu saya inget.

"nek, resep masak daging semur apa aja, resep sayur asem apa?" tanya saya ke nenek. Pada saat itu saya belum bisa masak hanya iseng nanya dan niat saya buat koleksi resep-resep turun temurun jikalau nenek saya udah tiada.

Singkat cerita setelah diberi tahu saya catet di buku catatan kecil. Dan sampai sekarang buku kecil yang saya tulis untuk resep masih ada. Hari dan waktu terus berjalan sampai tibalah Ramadhan yang biasa kami lakukan pertama adalah saling meminta maaf, seperti yang kita tau suasana saat Ramadhan amat terasa dimana moment buka puasa saling berbagi makanan dari yang manis, pedes sampai asin itu pasti sangat berkesan dan ditunggu. 

Tak terasa lebaran pun esok hari tiba. Rumah nenek pasti dijadikan tempat berkumpul canda tawa pada hari itu. Tanpa disadari tahun itu adalah menjadi tahun terakhir kami berkumpul dengan nenek dirumah. Ramadhan tahun depannya nenek jatuh sakit kondisi yang benar-benar terlama dirawat sepanjang hidupnya, moment Ramadhan kami lalui tanpa hadirnya nenek dirumah. Kami hanya bolak balik RS menjaga dan menjenguk nenek. 

Sampai lebaran tiba pun kami berkumpul di RS bergantian masuk dan meminta maaf ke nenek, dan nenek sempet video call ke saudara yang gak bisa masuk dan menunggu dibawah. obrolan yang saya ingat pada hari lebaran itu ketika nenek saya mengatakan

"nenek ga bisa, ga kuat kalau harus sampai kamu nikah" ujar nenek ke orangtua dan saya. saat nenek mengatakan itu saya cukup menahan keluarnya air mata hanya berkaca-kaca, saya gak ingin nenek merasakan kalau saya sudah mengetahui akan adanya tanda "kehilangan".

H+3 Lebaran nenek berpulang ke pangkuan Sang Illahi setelah H+1 Lebaran pulang dari RS dan cukup rawat di rumah aja.

Jangan pernah merendahkan seseorang yang pernah merasakan kehilangan, sebab kamu tidak tahu bagaimana dia berusaha bangun dan bersusah payah menghapus air mata. dia berusaha berdamai dan mengajak jiwa juga hatinya untuk kembali hidup dan melangkahkan kaki, tidak mudah untuk terbang dengan sayap yang patah dan hilang. Jika saat ini kamu merasakan jatuh karena kehilangan, entah ia pergi selamanya atau berpindah tempat dan meninggalkanmu seorang diri, percayalah itu bagian dari cara Tuhan mendewasakanmu. -  Jundi Imam Syuhada

Pesan saya siapkan bekal, setidaknya kita menjadi tempat pulang dan rumah ternyaman untuk keturunan kita nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun