Mohon tunggu...
Belfin P.S.
Belfin P.S. Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Kompas dan Penulis yang Bahagia

Pecinta Kompas, penulis bebas yang bahagia. IG: @belfinpaians FB: belfin paian siahaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepo? Boleh Ga?

14 Juni 2022   12:09 Diperbarui: 14 Juni 2022   12:17 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Inspired by Ps. Abednego A.

Siapa sih zaman sekarang ini yang tidak ingin kepo dengan hal-hal yang terjadi di sekeliling kita? Saya rasa, semua orang yang memiliki gawai alias handphone yang sudah terkoneksi dengan jaringan internet pasti kepo dengan apa saja yang tersuguhkan di tangan mereka. Bahkan, mungkin bukan karena faktor gawai juga, tapi bisa jadi dari sononya kita sudah dianugerahi kepo ini.

Menurut saya, fenomena kepo ini tidak terjadi begitu saja. Di zaman sekarang, kepo ini malah difasilitasi. Semua ini bermula dari media sosial dan media massa online yang rajin memposting peristiwa viral yang sedang terjadi dan bahkan tidak jarang menawarkan penggunanya untuk mengaktifkan fitur notifikasi supaya menerima postingan terbaru. 

Fenomena ini pun menjadi tak terelakkan karena derasnya arus informasi dan koneksi antarmanusia via internet, akun sosial, dan lain-lain. Cepatnya arus informasi dan koneksi ini menjadi dilema tersendiri. Ketika kita membuka handphone, mengeklik notifikasi, membuka media sosial, mem-follow begitu banyak akun, membaca postingan dan status orang lain, serta hal-hal lain yang seharusnya tidak perlu kita tahu, akhirnya menjadi tahu. 

Akibatnya, karena sudah menjadi kebiasaan yang bersifat auto-pilot, kebiasaan kepo ini pun menjadi satu tren tersendiri di zaman sekarang. Saking seringnya kata ini muncul, kata ini pun akhirnya dibakukan di KBBI, sah menjadi kata baku yang dipercaya memiliki arti tersendiri, khususnya di kalangan anak muda. 

Memang tidak bisa dipungkiri kalau fenomena kepo ini menghadirkan dua sisi mata uang. Selain kepo, satu fenomena lain yang hadir bersamaan adalah munculnya istilah FOMO alias fear of missing out. 

Ini adalah kebalikan dari kepo yakni kekhawatiran akan ketinggalan berita dan tidak mengetahui apa-apa. Ketika seseorang tidak kepo dan tidak mengetahui apa-apa, ada peer pressure, menjadi asing, dan tidak gaul. Kehilangan informasi sama artinya tidak terhubung dan dianggap tidak mengikuti tren. Jadi, menjadi kepo masih ada baiknya ketimbang menjadi FOMO. 

Asal Usul Kata Kepo

Kalau ditelusuri dari sejarahnya, kata kepo berasal dari dua bahasa yaitu Inggris dan Cina. Dalam bahasa Inggris, kepo merupakan singkatan dari knowing every particular object yang artinya mengetahui hal-hal yang paling kecil atau spesifik. 

Dalam bahasa Cina, secara arti literal, kepo berasal dari kata kaypoh berarti really curious atau sangat penasaran. Dengan kata lain, kepo kurang lebih memiliki arti yang sama yaitu orang yang pingin ikut campur masalah orang lain karena rasa penasaran yang tinggi. 

Bolehkah Menjadi Kepo?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun