Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prangko Sudah (Hampir) Habis Riwayatnya?

25 September 2013   21:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:24 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1380117597972645718

Prangko makin jarang dipakai? Suratpos makin jarang dikirim? (Hampir) Semua sudah beralih ke email, layanan pesan pendek (short message service), BBm, Whatsapp, Twitter, Facebook, dan berbagai piranti media sosial lainnya. Jadi? Apakah prangko sudah (hampir) habis riwayatnya?

Tidak juga. Sampai saat ini masih cukup banyak – kalau bisa dibilang begitu – orang yang senang menggunakan prangko. Komunitas penggemar kartu pos misalnya, jumlahnya makin bertambah di banyak negara. Mereka senang saling berkirim kartu pos menggunakan prangko dan tentu saja melalui kantor pos.

Wisatawan-wisatawan asing yang datang ke suatu negara, termasuk ke Indonesia, juga (cukup) banyak yang menjadikan prangko dari negara yang dikunjunginya sebagai cenderamata bagi diri atau keluarganya. Sebagian membeli di kantor pos untuk disimpan dan dibawa pulang. Sebagian lagi membeli prangko di kantor pos di negara yang dikunjungi, kemudian menempelkannya pada kartu pos yang juga dibeli di negara itu, dan mengirimkannya ke alamat rumahnya sendiri atau alamat rumah kerabat di negara asal mereka. Jadilah suatu benda kenangan yang unik. Kartu pos dan prangko dari negara yang dikunjungi, lalu dibubuhi cap/stempel pos dari kantor pos setempat.

Kolektor prangko atau yang lazim pula disebut filatelis, jumlah juga makin banyak. Anak-anak muda, walau pun mereka hidup di “dunia maya”, masih ada juga yang senang mengoleksi prangko dan benda-benda pos lainnya.

Hal itu bisa dilihat pula dalam Pameran Nasional Filateli (Panfila) 2013 yang diadakan di Gedung Wahana Bakti Pos Indonesia, di Jalan Banda, Bandung 40115. Ratusan filatelis, sebagian besar kaum muda, dari 15 provinsi atau Pengurus Daerah (PD) Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) ikut memamerkan koleksi mereka.

Panfila 2013 dibuka secara resmi oleh Direktur Utama PT Pos Indonesia, Budi Setiawan, pada 25 September 2013 bertepatan dengan HUT ke-203 Kota Bandung. Pameran itu digelar sampai 29 September 2013. Koleksi yang ditampilkan cukup beragam. Mulai dari koleksi yang terdiri dari berbagai benda pos – mulai dari prangko, sampai kartu pos, sampul/amplop surat pos, kartu wesel pos, dan lainnya – dari masa pendudukan Hindia-Belanda, lalu masa penjajahan Jepang, dan masa revolusi Kemerdekaan RI.

Ditampilkan pula koleksi-koleksi tematik, seperti tema-tema tentang fauna, burung, binatang mamalia, kupu-kupu, dan lainnya. Tak sedikit pula koleksi dengan tema kepramukaan yang ditampilkan pada Panfila 2013, suatu tema yang banyak peminatnya di kalangan para filatelis. Sampul atau amplop-amplop pos yang dikirim dengan pesawat udara tertentu juga ada pada Panfila kali ini. Termasuk yang cukup unik, koleksi tentang kisah Petualangan Tintin, suatu komik karya Herge, komikus terkenal asal Belgia, yang karyanya sudah diterjemahkan ke dalam puluhan bahasa di dunia, termasuk ke dalam Bahasa Indonesia.

Bersamaan dengan Panfila 2013, PFI juga akan menyelenggarakan Rapat Tahunan Nasional. Pada rapat yang diadakan setahun sekali itu, Pengurus Pusat (PP) akan mengajak PD dari seluruh Indonesia, membahas dan menyatukan langkah untuk terus mengembangkan hobi filateli. Salah satunya, tentu membahas suatu kepercayaan besar yang diberikan para filatelis internasional kepada Indonesia.

Ketua Harian PP PFI, Mulyanto, menyebutkan bahwa dalam pertemuan filatelis internasional Asia-Pasifik di Bangkok awal Agustus 2013, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Pameran Filateli Sedunia pada tahun 2016 atau 2017. Lokasinya, menurut Mulyanto, masih akan dipilih, apakah di Jakarta, di Bandung, di Surabaya, atau di tempat lain.

Penunjukkan kepada Indonesia itu memberikan bukti bahwa filatelis internasional percaya Indonesia mempunyai cukup banyak filatelis andalan dan mampu menyelenggarakan pameran tingkat dunia. Kepercayaan itu juga karena bukti nyata pada Pameran Filateli Sedunia “World Stamp Championship Indonesia 2012” di Jakarta Convention Centre, akhir Juni 2012. Indonesia sukses menyelenggarakan acara itu dan para filatelis dari seluruh dunia memuji keberhasilan Indonesia itu.

Jadi jelas ‘kan, prangko masih sangat diminati. Apalagi, hobi mengoleksi prangko itu juga mempunyai banyak manfaat positif. Mulai dari segi investasi, karena sebagian – walaupun tidak semua – prangko cenderung naik harganya bila disimpan dan dirawat dengan baik. Lalu manfaat-manfaat non-materi juga sangat positif. Melatih ketekunan, kerapian, dan ketelitian, dalam merawat suatu prangko dan benda-benda filateli lainnya.

Melalui prangko dan benda-benda filateli, seseorang juga dapat mengembangkan wawasannya. Misalnya dari sisi geografi, pengetahuan bahasa asing, seni, budaya, dan banyak hal, seperti dapat terlihat di gambar dan tulisan pada prangko. Dan di luar itu, karena filateli merupakan hobi yang mendunia, menjadi filatelis juga dapat menambah sahabat, baik dari luar daerah maupun dari luar negeri.

Maka, pastinya prangko tidak akan habis riwayatnya. Justru makin lama, makin banyak orang yang senang mengoleksinya. Ayo, mengoleksi prangko.

[caption id="attachment_268596" align="alignnone" width="1471" caption="Koleksi unik "][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun