Mohon tunggu...
Bekti Cahyo Purnomo Syah
Bekti Cahyo Purnomo Syah Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah caraku melukis keindahan lewat rangkaian aksara manja tak bernyawa.

Penulis Freelance, bloger, Novelis, email; bekticahyopurnomo@gmail.com Ig/twitter, Yutube: @belajarbersamabisa fbgroup; Belajar Bersama Bisa dan Bebebs.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Menikmati Perihnya Tak Dianggap, Menyebalkan!

28 Desember 2018   04:17 Diperbarui: 3 Februari 2019   16:30 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar/www.instagram.com/stronger917/

Apa yang bisa aku lakukan saat sebuah pengorbanan seakan tiada arti? Perjuangan bertahun-tahun hanya dibalas dengan hinaan semata. Terluka sangat hati ini. Perih.

Bahkan air mata pun sampai mengering kerontang hingga kata sakit tak mampu untuk meyebutnya. Apa kehidupan begitu kejam? Atau justru akulah yang bodoh selama ini. 

Menggigil gemetar saat jemari lentik mulai menari membentuk rangkaian kata demi kata. Mata tak mampu terpejam, panas merangsek, memenuhi ronga dada. Apa aku harus pergi sejauh mungkin dan tak kembali lagi? Entahlah luka ini terlalu dalam. 

Hari sudah larut pagi, namun masih saja sulit memejamkan mata. Sudah berapa hari makan tak enak, tidurpun tak nyenyak. Jika bisa berteriak kencang sama dengan melengking? Tentu aku tak akan sepusing ini. Ada apa ini? Sepertinya aku sudah mulai gila, tertawa sendiri tidak jelas. 

Bukan... Aku tak ingin dikasihani. Sama sekali bukan itu. Lihat saja pembalasan itu lebih kejam jendral. 

Biarlah aku hari ini memeluk hari kemarin dengan kenangan jahat masa lalu, serta masa depan yang dipertanyakan. Apa kau pikir sebuah kerendahan hati tak mampu melindungi harga dirinya dari cacian dan hinaan? Sungguh prilakumu tak bertata, sebuah pengorbanan kau balas dengan rasa yang menyakitkan. 

Mungkin saatnya, aku memang harus rela untuk melepaskanmu dari tanganku. Dengan begitu  kau akan lebih bahagia? 

Selama alam belum tertidur? Pembalasan karma akan menghadang, siap menyapamu dengan hukuman yang lebih menyakitkan. Ya sudahlah sampai sini saja prosa jiwa menikmati perihnya tak dianggap. Menyebalkan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun