Mohon tunggu...
Berni Hatim
Berni Hatim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dengan berbuat 1 kebaikan, kamu dapat merasakan beribu kenikmatan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menembus Batas Diri

21 Maret 2024   00:10 Diperbarui: 21 Maret 2024   00:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Gempa Cianjur/dokpri

Hi! Aku Berni, bisa di panggil Nih. Aku merupakan seorang anak yang berasal dari sabuah daerah dengan julukan kota kecil sejuta cerita yaitu Cianjur. Aku merupakan salah satu anggota organisi relawan  di Cianjur. Mengapa menjadi relawan? Karena dengan menjadi relawan aku mendapatkan banyak sekali pengalaman seperti, survival, tracking dengan medan yang menurutku tidak wajar untuk orang yang kurang terlaltih.

Pencarian Orang Hilang/dokpri
Pencarian Orang Hilang/dokpri

Dengan menjadi seorang relawan aku banyak mendapat rasa syukur yang bahkan tidak ku temui sama sekali pada moment-moment kehidupan biasanya. Melawan rasa lelah, memikul kepercayaan dari masyarakat akan terasa menajadi rasa syukur ketika tugas selesai. Aku senang melakukan peran ini, karena dengan peranku menjadi seorang relawan, aku banyak berinteraksi dengan orang-orang hebat, baik itu dari segi ilmu dan rasa loyalitas terhadap sesama yang mereka ajarkan.

 Suka dan duka selalu bercampur aduk ketika menjalani peran ini. suka ketika harus bertemu banyak orang hebat dan duka ketika merasakan menjadi orang yang terdampak musibah. Kesehatan jiwa dan raga menjadi rasa syukur terbesar ketika menjankan tugas, karena dengan karunia kesehatan yang tuhan berikan, menjadikan diriku sebagai orang yang bermanfaat bagi sebagian orang.

7.00 pagi hari di 21 November 2022. Aku menjalani aktivitas seperti biasanya, mencari sarapan, dan berkeliling kota kecilku yaitu Cianjur. Rasa nikmat pada hari itu sangatlah ku nikmati, kesejukan pagi dan melihat ramainya lalu lalang orang-orang yang hendak pergi bekerja dan berangkat sekolah. 9.00 aku harus bergegas untuk meninggalkan kota kecil itu, berjalan menggunakan sepeda motor untuk menuju kota Bandung. 

Tanpa merasa apapun perjalanan Cianjur-Bandung ku jalani seperti biasanya, jalanan yang ramai dengan aktivitas, burung burung yang terbang di langit yang biru. 11.15 aku berhasil menapakan roda sepeda motorku di Bandung, dengan rasa seperti biasanya aku membersihkan kamar kostku dan bergegas ke kampus tercinta yaitu UNIKOM. 

Pada saat itu aku pergi ke kampus untuk mengikuti kelas tambahan salah satu mata kuliah. Namun seketika sampai di kampus kelas tambahan tersebut tidak lah dapat dilaksanakan karena adanya kesibukan mendadak pada dosen yang akan mengajar pada saat itu.

 Karena kelas yang tidak jadi terlaksana, aku dan teman temanku berencana untuk nongkrong dan makan di salah satu tempat makan berinisial "G". Hingga siang tidak ada yang merasakan hal apapun, semua berjalan seperti semestinya, kita menongkrong dan menikmati hidangan makanan yang sudah di pesan.

13.21 terjadilah gempa bumi bekekuatan magnitudo (M) 5,6. Pada saat itu keberadaan ku dan teman temanku yang sedang asik mengobrol tidak lah ada yang merasakan guncangan tersebut. Selang beberapa waktu mulailah bermunculan kabar yang merasakan guncangan tersebut dari beberapa grup Whatsapp. Tidak ada yang menyangka bencana saat itu terjadi di daerah kota kecilku. Kejanggalan mulai terasa ketika beredar foto-foto korban terluka di Cianjur akibat kerasnya guncangan bencana itu. 

Dengan sedikit rasa kepanikan dan ke khawatiran, aku berusaha untuk menghubungi orang di rumahku, namun semua yang ku coba hasilnya nihil. Tidak ada orang rumah yang dapat kuhubungi atas kabar setelah guncangan itu terjadi. Beberapa saat dari itu aku mendapatkan informasi adanya longsoran dan pergeseran tanah dan beriringan dengan informasi titik gempa tersebut. 

Begitu kagetnya ketika mengetahui banyaknya korban dan titik gempa yang terjadi tidak lah jauh dari rumahku di Cianjur. Tanpa berfikir apapun seketika aku memutuskan pulang ke Cianjur. Betapa sedihnya ketika dirimu mulai memasuki kota Cianjur, bangunan-bangunan yang pagi hari kulihat berdiri kokoh seketika luluh lantak karena dampak bencana alam tersebut. 

Cianjur pada saat itu seketika berubah menjadi seperti kota mati, jalan yang berantakan dengan runtuhan bangunan, matinya infrastruktur kelistrikan dan air bersih, dan banyak orang yang menutup usahanya dan bergegas pergi ke tempat yang lebih aman karena ketakutan adanya bencana gempa susulan.


Dokumentasi Gempa Cianjur/dokpri
Dokumentasi Gempa Cianjur/dokpri

  Selang waktu setalah memastikan keadaan keluar, aku mencoba berkordinasi menggunakan pesawat radio dengan rekan yang sudah lebih awal berada di lokasi longsor yang di sebabkan gempa bumi tersebut. 15.40 saya mendapatkan intruksi untuk menuju ketempat longsor tersbut, karena sangat di butuhkannya tenaga medis tambahan dan tenaga bantuan untuk mendapingi unit ambulance yang membawa korban maupun keluarga korban ke rumah sakit. 

begitu sedihnya ketika melihat banyak korban berjatuhan akibat tertimpa longsoran, dan bahkan teriakan histeris keluarga korban yang melihat kelugarnya sendiri menjadi salah satu korban dari dasyatnya bencana tersebut. Malam itu menjadi malam yang mencekam, kota yang gelap, gemerlap merahnya rotator, dan kerasnya raungan sirine ambulance yang tak kunjung berhenti. 

Gemuruh dan getaran yang tak kunjung henti di area evakuasi menjadi tantangan para SAR untuk mengevakuasi korban. 12.00 kami mendapatkan instruksi dari Basarnas untuk mengevakuasi daerah lain, butuh perjalanan sekitar 2 jam menggunakan sepeda motor untuk menju kelokasi tersebut. 

lamanya perjalanan di sebabkan oleh arus lalu lintas yang begitu padat karena jalan yang kami tempuh memiliki ruas jalan yang kecil dan sangat padat karena jalan tersebut merupakan jalan alternatif dari Cianjur menuju Jakarta. Banyaknya korban yang terbun bangunan, dan sulitnya sulitnya akses untuk menuju runtuhan bangunan satu ke runtuhan bangunan lainnya, menjadi tantangan lebih bagi kami tim SAR. 

Dengan sulitnya akses dan guncangan yang masih berlanjut tidak menyurutkan mental kami untuk terus mencari dan menyelamatkan korban yang masih belum terevakuasi. Pukul 6 pagi aku dan tim memutuskan untuk tarik mundur ke basecamp untuk beristirahat setelah 16 jam melakukan penaganan dan pencarian korban gempa bumi. 1 jam waktu kami tidur namun kenikmatan saat tidur itu begitu kami nikmati, sebelum harus berlangkat kembali untuk melanjutkan misi penyelamatan.

3 hari berlalu dan siklus hidup para SAR masih seperti hari pertama, yaitu kurangnya istirahat dan mendorong tubuh untuk terus berusaha mencari korban-korban yang masih butuh pertolongan. Dan pada malam ke 3 sebagian dari kami termasuk aku merasakan kelelahan hingga harus mendapatkan perawatan medis khusus. Rasa leleh tersebut tak terasa lagi pada hari ke 4, motivasi kami untuk menyelamatkan para korban masih kuat, itulah yang menjadikan kami tidak berhenti terus mencari.

Seminggu berlalu untuk proses pencarian, mendorong diriku untuk meninggalkan rekan-rekanku yang masih gigih untuk mencari dan menyalurkan bantuan kepada korban. Bukan patah motivasi untuk terus membantu, namun tanggung jawab dan kewajibanku di kampus untuk mengikuti UTS harus tetap berjalan.


Sumber Dokumen  instagram.com/official_ieacianjur
Sumber Dokumen  instagram.com/official_ieacianjur

3 Minggu berlalu, pencarian korban masih dilakukan. Aku kembali bergabung untuk melakukan pencarian. Menyusuri area longsoran yang terjal menjati tantangan untuk jiwa dan raga, hal tersebut tak berhasil menyurutkan tekat kami untuk mencari korban-korban yang masih hilang, hingga proses pencarian resmi ditutup oleh instansi berwenang. 

Pecarian dihentikan namun penyaluran bantuan masih terus kami lakukan, dari desa ke desa kami susuri untuk menyalurkan amanah para pendonasi bantuan. Berkali-kali rintangan kami hadapi bersama dari cacian masyarakat yang menuduh kami hanya membantu daerah daerah tertentu, bahkan sampai pemblokadean jalan kami saat menyalurkan bantuan.

Kini kota kecilku telah bangkit kembali. Cianjur yang asri tumbuh kembali dengan seiring waktu yang di lalui. Banyak hal yang membekas ketika hal itu berlalu, trauma yang masih membiru di dalam jiwa kami, tak membuat kami terus terpuruk akan keadaan apapun itu. Satu harapanku setelah keadaan itu. "Bangkitlah Cianjurku dan majulah kotaku".

Sekian cerita pengalamanku dalam penanganan bencana alam di Cianjur
"Teruslah berbuat baik, karena kebaikan akan terbalas kebaikan". Ilmu padi abangku:)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun