Mohon tunggu...
Bens
Bens Mohon Tunggu... Musafir Malam

Kata Hati Mata Hati ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kyai Keling

29 Oktober 2019   04:57 Diperbarui: 29 Oktober 2019   04:54 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Ya tapi bukan gitu, wajar sebagai orangtua juga anaknya sukses seperti yang diharapkan ", balas Dono

" Bener itu, kita sudah berusaha menyekolahkan anak, agar anak bisa mengamalkan ilmunya ", bela Sono

" Itu pemikiran yang salah, tugas orangtua sebagai pengayom, pengayom masa kanak-kanak dari bayi sampai dia menuntut ilmu. Juga sebagai Penuntun, penuntun iman akhlak dan kehidupan sampai pintu kedewasaan.
Ibarat kata filsuf Khalil Gibran, anak itu Anak Panah, Orangtua itu Busurnya, semua ini tergantung Sang Pemanahnya, Gusti Allah " Keling menjawab serius

Dono, Sono, Gito serta warga yang hadir diam mendengarkan seksama kata-kata Keling. Mereka sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, dan terbiasa diceramahi.

" Nah disinilah kesadaran kita, jadi contoh - tauladan bijaksana untuk anak-anak kita. Selain dosa, kita juga harus berpikir resikonya jika kita memaksakan kehendak kita kepada anak.
Anak jadi terpaksa karena tidak sesuai keinginannya, malah ngawur jadi merugikan.
Kalo kejadian seperti itu apa ndak repot juga kita ?"

" Tapi minimal kan terpakai ilmu nya sesuai dengan cita-citanya, kayak aku. Bapakku tani, terus aku ya ikut tani ", protes Sono

" Lhoo..lho.. Itu kodrat sampeyan. Kebeneran pas sampeyan yang ikut jadi Tani. Apa kakak adik sampeyan juga ikut tani ?
Itu Warto kakak sampeyan malah jadi tukang batu, Lasni adik sampeyan malah jualan ubi ", jelas Keling.

Sono sedikit memerah saat warga tertawa mendengarnya.

" Coba ini pakde Karto, jadi juragan sapi, Dikun anak semata wayang malah masuk sekolah Dalang," kata Keling
" Besok kalo Dikun jadi dalang, bilangin aku jadi asistennya ya.." selorohnya sambil merangkul pakde Karto disebelahnya

Semua riuh tertawa

" Jadi seperti itu, kita harus legowo, lapang dada, meskipun ada perbedaan prinsip dengan anak kita, kita wajib bersyukur. Berarti Gusti Allah masih mau mengarahkan anak kita yang lebih baik.
Itu namanya berprasangka baik pada Gusti Allah. Apa yang dianggap baik oleh kita, belum tentu dianggap baik oleh Gusti Allah, juga sebaliknya.
Dan kita sendiri harus mampu menjadi orangtua yang bijaksana. Biarpun dia anak kita tapi itu hanya titipan Gusti Allah, yang lebih Kuasa.
Makanya kita ndak boleh pamrih kepada anak, mentang-mentang kita kasih makan dan biayai sekolah, anak wajib gantian.
Walahhhh.....kok seperti mainan gendong-gendongan. Ndak usah diminta nanti anak juga akan memberi, ndak usah diingatkan pasti anak juga akan berbakti
Makanya itu bapak-bapak, semua ini bagaimana kita menanamnya dengan bijaksana.
Sekali lagi bijaksana jadi Pengayom dan Penuntun "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun