Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas memasak semakin banyak mendapat perhatian publik, terutama melalui media sosial yang dipenuhi dengan konten kuliner dan program memasak. Meski demikian, keputusan seseorang dalam memilih makanan bukanlah hal sederhana. Pilihan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kondisi biologis, ekonomi, lingkungan sosial, hingga aspek psikologis, yang pada akhirnya berdampak langsung pada kesehatan baik memberi manfaat maupun menimbulkan risiko.
Pandemi COVID-19 memberikan gambaran nyata mengenai hal ini. Waktu yang lebih banyak di rumah mendorong sebagian orang untuk lebih sering memasak, sehingga berimplikasi positif pada pola makan yang lebih sehat, peningkatan kebugaran, dan berkurangnya tingkat stres. Namun, bagi sebagian lain, tekanan dan kecemasan justru menimbulkan kebiasaan makan berlebih.Â
Dari sinilah lahir konsep cooking readiness atau kesiapan memasak, yang mencakup tiga aspek utama: literasi pangan, keterampilan memasak, serta sikap positif terhadap aktivitas memasak. Faktor eksternal, seperti pembatasan sosial, turut memberi pengaruh dengan membuka peluang lebih besar bagi masyarakat untuk menyiapkan makanan sendiri. Penelitian lintas negara (Brazil dan Denmark) menunjukkan bahwa kesiapan memasak berperan penting dalam mendorong pola makan sehat, meskipun dampaknya berbeda sesuai tradisi dan budaya konsumsi masing-masing masyarakat.
Selain faktor internal, media sosial juga memiliki peran besar dalam membentuk perilaku makan. Influencer kuliner, misalnya, kerap menampilkan gaya hidup sehat melalui kebiasaan memasak di rumah. Berdasarkan teori kognitif sosial, niat seseorang untuk meniru perilaku tersebut dipengaruhi oleh keyakinan diri (self-efficacy), persepsi akan manfaat, serta pertimbangan sosial, kesehatan, maupun ekonomi.
Di sisi lain, modernisasi gaya hidup telah mengurangi praktik memasak di rumah. Fenomena ini dikenal dengan istilah culinary deskilling, yaitu menurunnya keterampilan memasak akibat semakin sering bergantung pada makanan cepat saji, instan, atau produk olahan. Pola konsumsi tersebut terbukti menurunkan kualitas gizi, mengurangi asupan buah dan sayuran, serta meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular. Sebaliknya, memasak di rumah berkaitan erat dengan konsumsi bahan segar yang lebih tinggi, pola makan yang lebih seimbang, serta manfaat signifikan bagi kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
Hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa individu dengan tingkat kesiapan memasak yang lebih tinggi cenderung lebih sering memilih makanan bergizi sesuai rekomendasi nutrisi. Hal ini menegaskan bahwa kemampuan, motivasi, dan kesempatan untuk memasak merupakan faktor strategis dalam membentuk perilaku makan sehat. Dengan demikian, cooking readiness dapat dipandang sebagai pendorong penting perilaku konsumsi sehat selama pandemi, sekaligus berpotensi menjadi indikator dalam intervensi kesehatan masyarakat di masa depan untuk memotivasi serta mengedukasi konsumen agar lebih sadar gizi.
Meski demikian, penting dipahami bahwa kesiapan memasak tidak serta-merta menghilangkan konsumsi makanan kurang sehat. Aktivitas memasak secara konsisten berkaitan dengan pilihan makanan yang lebih bernutrisi, tanpa bergantung pada konteks negara maupun situasi. Namun, dampak positif cooking readiness dapat bertahan dalam kondisi pasca pandemi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.Â
Cara Menumbuhkan Cooking Readiness
Mulai dari dasar
Cobalah resep sederhana dan kuasai keterampilan kecil seperti memotong sayur, menumis, atau merebus. Pengetahuan gizi dasar juga membantu agar makin percaya diri memilih bahan makanan. Rencanakan & siapkan
 Susun menu harian atau mingguan supaya belanja lebih hemat dan tidak bingung mau masak apa. Siapkan juga alat masak sederhana—pisau tajam, wajan, dan panci sudah cukup untuk memulai.Temukan motivasi & nikmati proses
Cari alasan pribadi untuk masak, entah demi hidup sehat, menghemat biaya, atau sekadar mengisi waktu dengan kegiatan seru. Jangan takut gagal, anggap saja masak sebagai pengalaman belajar yang bisa bikin hati lebih senang.
Dengan menumbuhkan cooking readiness, setiap individu memiliki peluang nyata untuk mengubah dapur menjadi ruang ketahanan, kreativitas, sekaligus sumber kesehatan jangka panjang. Semangat memasak. ^^
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI