Aku mengetuk  pintumu
Hujan telah membasahi ujung gaunku
Gigil mulai kurasa
Tak jua terdengar sahutanmu
Sekali lagi kusebut namamu
Agar segera kaubuka pintu untukku
Mungkin secangkir kopi mampu menghangatkan tubuhku
Atau bahu kekarmu, untuk sandaran kepalaku
Angin memainkan rambutku, dingin menyapa
Mungkinkah aku akan tetap di luar, hingga gulita menyergap?
Tak kaudengarkah suaraku?
Cahaya lilin dalam rumahmu begitu redup, seredup hatiku menanti kau membuka pintu.
Kau ada di mana?
Lihatlah, Â rinai hujan telah menyapu seluruh kegelisahan, menemani tangisan-tangisan
Bukalah pintu kita nikmati kehangatan bersama, merajut cerita hujan yang tertunda
Teras Hujan, Â 12.02.2020
swarna hati az