Mohon tunggu...
Bianca Rachel
Bianca Rachel Mohon Tunggu... -

Elementary Education - State University of Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mutu Pendidikan di Indonesia

16 Agustus 2014   05:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:25 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408100513795730445

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan itu penting. Setiap manusia berhak menimba pendidikan. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan, dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik. Maka dengan adanya pendidikan, setiap manusia dapat mengambil keputusan-keputusan, menyelesaikan persoalan-persoalan, juga mencerdaskan diri untuk kepentingan bangsa dan negara. Indonesia merancang sebuah sistem pendidikan yang telah lama bertahan dan telah digunakan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta. Seperti yang kita ketahui, pendidikan di Indonesia dibagi ke dalam empat jenjang yaitu anak usia dini, dasar, menengah, dan tinggi. Saat ini, seluruh penduduk Indonesia diharuskan mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun. Setelah diberlakukan program tersebut, seharusnya peran Indonesia di bidang pendidikan dapat dibilang cukup baik. Namun berdasarkan data dari Pearson Education (2014), sistem pendidikan Indonesia menempati peringkat terendah di dunia. Pertanyaan-pertanyaan mulai bermunculan di benak masyarakat Indonesia. Lantas, apa yang salah dengan sistem pendidikan di Indonesia? Berikut, kita akan mengulas kesalahan-kesalahan sistem pendidikan di Indonesia.

1. Metode Pembelajaran

Di Amerika Serikat, pendidikan menengah memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan di Indonesia. Pada jenjang ini, siswa diwajibkan mengambil sejumalah mata pelajaran wajib (mandatory subjects) dan memilih mata pelajaran pilihan (electives).

Mata pelajaran wajib (mandatory subjects) meiliputi :

  • Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi Biologi, Kimia dan Fisika
  • Mathematic (Matematika) meliputi aljabar, geometri, pre-calculus dan statistika
  • English (pelajaran bahasa inggris) meliputi sastra, humaniora, mengarang dan verbal(praktek)
  • Physical education (Olahraga)

Mata pelajaran pilihan (electives) meliputi:

  • Athletic meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming, tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball, lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain biking, marching band
  • Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience, Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
  • Computer word processing meliputi programing and design
  • Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina, Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
  • Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni rupa, fotografi, ceramics dan dance
  • Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majala siswa

Berbeda dengan di Indonesia dimana setiap siswa-siswinya diharuskan mempelajari sejumlah pelajaran yang telah ditentukan oleh sekolah. Suka atau tidak suka, siswa-siswinya harus mempelajari pelajaran tersebut untuk dapat mencapai standar nilai yang telah ditentukan oleh sekolah.  Padahal jika dipikir kembali, setelah lulus dari sekolah dan ingin bekerja, siswa-siswi belum tentu langsung mendapatkan pekerjaan. Dan jika mendapat pekerjaan,  siswa-siswi itu pun tidak menggunakan seluruh ilmu yang telah mereka pelajari.

Namun bagaimana jika sistem pendidikan di Indonesia mengikuti sistem pendidikan di Amerika dimana siswa-siswinya bisa memilih pelajaran yang mereka sukai . Pastilah, siswa-siswi Indonesia dapat mengoptimalkan bakat dan minat mereka sehingga setelah lulus sekolah, mereka langsung siap untuk terjun ke dunia kerja.

Penduduk di Indonesia sungguh banyak. Dari Sabang sampai Merauke. Apabila Indonesia mampu menggunakan sistem pendidikan di Amerika ini maka Indonesia akan memiliki segenap sumber daya manusia yang berkualitas, yang sudah siap untuk terjun ke dunia kerja, juga yang berpotensi membuka lapangan kerja atau berwirausaha. Dengan begini, tingkat pengangguran yang tinggi perlahan-lahan akan menyusut.

2. Kualitas Guru

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada beberapa tahun terakhir lalu telah mengeluarkan program sertifikasi guru. Program ini bertujuan menciptakan guru-guru yang berkualitas.

"Namun sayangnya dari hasil uji kompetisi yang dilakukan selama ini kualitas guru masih ada yang rendah. Hal itu dapat dilihat dari program sertifikasi guru tersebut yang memenuhi syarat hanya 2.08 juta atau 70,5%. Sedangkan sisanya 86.167 belum memenuhi persyaratakan sertifikasi," kata Ketua Badan Standart Nasional Pendidikan, Edi Tri Baskoro di Jakarta beberapa waktu lalu. Bahkan Edi mengaku, saat dilakukan uji kompetensi banyak guru-guru mendapatkan nilai dibawah 50. Sedangkan dari sisi kualifikasi, pendidikan guru juga masih rendah. Baru 2,92 juta guru atau 51% yang berpendidikan S1 dan sisanya belum S1. Sumber: (X)

Pertanyaannya adalah apakah guru yang sudah tersertifikasi benar-benar sudah memiliki kualitas yang baik untuk mengajar? Ataukah hanya sebagai pernyataan di atas kertas yang disertai dengan penambahan uang saku, namun tidak ada perubahan apa-apa dalam metode mengajar? Masalah ini perlu dipikirkan dengan serius.Lagi-lagi, kita harus melihat sistem kualifikasi guru di negara lain. Kali ini penulis mengambil contoh sistem kualifikasi di Jepang.

Untuk menjadi guru di Jepang sangatlah sulit. Pertama, para calon guru harus menjalani kuliah di universitas keguruan untuk mendapat lisensi guru. Kalau tidak masuk ke dalam universitas keguruan, mereka harus menjalani semacam kursus yang diselenggarakan oleh badan pemerintah Jepang, yang bisa mengeluarkan lisensi untuk menjadi guru.

Setelah itu, untuk menjadi guru di daerah tertentu, mereka harus mengikuti tes yang dilaksanakan setiap daerah. Di Jepang standarisasi setiap daerah berbeda, karena itu setiap daerah mengeluarkan ujian sendiri untuk calon guru yang berminat di daerahnya. Misalnya, untuk mengajar di kota Tokyo, mereka harus mengikuti ujian khusus untuk menjadi guru di kota tersebut. Biasanya para calon guru di Jepang melamar di beberapa daerah, sebagai cadangan bila ternyata mereka tidak lulus ujian di daerah pertama.

Setelah mendaftar, maka calon guru harus mengikuti dua kali ujian. Yang pertama tes tertulis. Kalau lulus, mereka harus mengikuti ujian wawancara. Bila keduanya lulus, maka calon guru tersebut akan dipilihkan sekolah tempat mereka akan mengajar nantinya, oleh pejabat pendidikan di kota tersebut.

Selain itu, setiap sepuluh tahun, para guru harus kembali mengikuti pelatihan dan kembali mengikuti ujian sertifikasi untuk menjadi guru. Hal ini penting agar setiap guru tetap memiliki pengetahuan yang up to date, tetap belajar hal-hal yang baru di dunia pendidikan. Ini murni untuk peningkatan kualitas mengajar para guru, dan kualitas pendidikan secara umum. Jadi tidak ada hubungannya dengan kenaikan gaji.

Terakhir, adanya pergantian guru-guru senior yang sudah memiliki banyak pengalaman ke berbagai sekolah, agar guru-guru lain bisa belajar dari pengalaman mereka. Dengan cara ini, kualitas belajar mengajar di sekolah-sekolah setiap daerah menjadi merata.

3. Sarana dan Prasarana

Kualitas sarana fisik pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Potret buruk sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia masih dapat ditemukan dimana-mana. Baca di sini.

Sarana dan prasarana sebagaimana kita ketahui adalah salah satu penunjang kegiatan belajar mengajar, kondisi sarana dan prasarana mempengaruhi kualitas pendidikan seorang anak didik. Apalagi anak didik yang masih dijenjang sekolah dasar. Anak pada usia sekolah dasar mengalami pertumbuhan karakter awal yang akan membentuk jati diri anak sebagai generasi baru suatu bangsa. Oleh karena itu, kondisi pendidikan anak di sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian yang serius dan menjadi fokus pemerintah untuk perbaikan sarana dan prasarana, sehingga para siswa, guru, kepala sekolah dan komponen pendidikan lainnya bisa mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik untuk peningkatan kualitas pendidikan kita. Penulis melihat bahwa sebenarnya pemerintah sudah mencoba yang terbaik untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia ini, namun kita (rakyat) sendiri lah yang memberatkan pemerintah itu sendiri. Banyak dari masyarakat yang mengkorupsi dana yang seharusnya buat biaya perbaikan sarana dan prasarana. Lalu, banyak dari siswa-siswi yang minat belajarnya masih rendah. Terlihat ketika bermain HP di dalam kelas, mencontek saat ujian, mengobrol saat guru menerangkan. Harapan penulis kepada pemerintah adalah semoga pemerintah dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, baik kurikulumnya, gurunya maupun sarana dan prasarananya.  Dan kepada masyarakat, jangan selalu protes sama pemerintah jika kita sendiri masih banyak yang salah.

"Education is the most powerful weapon we can use to change the world" - Nelson Mandela

Source:

  1. Salahnya Sistem Pendidikan di Indonesia
  2. Pearson Education
  3. Sistem Pendidikan di Amerika Serikat
  4. Kualitas Guru di Indonesia Masih Banyak Yang Rendah
  5. Peningkatan Kualitas Guru, Belajar dari Sistem Jepang
  6. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Pendidikan di Indonesia
  7. Perbaikan Sarana dan Prasarana Sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun