Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Teror Rutan Mako Brimob dari Sudut Pandang Warganet

11 Mei 2018   09:07 Diperbarui: 11 Mei 2018   14:47 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagai elemen masyarakat saat berada di Mapolda DIY untuk memberikan semangat kepada Polri dan berdoa bersama (kompas.com)

Kelompok  inti terlihat jarang melakukan aktivitas untuk meninggalkan blok. Beberapa kelompok kecil baik ditugaskan maupun atas keinginan pribadi fokus pada  kegiatan  pembinaan dari lapas. Dapur Umum, Berjualan makanan di kantin umum, atau memutari blok. Pembinaan pelatihan kerja di kelas pertukangan atau Binatu. . Disini mereka melakukan pengenalan medan.

Manajemen individual siap tempur yang strategis sehingga mereka pada umumnya cukup disegani di lingkungan Rutan atau Lapas. Cara kerja sistematis, aktivitas yang sangat tertutup, mengenali medan lokasi, personel dan juga akses pada piranti pendukung.

Over Kapasitas Rutan dan Program Deradikalisasi Napiter oleh BNPT yang Belum Berjalan Baik

Warga  binaan yang jauh melebihi kapasitas menjadi problem klasik di setiap Rutan atau Lapas di Indonesia.  Kenyamanan menjadi nomer sekian bagi warga binaan, karena ruangan yang terbatas. Ini menjadi berbanding terbalik dengan tenaga pengawas yang bertugas  yang menjaga mereka. Disini meski  ketat pengawasannya, sedikit sulit untuk terus menerus melakukan profiling penuh 24 jam pada tiap warga binaan.

Satu hal yang  sangat disayangkan adalah program deradikalisasi Napi Terorisme oleh BNPT yang belum berjalan  di Mako Brimob. Hal ini juga menjadi satu faktor lain dimana mereka narapidana 'baru' terorisme yang mungkin semula hanya sekedar simpatisan malah  berbaur secara langsung kepada para grup garis keras atau mereka yang sudah terlebih dahulu masuk, dan otomatis terekspos ancaman  doktrinasi  secara terus menerus. 

Pembaiatan untuk kesetiaan dan penanaman ideologi lebih lanjut yang didukung rasa kebersamaan komunal sepenanggungan pun lebih mudah terjadi dan dilakukan. Identitas keyakinan dan faktor either with us or against us menjadikan mereka yang baru tak banyak pilihan.

Meski demikian, Abu Tholut, mantan terpidana kasus terorisme Jamaah Islamiyah yang sempat mendekam di Lapas Kedungpane, Semarang pun menjelaskan bahwa didalam Lapas kini para terpidana kasus terorisme terbagi dua golongan: Mereka yang Pro ISIS dan yang tidak.  Bisa dibaca selengkapnya disini

sketsanews.com
sketsanews.com
Apakah insiden merupakan satu kegiatan yang sudah direncanakan sebelumnya?

Teori dan asumsi yang bisa dipertimbangkan, mengingat satu kerusuhan belum lama lalu di 2017 pun menjadi catatan. Namun sebaliknya, mereka setiap hari memang siap untuk  tempur. Tekanan psikologis dan banyak faktor lain pun sangat bisa menjadi pemicu insiden  semula kecil  yang kemudian dengan mudah ter-eskalasi secara cepat. 

Komando yang rapat, dan kebencian pada aparat, pengenalan medan yang akurat menjadi faktor lain pemicu insiden pada waktu itu. Dan jangan lupa tentang akses mereka  ke garasi kerja, dapur dan lainnya. Senjata tajam atau alat lainnya dapat mereka kolek disini.  Membobol dinding sel atau jeruji besi untuk menguasai blok dan kemudian mendapat akses ke ruangan strategis lain sangat bisa mereka lakukan.

kerusuhan di mako brimob oleh teroris 2017 lalu ; sumber ; tribunews.com
kerusuhan di mako brimob oleh teroris 2017 lalu ; sumber ; tribunews.com
Satu hal yang signifikan disisi kapabilitas adalah mereka bahkan bisa merakit peledak dengan level destruktif yang 'cukup' untuk pembuka misi mereka, hanya dari segelintir produk household  sekadarnya yang bisa mereka dapatkan dari dapur, warung kebutuhan sehari hari  atau bahkan binatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun