Pedagang kaki lima, pedagang keliling, dan warung makan hanya berharap dari warga setempat yang daya belinya juga terbatas.
Ini bukan fluktuasi sesaat, melainkan tren kemiskinan yang konsisten memburuk selama bertahun-tahun.
Akar masalah kemiskinan di Kepulauan Seribu adalah ketiadaan akses warga setempat untuk terlibat langsung dalam pengelolaan potensi pariwisata di wilayahnya.
Dari 110 pulau kecil di Kepulauan Seribu, sebanyak 86 pulau dikelola secara perorangan, kebanyakan oleh investor dari luar.
Sejak masa Orde Baru, pulau-pulau di Kepulauan Seribu dikuasai penguasa dan pengusaha untuk dijadikan lokasi peristirahatan eksklusif.
Pada tahun 1970-an, sisi utara Kepulauan Seribu berkembang menjadi daerah wisata yang mahal dan eksklusif, menargetkan wisatawan asing yang disebut warga setempat sebagai wisata 'dolar' dan 'bule.' Sementara itu, penduduk yang mayoritas bermukim di sisi selatan, hanya menjadi penonton.
Meskipun pada akhir tahun 2000-an wisatawan lokal mulai mendatangi pulau-pulau di sisi selatan, dan pemerintah mulai membangun infrastruktur penunjang seperti penerangan, telekomunikasi, jalan lingkungan, kebersihan, air bersih, dan transportasi antarpulau, namun struktur ekonomi pariwisata yang tidak inklusif tetap bertahan.
Warga lokal memang dapat membuka homestay kecil-kecilan atau menyewakan sepeda dan odong-odong, tetapi margin keuntungannya kecil dan tidak stabil.
Sementara itu, sebagai nelayan, mereka menghadapi tantangan semakin sulitnya mendapatkan ikan dalam jumlah banyak akibat kerusakan ekosistem laut dan minimnya modal untuk alat tangkap yang lebih modern.
Pariwisata tanpa pemberdayaan ekonomi lokal hanya menciptakan ilusi kemakmuran
Hemat saya, tingginya kunjungan wisatawan ke Kepulauan Seribu, tidak lantas otomatis menciptakan kesejahteraan bagi warga lokal, karena struktur ekonomi pariwisata yang eksploitatif dan tidak inklusif.
Pariwisata yang berkembang di Kepulauan Seribu lebih banyak menguntungkan investor luar dan pemilik modal besar, sementara warga lokal hanya mendapat remah-remah ekonomi dari aktivitas wisata yang ramai di pulau-pulau mereka sendiri.
