Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8 Tahun Kompasiana, 3 Tahun Bersamanya

24 Oktober 2016   22:00 Diperbarui: 24 Oktober 2016   22:19 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya difoto dari belakang, ketika hendak masuk ke gerbang

Menjadi Kompasianer adalah suatu keuntungan bagi saya. Sebagai seorang dapat dikatakan tak dapat hidup tanpa menulis, Kompasiana menjadi wadah untuk memuat tulisan-tulisan saya. Meski tidak dibayar dengan honorarium uang layaknya kalau kita menulis di media massa cetak umum, tetapi gairah menulis mendapatkan saluran melalui Kompasiana.
 Sebenarnya, perkenalan saya dengan Kompasiana belumlah terlalu lama. Saat ini,Kompasiana baru saja merayakan ulang tahunnya ke-8, tetapi saya baru bergabung dengan Kompasiana pada 26 Mei 2013. Itu pun awalnya saya sering “bolos”, tidak menulis dalam jangka waktu yang cukup lama. Tulisan pertama saya adalah “Tiga Kali Nonton ‘Star Trek Into Darkness” (baca di sini).

Setelah itu, cukup lama saya “berdiam diri”. Baru menulis lagi empat bulan kemudian, melalui tulisan “Selamatkan Menara Kemayoran” pada 20 September 2013 (baca di sini: ). Tulisan berikutnya, yang dimuat pada 25 September 2013 berjudul “Prangko Sudah (Hampir) Habis Riwayatnya?.” 

Setelah tiga tulisan pada 2013, maka sepanjang tahun 2014, saya tak menulis sama sekali di Kompasiana. Barulah pada 1 April 2015, saya memuat tulisan berjudul “Ketika Remaja Mengirim Surat Kepada Adam, Hawa, dan Ultraman”.

Ada beberapa lagi tulisan saya pada 2015, termasuk laporan dari kunjungan mengikuti Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik di Korea Selatan, yang saya tulis secara berseri. Saya memang aktif di Gerakan Pramuka sejak kecil, dan sejak 1995 aktif pula di Kepanduan Asia-Pasifik. Mulai dari jabatan sebagai Honorary Correspondent Kepanduan Asia-Pasifik, maupun menjadi anggota Subkomite Kepanduan Asia-Pasifik di dua bidang, Kehumasan dan Manajemen.

Namun saya baru-baru benar aktif pada tahun ini. Itu pun awalnya masih belum begitu “menekan gas” memuat tulisan di Kompasiana. Pada Januari 2016 ada 5 tulisan, Februari 2016 meningkat menjadi 11 tulisan, tetapi Maret 2016 hanya satu tulisan. Berikutnya, April 2016 saya memuat 4 tulisan, Mei 2016 meningkat menjadi 7 tulisan.

Pada Juni 2016 tercatat ada 7 tulisan saya di Kompasiana, lalu Juli 2016 hanya ada 2 tulisan saja. Kemudian pada Agustus 2016 ada 5 tulisan, September 2016 tercatat 10 tulisan saya di Kompasiana. Barulah yang agak banyak pada Oktober 2016 ini, yang sampai 24 Oktober 2016 sudah tercatat 32 tulisan di Kompasiana. Berarti ada hari-hari di mana saya menulis lebih dari sekali.

Sejak Kecil

Minat terhadap dunia tulis-menulis telah ada sejak saya kecil. Ketika saya duduk di kelas VI SD pada 1972 misalnya, satu tulisan saya telah dimuat di Harian Indonesia Raya yang dipimpin oleh wartawan dan sastrawan terkemuka, Mochtar Lubis. Menginjak bangku SMP, saya semakin sering menulis. Kebanyakan puisi, tetapi ada juga cerita pendek dan laporan kegiatan berbentuk berita.

Bahkan ketika SMA, tulisan-tulisan saya tentang kepramukaan telah cukup rutih dimuat di Harian Berita Buana khususnya di edisi Minggu yang disebut Buana Minggu, di samping di Harian Sinar Harapan. Nama media yang disebut terakhir itulah akhirnya yang menjadi tempat saya menekuni karier sebagai seorang pewarta. Dimulai sebagai Pembantu Berita di Dwimingguan Mutiara yang merupakan “saudara” dari Sinar Harapan, saya kemudian berpindah menjadi pewarta tetap di suratkabar sore itu sejak Januari 1984. Ketika dibreidel, dan berganti nama menjadi Suara Pembaruan pada 1987, saya tetap bekerja di situ.

Saya baru berhenti menjadi pewarta tetap ketika Suara Pembaruan diambil alih oleh Group Lippo, dan terjadi restrukturisasi karyawan pada awal 2010. Begitu pun, saya masih tetap aktif di dunia kewartawanan. Termasuk menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Pramuka, media resmi Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, sampai akhir 2014.

Di samping itu, saya pun masih menulis dan menjadi pewarta lepas untuk beberapa media massa cetak lainnya. Tulisan-tulisan saya tersebar di sana-sini, baik dalam Bahasa Indonesia maupun dalam Bahasa Inggris. Bidang tulisan saya kebanyakan tentang dunia kepramukaan, seni, budaya, wisata, dan olahraga.

Namun tak selamanya tulisan saya dimuat, dan ketika ada keinginan menulis, saya bingung ingin memuatnya di mana. Ketika itulah saya merasakan perlunya wadah untuk memuat tulisan-tulisan saya. “Tidak dibayar pun tidak apa, yang penting tulisan saya dibaca, dan saya dapat menyalurkan hasil liputan, ide, dan pemikiran saya kepada publik,” demikian pikir saya.

Sebelumnya, saya telah menulis untuk situs jurnalisme warga WIkimu.com. Sayang, situs itu kemudian ditutup oleh manajemennya. Maka, terima kasih kepada Kompasiana yang akhirnya bisa menjadi wadah bagi tulisan-tulisan saya.

Ikut Kompasianival

Perlahan tapi pasti, saya mulai mengikuti acara-acara Kompasiana, baik “Nangkring” atau pun lomba-lomba yang diadakan. Seingat saya, pernah sekali saya memenangkan lomba twitter dalam salah satu acara “Nangkring” Kompasiana.

Sedangkan mengenai Kompasianival, sebenarnya baru dua kali saya ikut. Pertama pada 2014, kemudian tahun lalu sebenarnya saya pun sudah mendaftar. Namun saat pelaksanaan, urung ikut karena bersamaan dengan acara lain yang tak dapat ditinggalkan. Belakangan saya dengar, teman-teman Kompasianer yang ikut Kompasianival tahun lalu, sebagian berkesempatan bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo. Betapa menyenangkannya.

Itulah sebabnya, tahun ini saya bertekad ikut Kompasianival. Tulisan berisi pengalaman ikut serta acara itu, telah saya muat di Kompasiana berjudul “Flashblogging Kompasianival 2016: 8 Tulisan, 1 H+P, 6 P, Sepeda!”.

Kompasianival 2016 memang momen penting bagi saya. Setelah beberapa kali ikut lomba penulisan Kompasiana dan belum pernah menang, maka ketika Kompasianival 2016, saya memenangkan hadiah sepeda dari kompetisi “Flashblogging”. Seperti di tulisan saya sebelumnya, sejak awal saya memang sudah berniat ikut kompetisi menulis cepat blog itu. Itulah sebabnya, walaupun terasa cukup berat, saya nekad membawa komputer jinjing (laptop) saya untuk beberapa kali berganti angkutan umum sebelum tiba di Gedung SMESCO, Jakarta Selatan, tempat berlangsungnya Kompasianival 2016.

Pada acara itu, saya menghasilkan 8 tulisan, dan itu merupakan yang terbanyak. Menurut sahabat Kompasianer dari Sulawesi Utara, Johanis Malingkas, peserta “Flashblogging” Kompasianival 2016 yang terbanyak menulis adalah saya dengan 8 tulisan. Disusul oleh Ya Yat, yang kemudian menjadi Kompasianer of the Year2016 dengan 4 tulisan. Berikutnya, Posman Siahaan dengan 2 tulisan, dan lainnya dengan 1 tulisan. Johanis Malingkas juga mencatat ada 28 tulisan yang ikut “Flashblogging” Kompasianival 2016, berarti 28 persen tulisan yang masuk dihasilkan oleh saya (untuk lengkapnya baca tulisan berjudul “Kompasianival 2016 Sukses!” karya Johanis Malingkas di sini.

Hasilnya, tulisan saya yang berjudul “Dari Papua untuk Kompasianival 2016” (baca di sini: ) dinobatkan menjadi pemenang “Flashblogging” tersebut. Jadi bila ditanya mana atau kapan momen atau pengalaman terbaikmu selama berjejaring di Kompasiana, kemenangan mengikuti kompetisi “Flashblogging” di Kompasianival 206 dapat menjadi pilihan saya. Walaupun tentu saja seperti lirik lagu “The Best is Yet to Come” yang dinyanyikan Frank Sinatra dan kemudian dipopulerkan kembali oleh Michael Buble, saya tetap berharap bahwa kemenangan kompetisi “Flashblogging” di Kompasianival 2016, bukanlah menjadi momen terbaik saya. Tetap saya berharap, masih banyak lagi momen-momen baik dan menarik yang akan saya alami selama berjejaring di Kompasiana.

Kemenangan hanya salah satu pemicu untuk membangkitkan semangat menulis di Kompasiana. Namun banyak penyebab lainnya yang membuat saya bakal tetap mengirimkan tulisan untuk dimuat di Kompasiana. Keinginan untuk melaporkan suatu peristiwa, keinginan untuk mengemukakan ide, saran, dan kritik, sampai keinginan untuk bersahabat dengan rekan-rekan Kompasianer, melalui tulisan yang dimuat di Kompasiana, dan tentu saja diiringi penuh harapan banyak yang berkenan membacanya.

Kompasiana sudah berusia 8 tahun, dan saya baru 3 tahun bergabung bersamanya. Sampai saat ini, baru 174 tulisan yang saya hasilkan, dengan 58.000 lebih dibaca, serta dikomentari sebanyak 154 kali, dan mendapat jumlah nilai 258. Paling tidak sampai akhir 2016, saya menargetkan bakal memuat setidaknya 200 tulisan, dan tentu akan senang bila ada catatan dibaca sampai 100.000 kali.

Semoga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun