Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menyongsong Musim 2025/2026: AC Milan Harus Berani Berubah

21 Mei 2025   13:45 Diperbarui: 21 Mei 2025   20:07 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim 2024/2025 menjadi lembar kelam lainnya dalam sejarah modern AC Milan. Klub raksasa asal kota mode itu kembali gagal memenuhi ekspektasi, baik di kancah domestik maupun Eropa. Harapan besar yang sempat disematkan pada Sergio Conceicao—pelatih Portugal yang dikenal akan kedisiplinan dan karakter kuat—kini berubah menjadi desakan agar klub segera mencari pengganti yang lebih tepat. Namun persoalan ini tak cukup dijawab dengan menunjuk sosok baru semata. Yang dibutuhkan Milan kini adalah visi.

Sebuah Musim Tanpa Arah

Sergio Conceicao tiba di Milanello dengan reputasi mentereng setelah sukses mengarsiteki FC Porto dan membawa tim tersebut bersaing di level atas Liga Portugal serta Eropa. Ia dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan pragmatis dan defensif yang rapi. Namun, formula yang ia bawa ke Serie A tidak pernah benar-benar menyatu dengan karakter Milan yang selama ini mengedepankan permainan kolektif dengan sentuhan estetika menyerang.

Milan tercecer di klasemen, gagal menembus empat besar Serie A, dan hanya melaju hingga babak grup di Liga Champions. Tim terlihat kehilangan arah. Koneksi antara pelatih dan pemain minim. Beberapa bintang seperti Rafael Leão, Mike Maignan, dan Ismaël Bennacer terlihat frustrasi. Rotasi tak berjalan mulus, dan taktik terasa repetitif. Terlebih, Milan seperti kehilangan identitas—kekosongan yang jauh lebih menakutkan dari sekadar kekalahan.

Kepergian Maldini, Awal Krisis yang Dalam

Banyak yang menilai bahwa titik balik kemunduran Milan justru dimulai bukan dari pinggir lapangan, melainkan dari kantor manajemen. Kepergian Paolo Maldini dan Frederic Massara (Ricky Massara) dari jajaran direksi membuat lubang besar dalam arah jangka panjang klub, terutama Maldini bukan sekadar legenda klub, ia adalah penjamin filosofi dan identitas Rossoneri.

Ia membangun tim dengan menekankan pengembangan pemain muda, scouting jitu, dan pemilihan pelatih yang sesuai dengan karakter Milan. Ketika ia pergi, konsistensi proyek pun terguncang. Transfer pemain menjadi lebih berbasis pasar ketimbang visi teknis, dan penunjukan Conceicao, dalam banyak hal, adalah langkah pragmatis yang bertolak belakang dari semangat jangka panjang Maldini.

Pelatih Baru: Lebih dari Sekadar Strategi

Dalam mencari pengganti Conceicao, Milan tidak bisa jatuh pada godaan untuk hanya mengejar nama besar. Klub seperti Milan, dengan sejarah agung dan basis pendukung global, memerlukan pelatih yang bisa membangun ulang bukan hanya permainan di atas lapangan, tetapi juga narasi yang menyatukan tim, manajemen, dan tifosi. Pelatih ideal Milan pasca-Conceicao haruslah seorang arsitek proyek—bukan hanya seorang taktisi.

Lima nama yang layak dipertimbangkan:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Bola Selengkapnya
    Lihat Bola Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun