Musim 2024/2025 jadi musim yang berat---bahkan bisa dibilang kelam---bagi AC Milan. Sebuah tim besar yang dulu dikenal dengan prestise dan sejarahnya di panggung Eropa, kini harus menerima kenyataan pahit: tersingkir dari semua kompetisi Eropa musim depan. Tidak ada Liga Champions. Tidak juga Liga Europa. Bahkan Conference League pun tak bisa diraih.
Kekalahan 1-3 dari AS Roma di pekan ke-37 Serie A seolah menjadi titik puncak dari musim penuh kekecewaan. Dan ironisnya, Milan juga kalah di final Coppa Italia. Semua ambisi yang sempat diusung di awal musim runtuh seperti bangunan tanpa pondasi.
Lalu muncul satu nama, yang justru makin sering disebut di tengah keterpurukan ini: Paolo Maldini. Ya, legenda sejati Milan. Seorang mantan pemain dan mantan direktur yang tak hanya paham klub ini luar dalam, tapi juga diyakini punya peran besar saat Milan berjaya dua musim lalu. Kini, ketika Milan tampak kehilangan arah, publik bertanya-tanya: mungkinkah Maldini pulang dan mengembalikan jiwa klub ini?
Dari Harapan Menjadi Kepahitan
Milan sebenarnya tidak sepenuhnya gagal. Mereka sempat menjuarai Supercoppa Italiana, dan tampil di final Coppa Italia. Tapi itu belum cukup untuk menyelamatkan musim. Di Serie A, performa mereka jauh dari konsisten. Terutama ketika harus menghadapi tim-tim papan atas, Milan justru terlihat rapuh. Dari delapan laga melawan tim top, Milan hanya berhasil meraih delapan poin. Itu sinyal yang jelas bahwa Milan bukan lagi pesaing serius.
Padahal ekspektasi di awal musim begitu tinggi. Kedatangan pelatih Sergio Conceicao menggantikan Paulo Fonseca sempat membangkitkan semangat baru. Tapi ternyata, semua itu tidak mengubah kenyataan di lapangan. Milan tetap tampil tidak meyakinkan, dan lebih sering kehilangan kontrol saat menghadapi tekanan.
Setelah Maldini Pergi, Milan Kehilangan Jiwa
Sejak Paolo Maldini meninggalkan jabatannya sebagai direktur teknik pada Juni 2023, AC Milan seperti kehilangan napas. Banyak pihak yang awalnya menganggap kepergiannya hanyalah soal manajemen biasa. Namun waktu membuktikan bahwa Milan kehilangan sesuatu yang lebih dalam: jiwa dan arah.
Leonardo, mantan pelatih dan direktur Milan, bahkan menyebut bahwa Milan kini seperti "hampa dan tak punya jiwa." Dan tak sedikit pengamat serta fans yang merasakan hal sama. Di era Maldini, Milan bukan hanya kuat secara strategi, tetapi juga punya identitas yang jelas---berani, disiplin, dan penuh semangat juang.
Saat Maldini menjabat, Milan berhasil menjuarai Serie A musim 2021/2022 dan mencapai semifinal Liga Champions musim berikutnya. Ia juga dikenal jeli dalam merekrut pemain muda potensial dan membangun tim dengan visi jangka panjang, bukan sekadar mengejar hasil instan.