Tapi yang mereka buka bukan skema senjata.
Melainkan sebuah surat digital:
“Kalian pikir kalian mencari bahan peledak. Tapi yang kalian kejar adalah struktur makna. Zohreh bukan proyek senjata. Ia adalah bahasa baru. Bahasa tentang siapa yang berhak bicara. Siapa yang cukup ditakuti untuk tak dibantah.”
—E
“Ini bukan hanya skema teknis,” gumam Lena. “Ini manifest—sebuah anti-konstitusi geopolitik.”
Ethan menatap layar sejenak. “Anti-konstitusi geopolitik(?)” Ia mengulang kata-kata itu, bukan untuk membantah, tapi mencoba memahami bagaimana sesuatu bisa lebih berbahaya sebagai gagasan daripada sebagai bom.
“Ia tak membuat bom. Ia membuat dunia membayangkan bahwa bom itu ada. Dan dalam bayangan itu, semua negara mulai menyesuaikan langkah mereka.”
Lena menambahkan, “Dan kita... sudah masuk ke medan yang tidak punya koordinat.”
*****☆*****
Di Wina, malam menebal seperti debu lembut yang gagal dibersihkan dari tirai sejarah. Di kamar apartemennya yang terlalu senyap untuk seorang yang pernah berdiri di mimbar PBB, Gracia Sharma duduk membisu.
Pintu rapat. Tablet mati. Tapi pikirannya bergerak—tak serapi data, tak setenang protokol.